TAFSIR IJMALI JUZ 3
Pada pembahasan kali ini akan memuat materi dari Juz tiga yakni dari Q.S. Al baqarah ayat 253 sampai Q.S. Ali Imran ayat 91. Juz ketiga menjadi spesial karena banyak hal, di antaranya karena padanya terdapat ayat Kursi. Ayat termulia dalam Al-Qur’an yang terhimpun padanya setinggi-tingginya pujian, seluhur-luhurnya sifat Tuhan, termasuk nama Allah teragung: Alhayyul Qayyum, yang juga diulang di awal Ali ‘Imran, masih di juz 3. Di juz ini pulalah terletak ayat yang turun paling terakhir, QS. 2: 281. Ayat yang kuat sekali pesan perpisahannya. Tentang takwa, tentang kematian, tentang pertanggungjawaban. Di sini jualah membentang ayat terpanjang dalam Al-Qur’an, QS. 2: 282. Panjangnya yang utuh sehalaman dan temanya yang terkait harta mengingatkan panjangnya hisab terkait harta di akhirat kelak.
Juz ini menerangkan bahwa kebenaran Islam begitu jelas benderang, sehingga untuk mengajak orang lain memeluknya tidak butuh paksaan. Tetapi ingat bahwa agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam. Islam adalah kebenaran dari Allah, maka jangan sekali-kali ragu. Ayat Al-Qur’an yang mutasyabihat (samar makna) pun jelas ketika dikembalikan kepada ayat yang muhkamat (mudah dipahami). Barangsiapa beragama selain Islam, maka amalnya takkan diterima dan di akhirat dia termasuk orang yang merugi. Maka berpegang teguhlah pada kebenaran Islam dengan mengesakan-Nya dalam ibadah dan menjauhi setan dan objek ibadah selain-Nya. Sungguh dengannya kita telah berpegangan pada tali kekar yang lengkara terberai.
Islam akan Allah jayakan, maka jangan bergantung pada selain Allah untuk dapat meraih kekuasaan. Allah-lah sang pemilik kekuasaan absolut. Dialah yang sekehendak-Nya memberi dan mencabut kekuasaan. Dialah yang sesuai kebijaksanaan-Nya menganugerahkan hikmah, karunia, dan rahmat. Semuanya di tangan Allah. Kisah pengangkatan Raja Thalut di era Nabi Samuel pada juz kedua lalu hanyalah salah satu contohnya. Sekali lagi, janganlah seorang mukmin mencari kemuliaan dan kekuasaan dengan menjadikan kaum kafirin sebagai pemimpin dan sahabat dekat. Apalagi menjadi kafir setelah beriman. Yang demikian itu justru akan mewariskan kehinaan dan azab pedih. Ia mustahil dilakukan oleh mereka yang meneladani Rasulullah sebagai bukti cinta pada Allah meski segolongan Ahli Kitab berangan menyesatkan kaum muslimin.
Untuk itu, mereka campur adukkan yang haq dengan yang batil. Mereka pura-pura beriman lalu tetiba murtad dengan harapan menjadi goyahlah keyakinan kaum muslimin. Mereka sembunyikan kebenaran dan ingkari banyak ayat Tuhan. Mereka putar balikkan lidah mereka agar disangka membacakan ayat Tuhan padahal bukan. Mereka perjualbelikan perjanjian dengan Allah secara murah. Mereka mengklaim Nabi Ibrahim seagama dengan mereka padahal beliau seorang muslim nan hanif. Sekalipun demikian, bersikap objektiflah, wahai kaum muslimin. Ada pula Ahli Kitab yang amanah bahkan ketika dipercayakan menjaga harta banyak. Ahli Kitab pun banyak kesamaan dengan kalian. Hendaknya mereka diajak kepada Kalimatin Sawa’ (kata sepakat) yang menyatukan semua, yakni tauhid. Al-Qur’an membenarkan Taurat & Injil secara umum. Jika mereka enggan diajak bersatu di atas tauhid, maka tegaskanlah bahwa kalian adalah muslim. Jika mereka terus mendebat, silakan ajak mereka bermubahalah.
Berbeda dengan dua juz sebelumnya yang lebih dominan mengupas Yahudi, juz 3 lebih fokus pada Nasrani, meski semua sama-sama menyingung Ahli Kitab secara umum. Oleh karenanya, di juz 3 ini kita menyaksikan runutan kisah Maryam (Mary the Virgin), Nabi Yahya (John the Baptist), Nabi Isa (Jesus the Christ) ‘alaihimussalam beserta tokoh-tokoh penting di sekitar mereka. Allah bawakan kisah keluarga ‘Imran yang lama tak kunjung dikaruniai keturunan hingga Hannah, sang istri, bernazar akan menyerahkan anak yang lahir sebagai pengabdi di Baitul Maqdis. Tumbuhlah Maryam sebagai wanita pengabdi Baitul Maqdis di bawah bimbingan Nabi Zakariya, pamannya, yang dipilih Allah setelah diseleksi melalui lempar pena ke sungai.
Nabi Zakariya melihat banyak karamah Maryam sebagai wanita pilihan terbaik di masanya. Hingga ketika melihat Allah karuniai Maryam buah-buahan bukan pada musimnya, semakin kuatlah keyakinan Nabi Zakariya bahwa Allah pun mampu menganugerahi anak kepada beliau meski usia beliau dan Elisabeth, sang istri, sudah lansia, bukan lagi masanya berketurunan. Ketika beliau khusyu berdoa, Jibril pun memberi kabar gembira kehamilan Nabi Yahya. Jibril juga mengabari Maryam akan lahirnya Nabi Isa tanpa ayah, dengan kalimat “Kun” layaknya penciptaan Nabi Adam. Kedua Nabi muda ini akan bahu membahu berdakwah di Kekaisaran Romawi. Yahudi yang tak suka membuat makar dengan menebar hoax terkait mereka berdua. Nabi Yahya akhirnya dibunuh sedangkan Nabi Isa yang dibekali mukjizat melimpah diangkat oleh Allah ke langit kedua untuk menyelamatkan beliau dari penyaliban.
Demikianlah Allah selalu menolong mereka yang berjuang dan berkorban di jalan-Nya. Allah balas makar jahat mereka dengan ‘makar’ yang lebih dahsyat. Dia Maha Perkasa lagi sanggup membalaskan dendam. Itu karena milik-Nyalah semua yang di langit maupun di bumi. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya walau hanya sebersit isi hati. Tetapi Allah tidak akan membebani kecuali sebatas kemampuan terbaik yang dikerahkan seorang hamba. Tidak menghukum pelanggaran yang terjadi karena lupa atau tak sengaja. Bahkan Dia pun berkenan mengampuni siapa yang Dia kehendaki. Sebagai mukmin, kita teladani Rasul dan para Shahabat yang selalu mendengar, taat, banyak meminta ampun pada-Nya, serta tak pernah berhenti memohon pertolongan Allah dalam perjuangan.
Bahkan sejak awal juz Allah sudah motivasi Nabi Muhammad bahwa para nabi yang begitu banyak jumlahnya, semuanya meski berbeda keistimewaan dan derajat, turut berjuang dengan berkorban jiwa dan harta. Tidak perlu takut jiwa akan terbunuh karena Allah pelindung orang yang beriman. Jangan takut andai nyawa melayang, memang itu karena kehendak Allah yang menghidupkan dan mematikan. Sebagaimana debat Nabi Ibrahim versus Namrud sang raja Asyyiria, Nabi ‘Uzair yang wafat 100 tahun lalu dihidupkan, hidup kembalinya kota Al-Quds pasca invasi Nebukanedzar II, serta hidup kembalinya empat burung yang dipotong-potong oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dan hidup sesaatnya Sam bin Nuh di tangan Nabi Isa, ‘alaihimush shalatu wassalam.
Jangan pula kuatir kehabisan harta yang digelontorkan di jalan Allah, sebab ia akan dilipatgandakan 700 kali lipat. Kuatirlah pada keinginan disanjung karena pahala akan sirna tak berbekas bagai tanah di atas batu licin yang diterjang air hujan. Kuatirlah pada mengungkit pemberian karena pahala akan hangus bak terbakarnya kebun penuh aneka buah diterpa angin panas. Kuatirlah kala harta diperoleh dari keharaman semisal riba, karena ia berarti perang melawan Allah dan Rasul-Nya lagi memusnahkan keberkahan. Dunia memang penuh dengan gemerlap keindahan yang disenangi nafsu. Mulai dari lawan jenis, anak keturunan, uang & perhiasan, hingga kendaraan mewah. Terlebih setan menakut-nakuti dengan kefakiran. Tapi selalulah ingat bahwa akhirat jauh lebih megah nan kirana. Justru semakin sempurnalah kebajikan kala kita berkorban hal yang sangat dicintai. Dan apa pun yang kita infakkan, sungguh terhadapnya Allah Maha Mengetahui. Wallahu A’lam.
Untuk mendapatkan file dalam bentuk PDF silakan download di:
Penulis: Nur Fajri Romadhon
Tag:Ahli Kitab, Ayat Kursi, Harta, Islam, Kafir, Kekuasaan, Murtad, Nasrani, Tauhid