Tips Belajar Tafsir Ayat dalam Al-Qur’an
Mengapa seorang muslim wajib mempelajari tafsir Al-Qur’an? Bukankah cukup hanya dengan membaca Al-Qur’an saja?
Untuk menjawabnya, ketahuilah bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk dipahami, dipikirkan, dan diamalkan.
Di dalamnya ada penjelasan dasar akidah, syariat, perilaku, dan semua tuntunan bagi manusia.
Namun, Allah Swt. tidak memberikan rincian cara untuk memahami Al-Qur’an sehingga dibutuhkan tafsir Al-Qur’an untuk memahaminya.
Untuk belajar tafsir Al-Qur’an, ada tiga tips yang bisa dilakukan, yaitu mempelajari tafsir Al-Qur’an dari Al-Qur’an, sunah Rasulullah saw., dan pendapat para sahabat dan tabiin. Metode ini disebut dengan tafsir bil ma’tsur.
Mempelajari Tafsir Al-Qur’an dari Al-Qur’an
Inilah cara terbaik dan paling sahih untuk menafsirkan Al-Qur’an karena antara ayat yang satu dengan lainnya saling menjelaskan.
Hal yang bersifat global pada satu ayat dirinci pada ayat lain, hal yang ringkas pada satu ayat diuraikan dengan jelas dalam ayat lain.
Menafsirkan Al-Qur’an dari Al-Qur’an berarti menafsirkan maksud dan kehendak-Nya dengan merujuk kepada Pemilik Al-Qu’ran karena Dia-lah yang paling mengetahui apa yang disampaikan dan diinginkan.
Para ulama pun sepakat bahwa inilah metode tafsir yang paling mulia dan utama.
Menafsirkan Al-Qur’an dari Al-Qur’an terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Penjelasannya Tersembunyi di Dalam Ayat
Contoh tafsir seperti ini adalah Al-Qur’an Surat Ar Ra’d ayat 31:
“Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi dapat terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara.”
Surah Ar Ra’d Ayat 31
Makna dari ayat ini adalah seandainya ada bacaan yang membuat gunung-gunung berguncang, bumi terbelah, dan orang yang mati dapat berbicara, maka Al-Qur’an inilah yang dimaksud.
2. Mengisyaratkan Makna Khusus di Tengah Ayat
Contohnya adalah Al-Qur’an Surat Azzumar ayat 22:
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya? Maka kecelakaan besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
Surah Azzumar Ayat 22
Ayat ini mengisyaratkan kepada makna yang dikhususkan dari tengah ayat sehingga maknanya adalah:
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima agama Islam) sama dengan orang yang membatu hatinya?”
3. Penjelasannya Diberikan dari Keterangan Langsung
Dalam Al-Qur’an Surat Almaarij ayat 19–21, Allah berfirman:
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah dan apabila mendapat kebaikan, ia amat kikir.”
Surah Almaarij Ayat 19–21
Kata halu’a (artinya keluh kesah lagi kikir) pada ayat pertama dijelaskan pada ayat selanjutnya.
Penjelasan atas suatu ayat bisa juga terletak pada dua surat berbeda, seperti Al-Qur’an Surat Alfatihah ayat 7:
“(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Surah Alfatihah Ayat 7
Maksud “orang-orang yang telah diberi nikmat” dalam ayat tersebut dijelaskan pada Surah Annisa ayat 69:
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang salih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Surah Annisa Ayat 69
Mempelajari Tafsir Al-Qur’an dari Sunah Rasulullah
Rasulullah saw. diutus untuk menyampaikan wahyu dari Allah Swt. kepada seluruh umat manusia, sehingga beliau lebih memahami maksud dan kehendak-Nya.
Beliau pun sudah dijamin langsung oleh Allah Swt. sebagai orang yang tidak pernah mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya.
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menuruti kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
Surah Annajm Ayat 1–4
Berdasarkan hal tersebut, menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan merujuk pada tafsir Rasulullah saw. lebih utama, baik dari segi sanad maupun muatan.
Allah Swt. menjadikan sunah Rasulullah saw., baik ucapan, perbuatan, maupun persetujuan (taqrir) sebagai tafsiran bagi Al-Qur’an.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu terangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka berpikir.”
Surah Annahl Ayat 44
“Allah yang mengutus seorang rasul kepada kaum buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, meskipun sebelumnya mereka dalam kesesatan yang nyata.”
Surah Aljumuah Ayat 2
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa sunah Rasulullah saw. adalah wahyu dari Allah Swt. kepada rasul-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Alhaqqah ayat 44–47:
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu.”
Surah Alhaqqah Ayat 44–47
Al Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan semua yang diputuskan Rasulullah saw. adalah sebagian yang beliau pahami dari Al-Qur’an.
Ibnu Taimiyah pun menyebutkan, Rasulullah saw. telah menerangkan lafaz dan makna Al-Qur’an kepada para sahabat.
Asy-Syaikh Dr. Muhammad Bazmul hafizahullah memerinci kedua pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa tidaklah Rasulullah saw. wafat kecuali telah menerangkan kepada para sahabat semua isi Al-Qur’an.
Hal itu dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut.
1. Menerangkan Secara Langsung
Contoh cara pertama ini adalah ketika Rasulullah saw. menjelaskan tentang arti Al Kautsar. Beliau berkata, “Al Kautsar adalah sebuah sungai yang diberikan Allah ‘azza wa jalla untukku.”
Contoh lainnya adalah ketika beliau menerangkan makna kata “zalim” dalam Surah Alan’am ayat 82:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Surah Alan’am Ayat 82
Rasulullah saw. menjelaskan kepada para sahabat bahwa yang dimaksud “zalim” pada ayat tersebut adalah syirik.
Jadi, makna ayat di atas adalah orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kesyirikan.
2. Melalui Praktik Amaliah Kehidupan Muslim Saat Itu
Bentuk penjelasan Rasulullah saw. yang kedua ini lebih banyak dibandingkan yang pertama.
Contohnya adalah ketika beliau mengajarkan tata cara salat, menjelaskan ukuran dan batas minimal (nishab) zakat, juga pelaksanaan hukuman zina dan mencuri.
3. Melalui Perilaku dan Akhlak Terpuji Sesuai Al-Qur’an
Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah saw., istri beliau, ‘Aisyah r.a., mengatakan bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Hal ini berarti sikap, perilaku, dan adab beliau sehari-hari tidak lain merupakan penjelasan sekaligus pengamalan ayat-ayat Al-Qur’an.
Mempelajari Tafsir Al-Qur’an dari Pendapat Para Sahabat dan Tabi’in
Sebelum membahas mengenai poin ketiga, ada baiknya Anda pahami lebih dahulu siapa yang dimaksud sahabat dan tabiiin.
Sahabat adalah umat yang pernah bertemu Rasulullah saw. Mereka menyaksikan proses turunnya Al-Qur’an, mengetahui sebab-sebab, situasi, dan berbagai peristiwa saat wahyu Allah Swt. turun.
Merekalah generasi yang lebih memahami bahasa Al-Qur’an, beriman kepada Allah dan rasul-Nya, belajar Al-Qur’an langsung dari Rasulullah saw., percaya kepada seluruh kandungan Al-Qur’an, secara serius merenungi dan memahami maknanya, dan mengamalkannya secara istikamah.
Tabiin adalah murid para sahabat atau orang yang bertemu dengan sahabat Rasulullah saw. dalam keadaan beriman dan mati di atas Islam.
Tentang para sahabat dan tabi’in ini, Rasulullah saw. sendiri sudah menyatakan bahwa mereka adalah generasi terbaik setelah beliau, sebagaimana hadis berikut.
“Sebaik-baik zaman adalah zamanku, kemudian zaman setelahku, kemudian zaman setelahnya lagi.”
(HR Muslim)
Ada kesimpulan yang bisa ditarik dari penjelasan di atas dengan mengacu pada maksud, kualitas, dan pernyataan Rasulullah saw. sendiri tentang para sahabat dan tabiin.
Jika penjelasan ayat Al-Qur’an dalam sunah Rasulullah saw. tidak ada, umat Islam harus merujuk pada penjelasan dan tafsir mereka.
Anda bisa mempelajari tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dengan mudah dari buku-buku tafsir Al-Qur’an.
Namun, memahami tafsir Al-Qur’an dengan metodologi yang benar sangat penting agar Anda terhindar dari penafsiran yang salah dan sesat. Na’udzubillah.