Keutamaan Amalan di Bulan Muharram
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender hijriah yang termasuk salah satu dari bulan-bulan haram yang ditetapkan Allah Swt.
Perbuatan buruk yang dilakukan dalam bulan haram akan mendapat dosa lebih besar, begitu pun sebaliknya, amal salih akan mendapat pahala lebih besar.
Rasulullah saw. bahkan menyebut bulan Muharam sebagai syahrullah (bulan milik Allah).
Oleh karena itu, terdapat beberapa amalan yang dianjurkan di bulan Muharram agar umat Islam mendapat pahala berlipat ganda.
Beberapa amalan yang dimaksud seperti membaca doa awal tahun, menjalankan puasa Asyura’, serta menyantuni anak-anak yatim.
Membaca Doa Awal Tahun Hijriah
Tak lama lagi, para muslim akan segera menyambut datangnya tahun baru Islam, tepatnya pada tanggal 1 Muharam 1441 H.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan umat Islam dalam menyongsong pergantian tahun ini?
Jika merujuk pada riwayat dari hadis-hadis Nabi saw., memang tidak ada yang tahu tentang doa yang secara khusus dibaca beliau, baik ketika memasuki akhir maupun awal tahun.
Karena dianggap tidak ada tuntunan dari Rasulullah saw., sebagian ulama menilai berdoa di akhir tahun tak perlu dilakukan.
Akan tetapi, pergantian tahun menandakan kembalinya benda-benda ciptaan Allah di alam semesta ke titik awal peredarannya.
Fenomena ini merupakan bentuk kekuasaan Allah sehingga pergantian tahun sangat baik jika dijadikan momentum untuk bersyukur dan bertafakur.
Ada beberapa kebiasaan yang dilakukan umat Islam di Indonesia, yaitu berdoa bersama dan melakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Membaca doa awal tahun tidak terlarang karena berdoa juga pada prinsipnya merupakan ibadah yang dianjurkan.
Mengenai lafaz doa yang sebaiknya dibaca di awal tahun, terdapat beberapa macam, di antaranya adalah sebagai berikut.
“Tuhanku, Kau yang abadi, qadim, dan awal. Dan atas karunia-Mu yang besar dan mulia, kemurahan-Mu, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan iblis dan para walinya di tahun ini.
Aku pun meminta tolong kepada-Mu dalam mengatasi hawa nafsu yang sering mendorongku berbuat jahat. Kepada-Mu, aku meminta aktivitas keseharian yang mendekatkan aku pada rahmat-Mu, wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan.”
Ada pula yang menyarankan, sebelum membaca doa awal tahun, umat Islam lebih dahulu membaca ayat Kursi.
Jumlahnya bisa 360, 121, 100, 77, 41, 21, atau 11 kali, sesuai kemampuan dengan membaca basmalah pada setiap permulaannya.
Tidak ada ketentuan pasti tentang waktu yang tepat untuk membaca doa awal tahun.
Namun, sebaiknya doa tersebut dibaca setelah salat Magrib pada malam pertama bulan Muharam karena dalam penanggalan Islam, pergantian hari terjadi saat magrib.
Puasa Sunnah Asyura 9 dan 10 Muharam
Amalan lain yang sangat dianjurkan untuk dilakukan di bulan Muharam adalah berpuasa sunah Asyura pada tanggal 10, berdasarkan beberapa dalil berikut ini.
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharam. Sedangkan salat yang paling utama setelah salat fardu adalah salat malam.” (HR Muslim)
Dari Ibn Abbas r.a., beliau mengatakan: “Saya tidak pernah melihat Nabi saw. memilih satu hari untuk berpuasa yang lebih beliau unggulkan di atas yang lain kecuali puasa hari Asyura dan puasa bulan Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a., beliau mengatakan: “Dahulu, hari Asyura dijadikan hari raya, kemudian Nabi saw. bersabda, ‘Berpuasalah kalian’.” (HR Bukhari)
Dari Abu Qatadah Al Anshari r.a., beliau berkata: “Nabi saw. ditanya tentang puasa Asyura, kemudian beliau menjawab, ‘Puasa Asyura menjadi penebus dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim dan Ahmad.
Dari Ibn Abbas r.a., beliau mengatakan:
“Ketika Nabi saw. sampai di Madinah, orang-orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka mengatakan, ‘Ini adalah hari ketika Musa menang melawan Fir’aun’. Kemudian, Nabi saw. bersabda kepada para sahabat, ‘Kalian lebih berhak terhadap Musa daripada mereka (orang Yahudi), maka berpuasalah’.”
(HR Bukhari)
Selain tanggal 10 Muharram, umat Islam juga dianjurkan berpuasa pada tanggal 9 Muharam, yang disebut juga puasa Tasu’a. Dalil tentang puasa ini adalah:
Dari Ibn Abbas r.a., beliau berkata:
“Ketika Nabi saw. melaksanakan puasa Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, kemudian para sahabat berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang Yahudi dan Nasrani’. Kemudian, Rasulullah saw. menjawab, ‘Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan’.” Akan tetapi, sebelum sampai di tahun berikutnya, Nabi saw. wafat.”
(HR Bukhari)
Di samping kedua hari tersebut, banyak juga ulama yang mengatakan bahwa kita disunahkan berpuasa pada tanggal 11 Muharam dengan landasan hadis berikut.
“Berpuasalah kalian pada hari Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah sebelumnya atau setelahnya satu hari.”
Sanad hadis ini lemah, tetapi bukan berarti terlarang karena masih termasuk puasa di bulan Muharam dan hal itu disunahkan.
Puasa tanggal 11 Muharam juga dapat menghilangkan keraguan puasa Asyura karena bisa saja ada kesalahan dalam penentuan masuknya bulan Muharam.
Menyantuni Anak-Anak Yatim di Bulan Muharram
Tanggal 10 Muharam kerap disebut juga sebagai Hari Raya Anak Yatim (Idul Yatama).
Namun, penyebutan “Id” atau hari raya ini tidak bermaksud menambah hari raya baru selain Idulfitri dan Iduladha, melainkan hanya untuk menggambarkan kesenangan dan kegembiraan.
Makna dari Hari Raya Anak Yatim yang jatuh di bulan Muharram adalah memberi kebahagiaan kepada anak-anak yatim dengan cara menyantuni mereka.
Meskipun demikian, menyayangi anak yatim tentu tidak hanya dilakukan pada tanggal 10 Muharam, tetapi bisa kapan saja.
Di dalam agama Islam, anak yatim memiliki kedudukan istimewa karena Nabi saw. sendiri juga terlahir sebagai yatim.
Ada banyak ayat di dalam Al-Qur’an dan hadis yang menyinggung tentang keistimewaan anak yatim, di antaranya:
Surah Almaun ayat 1 dan 2:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim.”
Surah Annisa ayat 10:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
Surah Adduha ayat 9:
“Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
Dari Abu Hurairah r.a., beliau saw. berkata:
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini (sambil mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah).”
Begitu mulianya kedudukan anak yatim, bahkan mengusap kepalanya pun bisa mendatangkan kebaikan dan melembutkan hati sebagaimana dikisahkan dalam dua hadis berikut.
“Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah semata, maka pada setiap helai rambut yang ia ucap, Allah berikan kebaikan.”
(HR. Imam Ahmad dan Tabrani)
Sesungguhnya seorang lelaki mengadu kepada Rasulullah saw. tentang kekerasan hatinya dan beliau bersabda, ‘Berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim’.”
(HR. Abu Hurairah)
Hadis lain menyatakan bahwa orang yang mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura akan mendapat pahala 10.000 malaikat dan 10.000 syuhada.
Meskipun hadis ini lemah, bahkan ada yang mengatakan palsu, para ulama membolehkan menentukan hari untuk berbuat kebajikan.
Bulan Muharram adalah satu dari waktu-waktu khusus yang diberikan Allah bagi hambanya untuk bisa meraih pahala sebesar-besarnya.
Jangan lewatkan kesempatan baik yang sebentar lagi akan dijelang. Semoga Allah Swt. masih memberikan usia dan memampukan kita untuk meraih keutamaan bulan ini.
Tag:bulan haram, bulan muharram, hijriah, muharram