Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesunguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يُحَآدُّونَ
(mereka) menentang
ٱللَّهَ
Allah
وَرَسُولَهُۥٓ
dan rasul-Nya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
فِي
dalam
ٱلۡأَذَلِّينَ
orang-orang yang hina
إِنَّ
sesunguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يُحَآدُّونَ
(mereka) menentang
ٱللَّهَ
Allah
وَرَسُولَهُۥٓ
dan rasul-Nya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
فِي
dalam
ٱلۡأَذَلِّينَ
orang-orang yang hina
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.
Tafsir
(Sesungguhnya orang-orang yang menentang) melawan (Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina) yang dikalahkan.
Tafsir Surat Al-Mujadilah: 20-22
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa, Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir yang menentang lagi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang berada di suatu garis, sedangkan syariat berada di garis yang lainnya.
Yakni mereka menjauhi perkara yang hak lagi menentangnya; mereka berada di suatu lembah, sedangkan petunjuk berada di lembah yang lain, alias tidak ada titik temu di antara keduanya. mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (Al-Mujadilah: 20) Yakni orang-orang yang celaka yang dijauhkan dari kebenaran, lagi terhina di dunia dan akhirat. Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." (Al-Mujadilah: 21) Yaitu telah diputuskan dan ditetapkan di dalam Kitab-Nya yang terdahulu (Lauh Mahfuz) dan takdir-Nya yang tidak dapat ditentang, tidak dapat dihalang-halangi dan tidak dapat diganti, bahwa kemenangan itu hanyalah bagi-Nya, Kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya yang beriman, baik di dunia maupun di akhirat.
sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Hud: 49) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk. (Al-Mumin: 51-52) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21) Yakni Tuhan Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa telah menetapkan bahwa Dialah yang menang atas musuh-musuh-Nya. Dan ini merupakan takdir yang pasti dan perkara yang telah diputuskan tidak dapat diubah lagi, dan bahwa kesudahan yang baik serta kemenangan hanyalah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia dan akhirat. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Al-Mujadilah: 22) Yaitu mereka tidak akan mau berteman akrab dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang tersebut adalah kaum kerabatnya sendiri.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat lain melalui firman-Nya: Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran: 28), hingga akhir ayat. Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabat, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah:24) Sa'id ibnu Abdul Aziz dan lain-lainnya telah mengatakan bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya: Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. (Al-Mujadilah: 22), hingga akhir ayat. diturunkan berkenaan dengan Abu Ubaidah alias Amir ibnu Abdullah ibnul Jarrah ketika membunuh ayahnya dalam Perang Badar. Karena itulah maka Umar ibnul Khattab ketika mengangkat anggota musyawarahnya yang diserahkan kepada enam orang sahabat, setelah Abu Ubaidah meninggal dunia, ia mengatakan, "Seandainya Abu Ubaidah masih hidup, tentulah aku akan mengangkatnya sebagai anggota musyawarahku." Menurut pendapat yang lain, firman-Nya: sekalipun orang-orang itu bapak-bapak mereka. (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya (yang musyrik) dalam Perang Badar.
atau (sekalipun mereka adalah) anak-anak (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq, yang pada hari itu (Perang Badar) hampir saja membunuh anaknya (yang saat itu masih musyrik), yaitu Abdur Rahman. atau (sekalipun mereka adalah) saudara-saudara (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Mus'ab ibnu Umair. Dia telah membunuh saudara kandungnya yang bernama Ubaid ibnu Umair dalam perang tersebut. atau (sekalipun mereka adalah) keluarga (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Umar yang dalam Perang Badar itu telah membunuh salah seorang kerabatnya yang musyrik, juga berkenaan dengan Hamzah, Ali, dan Ubaidah ibnul Haris; masing-masing dari mereka telah membunuh Atabah, Syaibah, dan Al-Walid ibnu Atabah dalam perang tersebut. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Menurut hemat saya, dapat dimasukkan ke dalam pengertian ini hadits berikut yang menceritakan saat Rasulullah ﷺ bermusyawarah dengan kaum muslim sehubungan dengan para tawanan Perang Badar. Maka As-Siddiq berpendapat menerima tebusan pembebasan dari mereka, yang kelak dana tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi pihak kaum muslim. Dan pula mengingat mereka yang menjadi tawanan itu terdiri dari saudara-saudara sepupu dan handai tolan, dengan harapan mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala memberi petunjuk kepada mereka di masa mendatang. Lain halnya dengan Umar, ia mengatakan, "Wahai Rasulullah, menurut hemat saya, bolehkah engkau memberikan kekuasaan kepadaku terhadap si Fulan salah seorang kerabatku, maka aku akan membunuhnya, dan engkau berikan kekuasaan kepada Ali terhadap Aqil, dan engkau berikan kekuasaan kepada Fulan terhadap si Fulan, agar Allah mengetahui dengan nyata bahwa dalam hati kami tidak ada rasa kasih sayang kepada orang-orang musyrik," hingga akhir kisah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. (Al-Mujadilah: 22) Yakni orang yang mempunyai sifat tidak mau berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka adalah ayahnya sendiri atau saudaranya sendiri, maka dia termasuk orang yang di dalam hatinya telah ditanamkan keimanan oleh Allah subhanahu wa ta’ala Yakni dia telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala termasuk orang yang berbahagia, dan Allah menjadikan hatinya kuat dengan kebahagiaan itu dan imannya telah menghiasi kalbu sanubarinya. As-Suddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka. (Al-Mujadilah: 22) Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. (Al-Mujadilah: 22) Yaitu Allah menguatkan mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan)-Nya (Al-Mujadilah: 22) Ayat yang bernada demikian telah sering ditafsirkan sebelumnya, sedangkan mengenai makna firman-Nya: Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan)-iVya. (Al-Mujadilah: 22) Ini mengandung rahasia yang sangat indah, mengingat mereka membenci kaum kerabat dan handai tolan demi membela agama Allah.
Maka Allah memberikan gantinya kepada mereka dengan rida-Nya kepada mereka, dan Allah subhanahu wa ta’ala membuat mereka puas dengan apa yang Dia berikan kepada mereka berupa nikmat yang kekal, keberuntungan yang besar, dan keutamaan yang melimpah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (Al-Mujadilah: 22) Yakni mereka yang bersifat demikian itu adalah golongan Allah, yaitu hamba-hamba-Nya yang dimuliakan oleh-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (Al-Mujadilah: 22) Ayat ini mengandung isyarat yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang beruntung, berbahagia, dan mendapat pertolongan Allah di dunia dan akhirat.
Dan ini merupakan kebalikan dari orang-orang lain yang dimasukkan ke dalam golongan setan. Kemudian disebutkan oleh firman-Nya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Humaid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Anbasah, dari seorang lelaki yang adakalanya ia sebutkan namanya. Dia mengatakan bahwa orang tersebut adalah Abdul Hamid ibnu Sulaiman yang tidak sempat tertulis di dalam kitabku, dari Az-Zayyal ibnu Abbad yang telah menceritakan bahwa Abu Hazim Al-A'raj berkirim surat kepada Az-Zuhri yang isinya mengatakan, "Ketahuilah, sesungguhnya kedudukan itu ada dua macam, yaitu ada kedudukan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui kekasih-kekasih-Nya kepada kekasih-kekasih-Nya.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sebutannya tidak terkenal, begitu pula pribadinya. Sesungguhnya telah disebutkan sifat mereka oleh lisan Rasulullah ﷺ melalui sabdanya yang mengatakan: 'Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tidak dikenal, bertakwa lagi bersih dirinya, yaitu orang-orang yang apabila tidak ada orang-orang lain tidak merasa kehilangan mereka; dan apabila mereka ada, tiada yang mengundang mereka. Hati mereka adalah pelita petunjuk, mereka dapat keluar dari tiap-tiap fitnah yang hitam lagi gelap.
Mereka itulah kekasih-kekasih Allah subhanahu wa ta’ala yang disebutkan oleh firman-Nya: 'Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung' (Al-Mujadilah: 22)." Na'im ibnu Hammad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Yunus, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ya Allah, janganlah Engkau jadikan peran dan jasa bagi pendurhaka dan orang yang fasik di sisiku, karena sesungguhnya aku telah menjumpai di antara wahyu yang telah Engkau turunkan kepadaku, "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya" (Al-Mujadilah: 22).
Sufyan mengatakan, para ulama berpendapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang menggauli sultan. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Ahmad Al-Askari."
Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa orang-orang munafik itu membohongi Allah dan Rasul-Nya karena dirinya dikuasai setan sehingga termasuk golongan setan. Sementara itu pada ayat ini disebutkan bahwa sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya dengan tidak beriman atau bersumpah beriman padahal hatinya penuh dengan kekafiran dan menghalangi orang untuk beriman, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina, karena karakternya busuk, hipokrit, tidak sportif, bermuka dua dan berpura-pura. 21. Allah mengingatkan manusia tentang sunah-Nya bahwa Dia telah menetapkan pada kitab induk di Loh Mahfuz bahwa 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang' dalam melawan kebatilan. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa menghadapi musuh-musuh-Nya.
Ayat ini menerangkan tentang orang-orang yang menentang Allah, mereka tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, tidak mematuhi larangan-larangan-Nya, dan enggan mengerjakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah bagi mereka. Mereka termasuk orang-orang yang hina karena kaum Muslimin akan mengalahkan mereka dengan memerangi dan menawan mereka. Bahkan ada di antara mereka yang diusir dari negeri mereka.
Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin akan azab Allah yang ditimpakan kepada orang-orang musyrik Mekah berupa kekalahan pada fath Makkah. Akibat Perang Ahzab orang-orang Yahudi diusir dari kota Medinah karena melanggar perjanjian damai dengan Rasulullah ﷺ Orang-orang yang telah dinyatakan Allah sebagai orang yang hina, tidak dapat dimuliakan oleh siapa pun, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim. (?'li 'Imran/3: 192)
Ayat ke-20 ini merupakan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang sedang menerima cobaan-cobaan yang sangat berat bahwa mereka akan dapat mengalahkan musuh-musuh mereka dan agama Islam akan berkembang di mana-mana dalam waktu dekat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KERUNTUHAN JIWA ORANG-ORANG MUNAFIK
“Apa tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman?" Kita telah maklum bahwa sesampai di Madinah, Nabi Muhammad ﷺ telah membuat perjanjian akan bertetangga secara damai dengan orang Yahudi yang berdiam di sana. Agama mereka tidak akan diganggu dan mereka tidak akan dipaksa memeluk agama Islam, asal mereka pun tahu diri, bahwa yang berkuasa dalam masyarakat Madinah ialah Nabi Muhammad karena kepercayaan yang telah diberikan kaum Anshar, dari Aus dan Khazraj kepada beliau dan mereka pula yang mengajak Nabi dan sahabat supaya hijrah ke Madinah. Tetapi lama-kelamaan orang Yahudi itu kian menyatakan sikap yang memusuhi, menghina, dan mencemooh sehingga timbullah permusuhan secara terbuka di antara mereka dengan kaum Muslimin.
Kepada Nabi kita ﷺ ditanyakan, “Apa tidakkah engkau perhatikan mereka itu?" Sebab mereka itu lebih jahat dari Yahudi yang dimurkai Allah itu, “Orang-orang itu bukanlah dari golongan kamu." Tegasnya, mereka itu bukanlah benar- benar memasukkan diri ke dalam golongan Mukmin. Karena kalau mereka Mukmin tidaklah masuk akal orang-orang yang mengaku beriman, berteman, atau condong kepada golongan yang dimurkai Allah. “Dan bukan pula dari golongan mereka." Mereka juga tidak benar-benar masuk golongan Yahudi, karena aqidah asasi dari orang Yahudi bahwa golongan yang mulia di dunia hanyalah orang Yahudi saja; karena Yahudi menganggap sebagai kaum pilihan Tuhan, kaum yang berkedudukan istimewa di alam ini. Sebab itu bagaimanapun orang Arab pergi mendekatkan diri atau melekatkan diri kepada mereka, tidak jugalah akan mereka terima sebagai Yahudi penuh!
“Dan mereka bersumpah atas kebohongan." Ini pun salah satu ciri yang khas dari kaum yang munafik bahwa mereka tidak keberatan mengucapkan sumpah, menyebut kesucian Allah untuk mempertahankan suatu kebohongan. “Padahal mereka tahu." (ujung ayat 14) Padahal mereka tahu bahwa mempermain-mainkan kesucian nama Allah dengan mengambilnya jadi sumpah untuk memper-tahankan suatu perkataan yang bohong adalah perbuatan yang sangat hina, sangat tercela dan menjatuhkan martabat manusia.
“Allah telah menyediakan adzab yang sangat kenas untuk mereka." Sebab orang seperti ini betul-betul tidak dapat dipercaya. Mereka hanya mencari keuntungan untuk satu pikiran jahat yang terkandung dalam hati. “Sesungguhnya mereka itu amat jahatlah apa yang telah mereka kerjakan itu." (ujung ayat 15) Sebab segala pekerjaan mereka tidak ada yang bermaksud jujur dan tidak timbul dari hati yang tulus.
“Mereka jadikan sumpah-sumpah mereka jadi perisai." Mereka mudah mengeluarkan sumpah, agar orang segera percaya. Sumpah bagi mereka adalah perisai untuk mempertahankan diri dari panah kebenaran. Namun perisai itu adalah rapuh, sebab yang dipertahankan adalah barang yang dusta. “Lalu mereka halangi manusia dari jalan Allah." Segala jalan yang baik mereka halang-halangi, dikuatkan dengan sumpah “Demi Allah". Nama Allah hanya sampai di mulutnya saja, tidak lebih. Padahal dalam hati sanubarinya, sangatlah bencinya jika orang yang beriman menyebut nama Allah. “Maka untuk mereka adalah adzab yang sangat menghinakan." (ujung ayat 16)
“Tidaklah akan benguna bagi mereka harta benda mereka dan tidak pula anak-anak mereka terhadap Allah sedikit jua pun." Mentang-mentang mereka kaya, banyak harta sehingga ada manusia yang segan dan silau melihat hartanya, maka janganlah dia menyangka bahwa di hadapan Allah dia akan dapat mempergunakan hartanya untuk melepaskan diri dari tuntutan Allah. Harta yang dia banggakan itu hanyalah pemberian Allah saja kepadanya. “Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka di dalamnya akan kekal." (ujung ayat 17)
“(Yaitu) pada hari yang Allah akan membangkitkan mereka semuanya." Itulah hari Kiamat kelak. Di waktu itu seluruh manusia akan dibangkitkan, termasuk orang-orang yang munafik itu, buat mempertanggungjawabkan sikap hidup mereka di dunia. “Lalu mereka pun bersumpah kepada-Nya, sebagaimana mereka bersumpah kepada kamu." Tidak juga mereka sadar ketika mulai dibangkitkan itu bahwa kehidupan sudah bertukar. Bahwa mereka tidak di dunia lagi melainkan di akhirat. Sebab itu kebiasaan buruknya di kala hidup di dunia dahulu; dia bersumpah lagi membela diri, mempertahankan kebohongan, padahal sudah berada di hadapan Allah. “Dan mereka menyangka bahwa mereka ada di atas sesuatu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang pembohong." (ujung ayat 18)
“Mereka telah dipengaruhi setan." Orang yang telah jatuh ke bawah pengaruh orang lain tidak lagi mempunyai kemerdekaan untuk bertindak sendiri. Apatah lagi yang dipengaruhi oleh setan. Bertambah lemahlah kepribadiannya sendiri untuk melawan pengaruh itu, laksana anak-anak muda yang telah terlanjur meminum ganja atau morphine. Itulah “Yang telah membuat mereka lupa mengingat Allah." Karena mereka telah dibuat mabuk oleh setan itu. “Mereka itu adalah golongan setan." Atau telah masuk menjadi anggota partai setan. “Ketahuilah, sesungguhnya golongan setan itu, merekalah yang merugi." (ujung ayat 19) Sebab jalan setan adalah jalan tidak ada ujung. Kalau ada ujung itu, tidak lain hanyalah neraka. Tenaga telah habis, namun hasilnya tidak ada.
“Sesungguhnya orang-orang yang menantang Allah dan Rasul-Nya." Menantang Allah dan Rasul terutama ialah karena tidak mau menerima atau tidak mau menjalankan peraturan yang didatangkan dari Allah dan disampaikan oleh Rasul. Atau membuat peraturan lain, atau menerima peraturan lain. Padahal yang lain itu adalah semata-mata bikinan manusia. Seakan-akan merasa bahwa mereka lebih pandai dari Allah dalam mengatur manusia. “Mereka itu sendirilah yang termasuk orang-orang yang rendah hina." (ujung ayat 20)
“Allah telah menentukan." Yaitu suatu ketentuan yang tidak bisa diubah oleh siapa pun untuk selama-lamanya. “Pasti akan menanglah Aku dan rasuI-rasul-Ku." Sebab Allah itu kekal, dan ajal manusia yang melawan sangat terbatas. Allah kaya, sedang manusia yang melawan-Nya tidak mempunyai cukup persediaan. “Sesungguhnya Allah adalah Mahakuat, Mahaperkasa." (ujung ayat 21) Sedang orang yang menantang-Nya adalah sangat lemah.
“Wahai dia, yang menanduk gunung karena ingin melukainya,
kasihanilah kepalamu, tak usah dikasihani bukit itu."