Ayat
Terjemahan Per Kata
هُوَ
Dia
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِي
yang
لَآ
tidak
إِلَٰهَ
tuhan
إِلَّا
kecuali
هُوَۖ
Dia
عَٰلِمُ
mengetahui
ٱلۡغَيۡبِ
yang ghaib/tersembunyi
وَٱلشَّهَٰدَةِۖ
dan yang terang/nampak
هُوَ
Dia
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Maha Pengasih
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
هُوَ
Dia
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِي
yang
لَآ
tidak
إِلَٰهَ
tuhan
إِلَّا
kecuali
هُوَۖ
Dia
عَٰلِمُ
mengetahui
ٱلۡغَيۡبِ
yang ghaib/tersembunyi
وَٱلشَّهَٰدَةِۖ
dan yang terang/nampak
هُوَ
Dia
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Maha Pengasih
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
Terjemahan
Dialah Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia. (Dialah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Tafsir
(Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).
Tafsir Surat Al-Hasyr: 21-24
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menyebutkan keagungan Al-Qur'an seraya menjelaskan tingginya kedudukan Al-Qur'an, dan bahwa sudah selayaknya bila hati menjadi lunak dan khusuk serta taat saat mendengarnya, mengingat di dalamnya terkandung janji yang benar dan ancaman yang pasti. Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21) Yakni apabila gunung yang begitu keras dan perkasa dapat memahami Al-Qur'an ini dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, niscaya ia tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala Lalu bagaimana dengan kamu, wahai manusia, bila hati kamu tidak lunak dan tunduk serta bergetar karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala Padahal kamu telah memahami dari Allah akan perkaranya dan telah kamu pahami Kitab-Nya.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr: 21) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah. (Al-Hasyr: 21), hingga akhit ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah berfirman, "Seandainya Aku turunkan Al-Qur'an ini kepada gunung untuk dipikulnya, niscaya akan terpecah belahlah dan tunduk karena beratnya Al-Qur'an dan karena takut kepada Allah." Maka Allah memerintahkan kepada manusia apabila diturunkan kepada mereka Al-Qur'an, hendaklah mereka menerimanya dengan takut yang sangat (kepada Allah) dan tunduk.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr: 21) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah dan Ibnu Jarir. Di dalam hadits mutawatir telah disebutkan bahwa ketika dibuatkan untuk Rasulullah sebuah mimbar, dan sebelumnya bila Nabi ﷺ berkhotbah selalu berdiri di sebelah salah satu dari batang pohon kurma yang menjadi tiang-tiang masjid. Maka setelah mimbar diletakkan pada yang pertama kali, lalu Nabi ﷺ datang untuk berkhotbah, maka beliau melewati batang kurma itu menuju ke mimbarnya, dan saat itu batang kurma tersebut menangis dan merintih sebagaimana anak-anak merintih karena rindu kepada zikir dan wahyu yang biasa ia dengar di sisinya, maka Nabi ﷺ mendiamkannya. Menurut sebagian riwayat hadits ini, disebutkan bahwa Al-Hasan Al-Basri sesudah mengetengahkan hadits ini mengatakan, "Kalian seharusnya lebih merindukan Rasulullah ﷺ ketimbang batang kurma itu." Demikianlah bunyi ayat yang mulia ini, bahwa apabila gunung-gunung yang merupakan benda mati, seandainya ia mendengar Kalamullah dan memahaminya, niscaya tunduklah ia dan berpecah belahlah ia karena takut kepada Allah.
Maka bagaimanakah dengan kalian (manusia), padahal kalian telah mendengarnya dan memahaminya? Dalam ayat lain telah disebutkan melalui firman-Nya: Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah kitab itu adalah Al-Qur'an). (Ar-Ra'd: 31), hingga akhir ayat. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa tentu Al-Qur'an itulah dia. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam ayat lain: Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. (Al-Baqarah: 74) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Hasyr: 22) Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa Dia adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia, maka tiada Rabb selain Dia dan tiada Tuhan bagi semua alam wujud selain Dia.
Semua yang disembah selain Dia adalah batil. Dan bahwa Dia Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Yakni Dia mengetahui semua makhluk yang dapat disaksikan oleh kita dan semua makhluk yang gaib dari kita. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya di bumi dan di langit, baik yang besar maupun yang kecil, dan baik yang dimuliakan maupun yang hina, hingga semut-semut kecil di dalam kegelapan.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Hasyr: 22) Dalam permulaan kitab tafsir ini telah disebutkan keterangan mengenainya dan tidak perlu diulangi lagi. Kesimpulannya ialah bahwa Allah adalah Tuhan Yang mempunyai rahmat yang luas lagi mencakup semua makhluk, Dia adalah Yang Maha Pemurah di dunia dan akhirat, dan Maha Penyayang pada keduanya. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam ayat lain: dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Al-A'raf: 156) Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'anv 54) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala lainnya yang menyebutkan: Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baikdaripada apa yang mereka kumpulkan.(Yunus: 58) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja. (Al-Hasyr: 23) Yakni Raja bagi segala sesuatu yang mengatur segala sesuatu tanpa ada yang menghalangi-Nya dan juga tanpa ada yang menyaingi-Nya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mahasuci. (Al-Hasyr: 23) Menurut Wahb ibnu Munabbih, artinya suci. Menurut Mujahid dan Qatadah, artinya Yang Memberkati. Menurut Ibnu Juraij, disebutkan demikian karena para malaikat yang mulia menyucikan-Nya. Yang Mahasejahtera. (Al-Hasyr: 23) Yaitu Mahasejahtera dari segala bentuk cela dan kekurangan, karena kesempurnaan zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mengaruniakan keamanan. (Al-Hasyr: 23) Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah makhluk-Nya merasa aman dari mendapat perlakuan aniaya oleh-Nya.
Qatadah mengatakan, makhluknya merasa aman dengan adanya firman-Nya yang menyatakan bahwa Dia Mahahak (benar). Menurut Ibnu Zaid, hamba-hamba-Nya yang beriman membenarkan keimanan mereka kepada-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Maha Memelihara. (Al-Hasyr: 23) Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Dia Maha Menyaksikan semua makhluk-Nya tentang amal perbuatan mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Dia Maha Mengawasi mereka.
Semakna dengan yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Mujadilah: 6; Al Buruj: 9) padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran: 98) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? (Ar-Ra'd: 33), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mahaperkasa. (Al-Hasyr: 23) Yakni Yang Menang atas segala sesuatu dan mengalahkannya. Dia mengalahkan segala sesuatu, maka tiada sesuatu pun yang dapat mencapai Zat-Nya karena keperkasaan, keagungan, kekuasaan, dan kebesaran-Nya.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. (Al-Hasyr: 23) Yaitu Yang tidak pantas bersifat kuasa selain Dia dan tidak pantas bersifat agung selain Dia karena keagungan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam sebuah hadits shahih (hadits Qudsi) yang mengatakan: ". Kebesaran adalah (bagaikan) kain-Ku dan Keagungan adalah (bagaikan) selendang-Ku; maka barang siapa yang menyaingi-Ku pada salah satu dari keduanya, niscaya Kuazab dia. Qatadah mengatakan bahwa makna al-jabbar ialah Tuhan Yang menundukkan makhluk-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, al-jabbar artinya Tuhan Yang memperbaiki urusan-urusan makhluk-Nya. Yang mengatur mereka sesuai dengan apa yang menjadi kemaslahatan bagi mereka. Qatadah mengatakan bahwa al-mutakabbir artinya Yang Maha Agung dari semua keburukan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-Hasyr: 23) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa. (Al-Hasyr: 24) Menciptakan artinya merencanakan, dan mengadakan artinya merealisasikan apa yang telah direncanakan dan ditetapkan ke alam wujud dan alam nyata. Tiada seorang pun yang merencanakan sesuatu dapat melaksanakan dan merealisasikannya selain hanya Allah subhanahu wa ta’ala Seorang penyair memuji orang lain melalui bait syairnya:
Sesungguhnya engkau adalah orang yang mampu merealisasikan apa yang engkau rencanakan, padahal sebagian kaum mampu membuat rencana, tetapi tidak dapat merealisasikannya. Yakni hanya Engkaulah yang mampu merealisasikan apa yang telah Engkau rencanakan. Lain halnya dengan selain Engkau, ia tidak akan mampu merealisasikan apa yang dikehendakinya. Hanya Engkaulah Yang Menciptakan, Yang Merencanakan, Yang Membuat, dan Yang Mengadakan.
Termasuk ke dalam pengertian kalimat ini bila dikatakan pejagal hewan telah memotong hewan, lalu merampungkannya, yakni memotong-motong sembelihannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa. (Al-Hasyr: 24) Yaitu Yang apabila Dia menghendaki sesuatu tinggal mengatakan kepadanya, "Jadilah kamu," maka jadilah dia sesuai dengan gambaran yang dikehendaki dan rupa yang dipilih-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Yang Membentuk rupa. (Al-Hasyr: 24) Yakni Yang melaksanakan apa yang ingin direalisasikan-Nya menurut gambaran yang dikehendaki-Nya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang mempunyai nama-nama Yang Paling baik. (Al-Hasyr: 24) Pembicaraan mengenai ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf. Dan di sini kami akan mengetengahkan sebuah hadits yang diriwayatkan di dalam hadits Sahihain melalui Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, alias seratus kurang satu. Barang siapa yang menghitung-hitungnya, niscaya masuk surga; Dia Witir dan menyukai yang witir. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan konteks yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah yang juga melalui Abu Hurairah.
Dan tambahan, "Dia Witir dan menyukai yang witir," merupakan lafal Ibnu Majah. Menurut lafal Imam At-Tirmidzi disebutkan sebagai berikut: ". Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahamulia, Yang Mahaperkasa, Yang Mahabesar, Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Mengalahkan, Yang Maha Pemberi karunia, Yang Maha Pemberi rezeki, Yang Maha Pemberi Keputusan, Yang Maha Mengetahui, Yang Menyempitkan rezeki dan Yang Melapangkan rezeki, Yang Merendahkan dan Yang Meninggikan, Yang Memuliakan dan Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Memutuskan, YangMahaadil, Yang Mahalembut, Yang Maha Mengenal, Yang Maha Penyantun, Yang Mahaagung, Yang Maha Pemberi ampunan, Yang Maha Mensyukuri, Yang Mahatinggi, Yang Mahabesar, Yang Maha Memelihara, Yang Memberi waktu, Yang Maha Menghitung, Yang Mahaagung, Yang Mahamulia, Yang Mengawasi, Yang Memperkenankan, Yang Mahaluas, Yang Mahabijaksana, Yang Maha Mencintai, Yang Maha Pemurah, Yang Membangkitkan, Yang Maha Menyaksikan, Yang Hak, Yang Melindungi, Yang Mahakuat, Yang Mahakokoh, Yang Menolong, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Mencatat, Yang Memulai (penciptaan), Yang Mengembalikan (penciptaan), Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mahahidup, Yang Mengatur makhluk-Nya, Yang Mahakaya, Yang Mahaagung, Yang Maha Esa, Yang Bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Yang Mahakuasa, Yang Berkuasa, Yang Mendahulukan, Yang Mengakhirkan, Yang Awwal, Yang Akhir, Yang Zahir, Yang Batin, Yang Menolong, Yang Mahatinggi, Yang Melimpahkan kebaikan, Yang Maha Menerima tobat, Yang Membalas, Yang Memaaf, Yang Pengasih, Raja semua raja, Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, Yang Adil, Yang Menghimpun, Yang Kaya, Yang memberi kekayaan, Yang Memberi, Yang mencegah, Yang Menimpakan Mudarat, Yang memberi manfaat, Cahaya (Mahaterang), Yang Memberi petunjuk, Yang Membuat, Yang Kekal, Yang Mewarisi, Yang Memberi petunjuk, Yang Maha Penyabar.
Sedangkan menurut konteks Ibnu Majah ada kelebihan dan kekurangannya, dan ada yang didahulukan dan yang diakhirkan. Hal ini telah kami sebutkan dengan panjang lebar, lengkap berikut semua jalur periwayatan dan lafal-lafaznya yang tidak perlu lagi dikemukakan di sini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hasyr: 24) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hasyr: 24) Yakni Zat-Nya tidak dapat dicapai. lagi Mahabijaksana. (Al-Hasyr: 24) dalam syariat dan ketetapan-Nya. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Khalid (yakni Ibnu Tahman alias Abul Ala Al-Khaffaf), telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Abu Nafi', dari Ma'qal ibnu Yasar, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Barang siapa mengucapkan doa ini di waktu pagi hari sebanyak tiga kali, yaitu: "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk, kemudian membaca pula tiga ayat dari akhir surat Al-Hasyr, maka Allah memerintahkan kepada tujuh puluh ribu malaikat untuk memohonkan ampunan baginya hingga petang hari.
Dan jika ia mati di hari itu, maka ia mati sebagai syahid. Dan barang siapa yang mengucapkannya di kala petang hari, maka ia beroleh kedudukan yang seperti itu. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Mahmud ibnu Gailan, dari Abu Ahmad Az-Zubairi dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa hadits ini gharib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini."
Al-Qur'an adalah wahyu Allah petunjuk bagi manusia. Pada ayat ini dan seterusnya hingga akhir surah, Allah menjelaskan al-asma' al-husna, nama-nama Allah yang indah. Apabila al-asma' al-'usna dipahami dan diresapkan secara mendalam ke dalam sanubari akan menguatkan keyakinan kepada-Nya. Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Dia memperkenalkan nama-nama-Nya. Bila zat-Nya dipikirkan akan membingungkan, karena pikiran manusia tidak sanggup menjangkaunya; bila nama-Nya disebut akan menggetarkan hati yang beriman; bila sifat-Nya diuraikan akan mempesona; dan bila perbuatan-Nya diamati dengan cermat akan mengagumkan setiap manusia; karena itu tidak ada Tuhan layak diibadati selain Dia. Yang Mengetahui yang gaib, karena pengetahuan-Nya tak terbatas; dan Yang Mengetahui yang nyata, karena pengetahuan-Nya meliputi zarrah. Dialah Yang Maha Pengasih, yang kasih sayang-Nya tak mengenal batas; Maha Penyayang, yang rahmat-Nya kepada orang yang beriman sejak di dunia hingga di surga. 23. Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia, tidak ada Tuhan yang berhak diibadati selain Dia. Maharaja, Yang kekuasaan-Nya tak terbatas; Yang Mahasuci dari segala bentuk kekurangan; Yang Mahasejahtera, Yang menjadi sumber kedamaian yang didambakan manusia; Yang Menjaga Keamanan, Yang Pengayoman-Nya lengkap, sempurna, dan menyeluruh. Pemelihara Keselamatan manusia, terutama di akhirat; Yang Mahaperkasa mencabut kekuasaan para penguasa dunia; Yang Mahakuasa menghentikan paksa ambisi para pecandu kekuasaan. Yang Memiliki Segala Keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan, karena Allah berbeda dengan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan menetapkannya sebagai petunjuk bagi manusia, adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Dialah yang berhak disembah, tidak ada yang lain. Segala penyembahan terhadap selain Allah, seperti pohon, batu, patung, matahari, dan sebagainya, adalah perbuatan sesat. Dia Maha Mengetahui segala yang ada, baik yang tampak maupun yang gaib di langit dan di bumi. Dia Maha Pemurah kepada makhluk-Nya, dan Maha Pengasih.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NAMA-NAMA YANG MULIA BAGI ALLAH
“Dialah Allah! Yang tiada Tuhan melainkan Dia." Inilah pokok pegangan orang pertama dan utama. Segala perhatian dan ingatan ditujukan kepada-Nya, Allah Tuhan Yang Satu. “Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata." Oleh karena Allah itu meliputi segala ruang dan waktu, niscaya bagi Allah sama saja diketahui-Nya yang gaib dan yang nyata. Sedang bagi kita sebagai makhluk lebih banyaklah yang gaib daripada yang nyata. Bahkan apa yang disangka nyata itu, bagi kita pun masih gaib. Oh, alangkah terbatasnya pengetahuan manusia dalam alam ini! “Dia adalah Maha Pemunah, Maha Penyayang.` (ujung ayat 22)
“Dialah Allah, yang tiada Allah selain Dia!" Itulah pegangan hidup kita. Alam menjadi sangat teratur karena Penciptanya hanya satu. Tidak berserikat, tidak berkongsi, sehingga tidak berebut kuasa di antara yang satu dengan yang lain, dan tidak pula berbagi kuasa. Di sinilah terletak inti ajaran tauhid. “Maharaja." Tidak ada kekuasaan satu raja pun dalam dunia ini yang menyamai Kemaharajaan Allah. Kekuasaan seorang raja hanyalah terbatas dalam sempadan-sempadan negerinya saja. Bilamana dia keluar dari negerinya, di negeri lain itu dia tidak berkuasa lagi. Seorang raja pun hanya berkuasa di kala dia masih hidup; kalau sudah mati, harus diganti dengan raja lain. Tidak ada seorang raja pun yang berkuasa seperti Allah, sebab raja-raja itu dianjung maka tinggi, diambak maka gadang, diakui baru jadi raja. Malahan ada raja yang dima'zulkan. Namun Allah menjadi Maharaja Diraja sejak asal semula jadi, yang tidak ada permulaan dan tidak ada kesudahan-Nya.
“Mahasuci" Dia. Bersih, karena tidak ada maksud buruk dalam kekuasaan mutlak itu. “Mahasejahtera" yaitu yang berarti juga damai, tidak ada kericuhan dan kekusutan, segala sesuatu berjalan dengan aman sentosa, damai sejahtera. “Yang Mengaruniakan keamanan, Maha Memelihara." atau yang membuat segala sesuatu aman sentosa. Karena lafazhnya ialah al-Mukmin yang boleh juga diartikan yang beriman, seperti hamba yang percaya kepada-Nya pun dinamai al-Mukmin, orang yang beriman, maka ada juga ahli tafsir yang memberikan tafsir bahwa Allah itu memang percaya kepada manusia, bahwa manusia itu akan sanggup memikul amanah-Nya.
“Mahaperkasa, Mahagagah." Yang apa saia yang telah diatur-Nya mestilah berlaku. Seorang raja besar yang gagah dan disegani dengan pakaian kebesarannya, diiringkan oleh pengawal pribadinya yang terdiri dari orang-orang terpilih yang mukanya kerena nan bengis, jadi kuyu dan kecillah dia di hadapan kegagahperkasaan Allah. Kuyulah doa ketika berhadapan dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh. Kuyu dan kecillah dia di hadapan Malaikat Maut yang datang menjemput nyawanya. Namun Allah tetap gagah.
“Yang Membesarkan Diri." Arti yang kita ambil dari Mutakabbir dan yang telah menjadi Bahasa Melayu (Indonesia), tekebur dari kata takabur. Pada Allah Ta'aala memang patutlah sifat itu dan itulah yang layak. Allah itu berhak buat membesarkan Diri-Nya, karena Dia memang Mahabesar (Allahu Akbar). Manusia bolehlah berusaha meniru meneladani sifat-sifat Allah yang sesuai untuk dirinya sebagai manusia. Misalnya pengasih, penyayang, pemurah, penyantun, penghiba, pengasuh, pendidik, pemberi ampun, pemberi maaf dan sebagainya. Tetapi janganlah manusia hendak meniru sifat yang tidak boleh ditirunya, terutama tentang takabur atau Mutakabir, membesarkan diri ini. Karena tidak ada satu manusia yang lebih besar dari manusia yang lain. Semua adalah sama-sama hamba Allah. “Mahasucilah Allah dari apapun yang mereka persekutukan." (ujung ayat 23)
“Dialah Allah, Maha Pencipta." Yaitu bahwa kehendak menjadikan alam dalam berbagai bentuknya ini adalah dari Dia sendiri, tidak karena dikehendaki oleh yang lain. “Yang Mengadakan" daripada tidak ada kepada ada. Jadi bukanlah alam yang Dia ciptakan itu sama terjadi dengan Dia, sebagaimana kepercayaan yang dianut oleh ahli-ahli filsafat, yang mengatakan bahwa alam itu qadim. “Yang Membentuk rupa," Ini pun diperingatkan, yaitu bahwasanya setiap manusia ditentukan oleh wajahnya, segala sesuatu ditentukan namanya, jenisnya dan rerumpunannya, karena ciri-ciri khas yang ditentukan pada rupanya. Rupa sesuatu menentukan untuk namanya, khususnya manusia; diberi bentuk sendiri, lain dari bentuk makhluk yang lain. Pada waktu tafsir ini disusun manusia yang berada di permukaan bumi adalah sekitar 4.000.000.000. Tidak seorang jua pun yang serupa semua berlain rupa. Meskipun ada perbedaan warna kulit; ada yang putih, kuning dan hitam dan sawo matang, namun yang sama-sama hitam pun tidaklah serupa.
“Bagi-Nyalah nama-nama yang baik." Allah berulang kali memberi ingat tentang nama-nama-Nya yang baik ini dalam Al-Qur'an. Berkata Sayyid Ibnul Murtadhaa dalam kitabnya, ItsaaruI Haqq, “Makrifat atau mengenal kesempurnaan Allah Yang Mahamulia, disertai sifat-sifat-Nya yang sempurna dan nama-nama-Nya yang baik adalah termasuk kesempurnaan tauhid." Ada terdapat dua tiga hadits tentang al-Asmaul Husna itu. Di salah satu hadits dikatakan bahwa nama itu 99 banyaknya. Siapa yang menghapal dan memahamkannya dijanjikan masuk surga. Tetapi jika dikumpulkan semua nama dari sekalian hadits itu terdapat lebih dari 99. Imam Ghazali menyatakan pendapat bahwa tentang nama-nama, tidaklah boleh kita menambah nama Allah dari yang telah ditentukan Allah dan dijelaskan Rasulullah ﷺ. Tetapi tentang sifat Allah, bolehlah kita menyatakan pendapat kita lebih luas dari nama yang telah tersebut, asal mengandung akan kemuliaan Ilahi.
“Bertasbih kepada-Nya apa pun yang ada pada sekalian langit dan bumi." Yang berarti tunduk dan patuh akan peraturan-Nya. “Dan Dia adalah Mahaperkasa, Mahabijaksana." (ujung ayat 24) Memang kalau kita baca dengan saksama dan kita pahamkan al-Asmaul Husna yang terkandung di ketiga ayat terakhir itu, jiwa kita akan tegak dan teguh, tidak takut menghadapi apa pun dan siapa pun yang ada di hadapan kita, karena di dalam menyerahkan diri kepada Allah, kita kena sinar dari Kebesaran-Nya. Selesai Tafsir Surah al-Hasyr. Alhamdulillah.