TAFSIR IJMALI JUZ 5
Pada pembahasan kali ini akan memuat materi dari Juz lima yakni dari Q.S. An Nisa ayat 24 sampai Q.S. An Nisa 147. Dalam hal ini Islam memiliki perhatian besar dalam memudahkan pernikahan, diberikanlah keringanan bagi para lelaki untuk menikahi wanita hamba sahaya, sesuatu yang sebenarnya haram. Rukhshah ini berlaku ketika mereka tidak memiliki harta sebesar mahar wanita merdeka sementara mereka kuatir berzina jika tidak segera menikah. Allah berikan kompensasi tadi karena Dia mengetahui keimanan kalian dan bahwa manusia lemah di hadapan perkara seperti ini sedangkan banyak pengikut syahwat yang ingin kalian ikut menyelimpang.
Hanya saja, jangan juga kalian sampai tergoda memperoleh harta dengan cara yang haram demi biaya pernikahan atau menafkahi keluarga. Jangan pula aktivitas mencari uang sampai membawa kalian membunuh sesama. Sungguh itu dosa besar. Jauhilah! Sebab barangsiapa menjauhi dosa besar, maka Allah akan ampuni dosa-dosa kecilnya. Adapun dosa besar, maka jika ingin diampuni harus bertaubat di dunia atau berharap diampuni Allah sesuai kehendak-Nya di akhirat. Jangan jua harta membuat kalian kikir, sombong, dan pamer sehingga mengabaikan ibadah pada Allah serta berbuat baik pada kerabat dan mereka yang membutuhkan. Sungguh atas mereka yang ingkat ada azab yang menghinakanan nerpadu dengan pembakaran kulit. Inilah keadilan Allah yang menghitung teliti semua perbuatan. Dia tak menzalimi satu jiwa pun.
Dosa berupa pembunuhan Allah rincikan hukumannya, termasuk jika tidak disengaja. Jika sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, murka, dan laknat-Nya. Budayakanlah tabayyun (memastikan kebenaran berita) agar kalian tidak sembarangan menyerang suatu pasukan yang kalian sangka musuh padahal kawan. Sikap tergesa-gesa menuduh dan menebar berita sebelum meneliti kevalidannya hanyalah perangai orang munafik. Sudah begitu, mereka pun suka memuji diri lagi berwajah dua. Mereka menampakkan ketaatan di hadapan Rasul. Tetapi, apabila mereka telah pergi, mereka atur siasat di malam hari untuk melakukan hal berbeda dari yang telah mereka katakan tadi. Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka.
Pria dan wanita tak sama fisiknya, berbeda peran, serta saling melengkapi di dunia. Tetapi dalam amal salih, derajat mereka sama di hadapan Allah. Janganlah ada iri antar satu sama lain. Lebih baik ubah perasaan negatif itu menjadi positif dengan memohon tambahan karunia pada Allah dan lebih fokus memaksimalkan peran masing-masing. Di antara peran pria sebagai suami ialah menjadi pelindung istrinya dan berlaku adil dalam memberi hak para istri jika lebih dari satu, meski lebih mencintai salah satu. Di antara wanita sebagai istri ialah menjaga diri kala suami tak hadir. Jika antara mereka ada nusyuz (sikap lancang) pada salah satunya ataupun sengketa, maka kedepankan nasihat dan penyelesaian secara internal. Jika tak berkesudahan, maka silakan mengundang perwakilan masing-masing keluarga sebagai penengah. Allah akan memberikan taufik jika semua menghendaki perbaikan. Andai harus berpisah, Allah akan karuniakan kelapangan.
Maka konsistenlah dalam menjaga silaturahmi utamanya kepada kerabat, saling memberikan serta menjawab salam, menjalankan wasiat takwa-Nya, juga dalam menaati Allah, menaati, Rasul, dan Ulil Amri. Senantiasalah menegakkan salat, jauhi kemaksiatan -termasuk meminum miras-, tunaikan amanat kepada yang berhak, dan putuskan perkara dengan adil. Dari keluarga yang diterangi cahaya takwa itulah kelak muncul para pejuang di jalan-Nya yang maju tak gentar dalam kelompok kecil maupun dalam pasukan besar. Menang atau terbunuh si medan jihad tidak ada bedanya bagi mereka ketika balasan keduanya adalah surga. Terlebih ketika teriakan wanita, anak-anak, dan orang-orang yang tertindas menggema berharap bala bantuan. Selama berjuang di jalan Allah, apa perlu takut dari musuh yang berjuang di jalan setan yang begitu lemah tipu dayanya?
Selain jihad, orang beriman juga menyambut semangat kewajiban hijrah. Siapapun berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan keluasan bumi dan keberlimpahan rezeki. Andai kematian menimpanya sebelum sampai ke tempat yang dituju, maka sungguh, pahalanya telah tercatat di sisi Allah. Jihad apalagi hijrah tentulah berkonsekuensi safar. Maka Allah beri keringanan terkait bersuci dengan tayammum dan keringanan terkait salat dengan qashar (salat 4 rakaat menjadi 2 rakaat). Allah tambah keringanan lain dengan salat khauf di kala mujahidin bersiaga. Tujuannya demi menjaga salat pada waktunya. Selepas salat pun kita diperintah memperbanyak zikir sebagai bentuk ketaatan yang mengantarkan kepada surga bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang salih.
Tapi selama perintah jihad dengan senjata belum tiba, jangan tergesa-gesa. Siapkanlah kekuatan iman kalian dengan salat, zakat, berquran, serta beraneka ragam ibadah yang dengannya mental kalian akan kuat dan tidak ciut seperti halnya orang-orang munafik dan Yahudi. Tidak berhenti pada titik enggan berjihad, menghambat perjuangan, atau nyinyir terhadap kaum mukminin, kaum munafikin ini pun lebih memilih menjadikan paranormal sebagai hakim penengah perkara dibandingkan Rasulullah. Jangan kau bela mereka karena mereka sendiri telah berkhianat padamu, wahai Rasul. Padahal menaati Rasul setali tiga uang dengan menaati Allah. Mereka memang sejatinya belum beriman.
Tidak hanya menentang Rasul, mereka juga tidak mengikuti jalannya orang beriman. Amat mirip sikap mereka dengan Yahudi. Itu karena mereka telah menjadikan Yahudi sebagai pemimpin yang mereka dengar arahannya serta teman dekat yang kepada Yahudilah mereka bisikkan rahasia kaum muslimin. Mereka menyangka Yahudi yang sering mendistorsi Taurat serta memutarbalikkan kata-kata itu akan memberi mereka kemuliaan. Kemuliaan adalah bersama Al-Qur’an & Sunnah, sayangnya mereka malah berpaling saat diajak berhukum dengannya secara lapang dada. Persis seperti Yahudi yang enggan diajak beriman. Anehnya kaum munafik bersumpah -padahal Allah tahu isi hati mereka- bahwa mereka tidak menghendaki kecuali perbaikan.
Meski mereka tak lengah menanti-nanti kekalahan kalian, dia ajak mereka bertaubat. Meski mereka menipu Allah, Rasul nasihati mereka hingaa menyentuh sanubari. Demikianlah Allah membuka taubat seluasnya di dunia, bagi kaum munafikin, bahkan bagi pelaku kemusyrikan. Adapun di akhirat, jika belum bertaubat di dunia, maka Dia takkan ampuni kemusyrikan dan akan Dia tempatkan kaum munafik di kerak neraka. Allah tidak akan menyiksa kalian selama syukur dan kalian terus memenuhi hati, membasahi lisan, dan terwujud dalam amal kalian. Sungguh Dia Maha Berterima kasih lagi Maha Mengetahui.
Untuk mendapatkan file dalam bentuk PDF silakan download di:
Penulis: Nur Fajri Romadhon
Tag:azab, Dosa, Harta, Hijrah, Jihad, Munafik, Nusyuz, Pernikahan, Silaturahmi, Yahudi