Serial Ayat Mutasyaabihaatil Alfaadzh
[WA LIL KAAFIRIINA ‘ADZAABUN ALIM & MUHIIN]
Dalam Al-Qur’an, sifat untuk azab pada kalimat “Wa lil kaafiriin ‘adzaabun …” hanya ada dua:
Dengan kata lain, di Al-Baqarah ada dua (Muhiin dulu, lalu Aliim). Sementara di Al-Mujadilah ada dua juga tetapi dengan urutan berkebalikan (Aliim dahulu, baru Muhiin). Frase “wa lil kaafiriina ‘adzaabun…” tidak ada lagi di selain kedua surat tersebut.
Bagaimana trik membedakannya?
Yang nampak, wallahu a’lam, siksaan dan hukuman di akhirat dominannya memberikan kesan Aliim (pedih, menyakitkan) di benak, tetapi kesan Muhiin (menghinakan) tidak begitu nampak. Maka itu fokus kita arahkan pada kata Muhiin. Selainnya, Aliim.
Di ayat yang mana Allah sifati azab kafirin (orang-orang non-muslim) dengan Muhiin, akan ditemukan frase/kata kunci terkait “kehinaan”.
Mula-mula kita lihat di Surah Al Baqarah ayat 90 yang menyatakan:
(بِئۡسَمَا ٱشۡتَرَوۡا۟ بِهِۦۤ أَنفُسَهُمۡ أَن يَكۡفُرُوا۟ بِمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ بَغۡيًا أَن يُنَزِّلَ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَاۤءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۖ فَبَاۤءُو بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ ۚ وَلِلۡكَـٰفِ ينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ)
Ada dua frase terkait “kehinaan” di sini:
- “baghyan an yunazzilallahu min fadhlihi ‘ala man yasyaa-u min ‘ibaadihi” (karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya)
- “fabaa-uu bighadhabin ‘alaa ghadhab” (Karena itulah mereka pulang menanggung kemurkaan demi kemurkaan)
Kemudian kita lihat di Surah Al Mujadilah ayat 5 berikut:
(إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَاۤدُّونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ كُبِتُوا۟ كَمَا كُبِتَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۚ وَقَدۡ أَنزَلۡنَاۤ ءَايَـٰتٍ بَيِّنَـٰتٍ ۚ وَلِلۡكَـٰفِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ)
Ada dua frase terkait “kehinaan” di sini;
- “yuhaadduunallaha wa rasuulahu” (memusuhi Allah dan Rasul-Nya) karena Allah ancamkan dua halaman setelahnya: “ulaa-ika fil adzalliin” (mereka termasuk orang-orang yang sangat hina, QS 58:20)
- “kubituu kamaa kubitalladziina min qablihim” (pasti mendapat kehinaan sebagaimana kehinaan yang telah didapat oleh orang-orang sebelum mereka).
Oleh karena itulah, di kedua ayat ini Allah lebih menyorot sifat Muhiin (menghinakan) dari azab-Nya. Adapun di dua ayat lainnya, “kehinaan” ini tidak begitu dijadikan sebagai sifat bagi azab, tetapi hanya disorot “kepedihannya” saja.
Faidah:
Yang umumnya membuat seorang penghafal Al-Qur’an berfikir untuk membedakannya adalah yang ada di surat Al-Mujadilah. Itu karena Aliim dan Muhiin datang langsung berurutan di ayat keempat dan kelima. Karena itu, ada trik tambahan, yaitu: “Urutan huruf Hijaiyyah sama dengan urutan di Mushaf”.
Di surat Al-Mujadilah ini, Aliim (Hamzah, yang saya pribadi dalam hal ini mengurutkannya paling awal sesuai versi aslinya oleh Nashr bin ‘Ashim, w. 708 M) urutannya lebih dulu daripada Muhiin (Mim) dalam urutan Hijaiyyah dan urutan di Mushaf.
Nashrun minallahi wafathun qariib …
Penulis: Nur Fajri Romadhon