TAFSIR IJMALI JUZ 6
Pada pembahasan kali ini akan memuat materi dari Juz enam yakni dari Q.S. An Nisa ayat 148 sampai Q.S. Al maidah ayat 81. Dijelaskan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam membebaskan Bani Israil dari perbudakan Firaun Ramesses II dan bawa mereka menyeberangi Laut Merah menuju Syam. Beliau suruh mereka berjihad menaklukkan kota Al-Quds (Jerussalem). Tetapi berdasarkan laporan 12 utusan dari keduabelas kabilah Bani Israil, kota itu dikuasai bangsa Amalek yang bertubuh besar nan tangguh bertempur. Sehingga hanya dua utusan, Yusya’ (Joshua) dari kabilah Efraim dan Kalib (Caleb) dari kabilah Judah, yang menyanggupi jihad. Sisanya takut karen selama ini banyak berdosa lagi terdidik dengan mental terjajah. Mereka malah justru berseloroh, “Wahai Musa, pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kalian berdua. Biarlah kami tetap menunggu kabar dari sini saja.” Allah pun hukum mereka tersesat di padang pasir selama empat dasawarsa.
Dosa dan makanan haramlah yang menjadikan tubuh yang berat untuk taat. Maka perhatikan makanan kalian. Apakah ia haram karena ia bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah? Jika kalian berburu, maka pastikan bukan dalam kondisi ihram. Jika kalian gunakan hewan buruan seperti anjing, maka pastikan ia sudah terlatih. Jika ada hewan hampir mati karena tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, maka segeralah kamu sembelih agar tidak menjadi bangkai. Allah pun izinkan kalian memakan sembelihan Ahli Kitab bahkan khusus lelaki muslim, Dia halalkan menikahi wanita Ahli Kitab yang menjaga kehormatannya. Tapi ingat, jangan gadaikan keimanan karena siapa yang kafir akan musnah amalnya.
Janganlah kalian, wahai kaum muslimin, meniru Ahli Kitab yang tidak peduli kehalalan makanan dan harta. Yang memperoleh uang dari riba padahal sudah diharamkan. Yang memakan harta orang lain dengan cara batil. Ingat bahwa hukuman pencuri adalah potong tangan kanan sampai pergelangan. Hukuman pembunuhan, pemotongan, dan pelukaan adalah qishash (dibalas serupa) atau diyat (denda). Hukuman perompak di padang pasir, lautan, atau tempat sepi lebih berat lagi. Jika membunuh sekaligus merampas harta, maka disalib. Jika ‘hanya’ membunuh, maka dihukum bunuh. Jika ‘hanya’ merampas harta, pergelangan tangan kanan dan pergelangan kaki kiri akan dipotong. Jika hanya berhasil meneror tetapi gagal membunuh maupun merampas harta, akan dipenjara di tempat asing.
Tahanlah lisan kalian dari mendoakan buruk karena Allah tak menyukainya, kecuali jika dizalimi. Penuhilah janji-janji kalian, wahai kaum mukminin. Sucikan diri kalian dengan takwa, fisik kalian dengan wudhu dan mandi, serta harta kalian dengan zakat dan membagikan warisan sesuai aturan. Jangan nodai kesucian syiar-syiar Allah. Pelihara kesucian bulan Rajab, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Muliakan, layani, dan sambut dengan hangat para pengunjung Ka’bah. Saling tolong-menolonglah dalam kebajikan dan ketakwaan. Fastabiqul khairat, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Alangkah indahnya saling berlomba yang berpadu dengan saling bekerja sama.
Pantang kalian mengekor Ahli Kitab yang telah berani menantang Allah menurunkan kitab suci utuh dalam bentuk buku kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak aneh memang. Dahulu leluhur mereka pun lancang menantang ingin melihat Allah di dunia. Lancang menodai kesucian Hari Sabat. Lancang mengkhianati perjanjian demi perjanjian termasuk sumpah perjanjian yang dilakukan di bawah bukit besar yang diangkat di atas mereka. Lancang menuduh Allah kikir setelah sebelumnya menuduh Allah fakir. Lancang sengaja melupakan dan mengotak-atik ayat-ayat Tuhan. Sekalipun mereka mendaku sebagai anak-anak Allah, tetapi kelakuan buruk yang terus menerus mereka perlihatkan membuat mereka lebih layak ditutupnya hatinya. Sebagian mereka bahkan Allah kutuk menjadi kera dan babi.
Sebaliknya, jadilah kalian pembela Islam yang cinta Allah, lembut kepada kaum mukminin, tegas terhadap orang kafir, berjihad di jalan-Nya, tidak peduli celaan orang, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tunduk patuh pada-Nya. Terkait Ahli Kitab, maafkanlah mereka dan berlaku adillah kepada mereka saat memutuskan perkara. Janganlah kebencian kalian kepada suatu golongan mendorong kalian berlaku semena. Sungguh keadilan lebih dekat kepada takwa. Tegakkanlah hukum Allah itu seluruhnya. Tidak boleh kalian mengimani sebagian tetapi mengingkari sebagian yang lain karena itulah kekufuran yang sebenarnya. Apakah hukum jahiliyyah yang kalian kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik?
Namun, ketika Islam telah Allah sempurnakan dan telah Dia ridhai sebagai agama kalian, Ahli Kitab malah berang karena dengki telah menguasai hati. Persis kala Qabil (Cain) hasad kepada Habil (Abel) karena Habil akan dinikahkan oleh Nabi Adam dengan kembarannya, Iqlima (Aclima), yang jauh lebih cantik dari calon istrinya, Labuda (Awan), saudari kembar Habil. Qabil menentang perjodohan yang sudah sesuai aturan itu. Nabi Adam pun persilakan mereka berdua mempersembahkan korban untuk membuktikan siapa yang lebih layak mempersunting Iqlima. Habil yang kurbannya diterima Allah akhirnya dibunuh Qabil, kakaknya, karena dengki. Seperti itulah kebencian Ahli Kitab kepada kalian, wahai kaum muslimin.
Kebencian itulah yang menyebabkan Yahudi menghasut Romawi untuk memburon dan membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam. Mereka tuduh bahwa beliau memprovokasi Bani Israil untuk memberontak. Setelah itu, mereka menyangka telah berhasil membunuh beliau. Padahal yang mereka salib sejatinya ialah orang lain yang diserupakan wajahnya. Berdasarkan banyak hadis mutawatir, kelak Nabi Isa ‘alaihissalam yang kini masih hidup di langit kedua akan turun di akhir zaman. Saat itu, semua Ahli Kitab akan beriman. Dunia akan beliau pimpin dengan aturan Islam yang telah sempurna disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun sebelum itu terjadi, maka kalian akan terus menyaksikan sikap ghuluw (ekstrim) dalam beragama hingga meyakini Trinitas. Keyakinan bahwa Nabi Isa & Jibril atau beliau & Ibunda beliau, Maryam, sebagai serikat Allah adalah keyakinan yang tidak sesuai logika tidak pula sesuai dengan ajaran agama. Begitulah, mereka berbuat kemusyrikan karena mereka menjadikan orang-orang musyrikin sebagai pemimpin dan/atau sahabat dekat. Hal ini diikuti pula oleh kaum munafikin yang begitu lekas berkoalisi dengan orang-orang non-muslim, menjadikan mereka auliya’, karena takut kerugian duniawi. Mereka tolong menolong dalam dosa dan permusuhan serta tidak menegakkan nahi munkar. Padahal mengingkari dosa tetap wajib dilakukan bahkan oleh yang biasa atau sedang melakukan dosa yang sama. Sayang, kebanyakan mereka telah terjerembap dalam kubangan dosa, telah tenggelam dalam lautan kefasikan. Wallahu A’lam.
Untuk mendapatkan file dalam bentuk PDF silakan download di:
Penulis: Nur Fajri Romadhon
Tag:Ahli Kitab, Bani Israil, Diyat, Dosa, Ghuluw, Islam, Jihad, Makanan haram, Qishash, Riba, Takwa, Yahudi