Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتَحۡسَبُهُمۡ
dan kamu mengira
أَيۡقَاظٗا
bangun
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
رُقُودٞۚ
tidur
وَنُقَلِّبُهُمۡ
dan Kami membolak-balikkan mereka
ذَاتَ
sebelah
ٱلۡيَمِينِ
kanan
وَذَاتَ
dan sebelah
ٱلشِّمَالِۖ
kiri
وَكَلۡبُهُم
dan/sedang anjing mereka
بَٰسِطٞ
mengulurkan
ذِرَاعَيۡهِ
kedua lengannya
بِٱلۡوَصِيدِۚ
dihalaman (pintu gua)
لَوِ
jika
ٱطَّلَعۡتَ
kamu melihat
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
لَوَلَّيۡتَ
tentu kamu berpaling
مِنۡهُمۡ
dari mereka
فِرَارٗا
melarikan diri
وَلَمُلِئۡتَ
dan tentu kamu dipenuhi
مِنۡهُمۡ
dari/terhadap mereka
رُعۡبٗا
ketakutan
وَتَحۡسَبُهُمۡ
dan kamu mengira
أَيۡقَاظٗا
bangun
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
رُقُودٞۚ
tidur
وَنُقَلِّبُهُمۡ
dan Kami membolak-balikkan mereka
ذَاتَ
sebelah
ٱلۡيَمِينِ
kanan
وَذَاتَ
dan sebelah
ٱلشِّمَالِۖ
kiri
وَكَلۡبُهُم
dan/sedang anjing mereka
بَٰسِطٞ
mengulurkan
ذِرَاعَيۡهِ
kedua lengannya
بِٱلۡوَصِيدِۚ
dihalaman (pintu gua)
لَوِ
jika
ٱطَّلَعۡتَ
kamu melihat
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
لَوَلَّيۡتَ
tentu kamu berpaling
مِنۡهُمۡ
dari mereka
فِرَارٗا
melarikan diri
وَلَمُلِئۡتَ
dan tentu kamu dipenuhi
مِنۡهُمۡ
dari/terhadap mereka
رُعۡبٗا
ketakutan
Terjemahan
Engkau mengira mereka terjaga, padahal mereka tidur. Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka membentangkan kedua kaki depannya di muka pintu gua. Seandainya menyaksikan mereka, tentu engkau akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
Tafsir
(Dan kamu akan mengira mereka itu) seandainya kamu melihat mereka (adalah orang-orang yang bangun) yakni tidak tidur, karena mata mereka terbuka. Lafal Ayqaazhan adalah bentuk jamak dari lafal tunggal Yaqizhun (padahal mereka adalah orang-orang yang tidur) lafal Ruquudun adalah bentuk jamak daripada lafal Raqidun (dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan kiri) supaya daging mereka tidak dimakan oleh tanah (sedangkan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya) kedua kaki depannya (di muka pintu gua) ke luar mulut gua itu, dan apabila mereka membalikkan badannya, maka anjing itu pun berbuat yang sama, ia pun sama tidur dengan mereka walaupun matanya terbuka. (Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi) lafal Muli'ta dapat pula dibaca Mulli'ta (dengan ketakutan terhadap mereka) lafal Ru'ban dapat pula dibaca Ru'uban; Allah memelihara mereka dengan menimpakan rasa takut kepada setiap orang yang hendak memasuki gua tempat mereka, sehingga mereka terpelihara dengan aman.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 18
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka
menjulurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentu kamu akan berpaling dan melarikan diri dari mereka dan hati kamu akan dipenuhi dengan rasa takut terhadap mereka.
Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa setelah Allah menimpakan tidur pada telinga mereka, mata mereka tidak terkatup, agar matanya tidak rusak. Karena apabila mata dalam keadaan terbuka, berarti selalu mendapat hawa (udara), dan itu lebih merawatnya. Karena itulah dalam firman-Nya disebutkan: washid artinya pintu gua. Menurut pendapat lain, makna al-washid adalah tanah. Tetapi pendapat yang benar adalah yang mengartikan halaman dan pintu gua. Termasuk ke dalam pengertian ini firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (Al-Humazah: 8) Yakni tertutup mengunci mereka di dalamnya. Dikatakan pula asid semakna dengan washid. Anjing mereka mendekam di depan pintu seperti kebiasaan anjing lainnya.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa anjing menjaga pintu gua mereka, dan hal itu sudah menjadi watak dan tabiat anjing. Anjing mendekam di depan pintu gua mereka seakan-akan sedang menjaga mereka. Tempat mendekam anjing itu berada di luar gua, karena malaikat tidak mau memasuki suatu rumah yang di dalamnya terdapat anjing, seperti yang telah disebutkan dalam hadits shahih.
Malaikat tidak mau pula memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung), orang yang berjunub (belum mandi wajib sesudah berhubungan suami istri), juga orang kafir, seperti yang telah disebutkan di dalam hadits yang berpredikat hasan. Berkah mereka mencakup anjing mereka sehingga anjing itu pun terkena tidur nyenyak seperti yang menimpa diri mereka, sedangkan anjing itu berada dalam posisinya. Demikianlah faedah dan manfaat berteman dengan orang-orang saleh, sehingga anjing itu pun menjadi terkenal dan disebut-sebut, menjadi buah bibir.
Menurut suatu pendapat anjing itu adalah anjing berburu milik salah seorang pemuda itu. Menurut pendapat lain, anjing itu adalah milik juru masak raja, lalu juru masak itu bergabung dengan mereka dan anjingnya mengikutinya. Juru masak tersebut seagama dan seiman dengan para pemuda itu. Akan tetapi, pendapat yang mendekati kebenaran adalah yang pertama tadi, yaitu milik salah seorang pemuda itu.
Al-Hafiz ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam biografi Hammam ibnul Walid Ad-Dimasyqi, bahwa telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Umar Al-Gassani, telah menceritakan kepada kami Abbad Al-Minqari; ia pernah mendengar Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa nama domba yang disembelih Nabi Ibrahim a.s. ialah Jarir, nama burung hudhud Nabi Sulaiman a.s. ialah 'Unfuz, nama anjing para pemuda penghuni gua adalah Qitmir dan nama anak lembu yang disembah kaum Bani Israil ialah Bahmut. Nabi Adam a.s. diturunkan (dari surga) ke India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Jeddah; iblis diturunkan di Desbisan, sedangkan ular (yang menggoda Nabi Adam dan Siti Hawa) diturunkan di Asfahan.
Dalam riwayat yang terdahulu dari Syu'aib Al-Jibai telah disebutkan bahwa nama anjing itu adalah Hamran. Para ulama berbeda pendapat tentang warna bulu anjing itu. Pendapat mereka berbeda-beda, tetapi tidak ada faedahnya dan tidak penting, bahkan termasuk hal yang dilarang karena semuanya hanya berdasarkan dugaan belaka, tanpa sandaran. Firman Allah ﷻ: “Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentu kamu akan berpaling dan melarikan diri dari mereka dan hati kamu akan dipenuhi dengan rasa takut terhadap mereka.” (Al-Kahfi: 18) Yakni Allah ﷻ menyelimuti diri mereka dengan wibawa, sehingga tiada seorang pun yang melihat mereka melainkan hatinya akan merasa takut.
Allah telah melindungi mereka dengan rasa takut dan wibawa yang hebat, agar tiada seorang pun berani mendekati mereka dan tiada suatu tangan pun yang dapat menyentuh mereka, hingga tiba masa terbangunnya mereka dari tidurnya, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ, karena dalam peristiwa itu terkandung hikmah dan bukti yang jelas tentang kekuasaan dan rahmat Allah yang luas.
Dan engkau, yakni siapa pun yang melihat keadaan mereka di dalam gua, mengira mereka itu tidak tidur, sebab dilihat dari pandangan
matanya keadaan mereka seperti terjaga, padahal mereka tidur lelap; dan
Kami bolak-balikkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, sehingga tidak
rusak oleh tanah sedang anjing mereka seakan-akan menjaga mereka
membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan keadaan mereka ketika itu, tentu kamu akan berpaling melarikan diri
dari mereka dan penuh tanda tanya apa yang sesungguhnya terjadi pada
mereka, dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka sebab
kamu melihat sesuatu yang sangat menakjubkan yang tidak pernah
kamu lihat sebelumnya. Dan demikianlah setelah kami tidurkan mereka dalam waktu yang
lama dan Kami jaga mereka di dalam tidurnya itu, Kami bangunkan
mereka agar di antara mereka saling bertanya tentang keadaan mereka.
Salah seorang di antara mereka berkata, Sudah berapa lama kamu berada
di sini' Mereka menjawab, Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.
Mereka mengira baru satu atau setengah hari di dalam gua, sebab mereka masuk ke dalam gua pada pagi hari dan bangun dari tidur pada
sore hari. Melihat keadaan di dalam gua itu dan di sekitarnya berbeda
dengan apa yang disaksikan dahulu, mereka ragu berapa lama tinggal
di dalam gua. Maka timbullah perbedaan pendapat di antara mereka.
Kemudian berkata seorang di antara mereka, Tak usah kita perdebatkan berapa lama kita di sini, Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada di sini. Meraka merasa lapar maka salah seorang di antara
mereka berkata, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota untuk
membeli makanan dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia
mencari tempat menjual makanan dan lihat manakah makanan yang lebih baik, maka belilah makanan itu dan bawalah sebagian makanan itu
untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut kepada siapa saja di
kota itu dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun agar
mereka tidak mengetahui keadaanmu dan tempatmu bersembunyi.
Setelah mendapat tempat yang aman dalam gua, mereka beribadah dengan tekun di dalamnya sampai Tuhan menutup pendengaran mereka, sehingga mereka tertidur. Dalam ayat ini, Allah ﷻ menjelaskan keadaan mereka sewaktu tidur. Mereka tampaknya bangun, tetapi sebenarnya mereka tidur. Ibnu Katsir berkata, "Sebagian ahli ilmu menerangkan bahwa tatkala Allah menutup pendengaran mereka dengan jalan menidurkan mereka, mata mereka tidak tertutup rapat agar udara tetap bisa masuk. Karena mata mereka terbuka, mereka disangka tetap terjaga; seolah-olah mereka melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka. Padahal mereka itu benar-benar tertidur, tetapi berbeda dengan tidur manusia biasa. Umumnya, pada waktu tidur biasa terdapat tanda-tanda istirahat dari organ-organ tubuh terutama pada mata dan wajah. Tidur para penghuni gua itu menyimpang dari sunatullah yang berlaku, karena Pencipta Alam berkehendak untuk memper-lihatkan kekuasaan dan kedaulatan-Nya atas alam semesta ini kepada manusia yang ingkar.
Meskipun dalam keadaan tidur, mereka digerakkan Allah dengan membalikkan mereka ke kiri dan ke kanan, sebagaimana lazimnya orang hidup yang sedang tidur. Namun, hal itu tidak mengurangi keluarbiasaan peristiwa tidur itu sendiri. Berbalik mereka tidak dapat disamakan dengan berbalik seseorang yang tidur biasa supaya badan tetap terpelihara. Allah Mahakuasa memelihara badan mereka, walaupun mereka tidak membalik ke kiri dan ke kanan. Allah menggerakkan mereka pada waktu tertentu untuk menunjukkan adanya kehidupan dan membedakan mereka dari patung atau mummi yang merupakan benda mati. Walaupun misalnya mereka berbalik ke kiri dan ke kanan sekali dalam setahun, sudah cukup menunjukkan keajaiban yang luar biasa bagi orang-orang yang menyaksikan karena mereka tidur lebih dari tiga ratus tahun.
Pendapat ahli tafsir beragam dalam hal itu. Ada yang mengatakan enam bulan sekali mereka berbalik, ada yang mengatakan sekali setahun pada hari Asyura, ada pula yang mengatakan sembilan tahun, dan sebagainya. Per-hitungan waktu itu tidak penting untuk diketahui. Anjing peliharaan mereka dalam keadaan membujurkan badan dengan kedua kaki depannya berada di dekat pintu gua. Suasana dalam gua itu sangat menyeramkan. Siapa saja yang ingin masuk hendak melihat keadaannya, mereka tentu akan merasa takut, dan melarikan diri. Tidak seorangpun yang berani masuk ke dalam gua itu. Tuhan menciptakan suasana seram dan menakutkan dalam gua itu, menurut Ibnu Katsir, agar jangan seorangpun yang mendekat dan menyentuh mereka sampai kelak datang ketentuan yang telah ditetapkan Allah ﷻ Sebab, peristiwa itu mengandung hikmah yang besar, dan alasan yang kuat bahwa janji Allah itu benar dan hari kiamat pasti datang.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEADAAN MEREKA DALAM GUA ITU
Setelah Allah menerangkan bagaimana letak gua atau ngalau itu, yang menyebabkan mereka tidak terkena cahaya matahari dan tidak pula basah kuyup karena jatuhnya air hujan, dan udara yang selalu bertukar sebab tempat mereka terbaring itu lapang, Allah menerangkan lagi bagaimana tidur mereka.
Ayat 18
“Dan engkau sangka mereka jaga, padahal mereka tidur nyenyak."
Dalam ayat ini terdapat kalimat aiqazhan yang kita artikan jaga. Tidak kita pakai kata bangun karena kata bangun dapat membawa paham terbangun dari tidur lalu berdiri. Tidak pula kita artikan dengan sadar. Karena kata sadar dapat diartikan sadar dari pingsan atau sadarkan diri sesudah melamun. Kita pakai kalimat jaga karena orang yang tidak tidur namanya jaga. Orang-orang yang sengaja tidak tidur semalam suntuk dinamai berjaga-jaga. Arti ayat inilah, jika misalnya ketika itu Nabi Muhammad ﷺ yang menerima wahyu dapat melihat mereka ke dalam gua itu, Nabi Muhammad akan menyangka bahwa mereka itu tidak tidur. Menurut satu keterangan dari Ibnu Abbas mata mereka itu tidak terkatup sehingga dari jauh mereka kelihatan seperti jaga juga, padahal mereka tidur."Dan Kami balik-balikkan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri."
Terang bahwa ditakdirkan Allah mereka dibalik-baiikkan ke kiri dan ke kanan ialah supaya darah mereka berjalan dengan lancar dan urat-urat jangan membeku dan jangan sampai badan itu menjadi satu saja dengan tanah."Dan anjing mereka membentangkan kedua kaki mukanya di pintu gua."
Dengan demikian diisyaratkan pula bahwa anjing itu pun tidak mati. Dia tetap tidur dengan mengunjurkan kedua kaki mukanya, yang sudah disediakan Allah dia seperti penjaga, sehingga kalau ada orang yang mencoba mendekati tempat itu, orang itu akan takut melihat ada anjing galak di pintu gua. Sehingga,
“Jikalau engkau lihatlah mereka, niscaya engkau akan benpaling dari mereka sambil tani, dan niscaya dipenuhilah engkau, karena mereka, oleh, ketakutan."
Dibayangkanlah dalam ayat ini bahwa suasana di sekitar gua ngalau itu, baik dari luar sampai ke dalam, adalah seram menakutkan. Di muka pintu gua ada anjing tidur, bukan anjing mati. Jika orang memberanikan diri juga masuk ke dalam, kelihatan orang-orang yang tengah berbaring-baring dan mata mereka nyalang! Maka kalau ada orang yang mencoba-coba datang ke sana, baru saja kelihatan, orang tidak akan tahan lama, orang akan lari. Maksudnya tentu saja ialah melaksanakan kehendak Ilahi agar orang-orang itu dapatterus tidur menurut masa yang dikehendaki Allah.
Demikianlah keadaannya sampai tiga abad!
Ayat 19
“Dan demikianlah, Kami bangunkan mereka."
Artinya setelah sampai menurut waktu yang ditakdirkan oleh Allah, mereka dibangunkan oleh kehendak Allah."Sampai mereka tanya bertanya di antara mereka." Artinya setelah semua sama bangun dari tidur yang amat nyenyak itu, mereka pun tercengang-cengang."Berkata seorang di antara mereka, “Berapa lama kamu tinggal (disini)?" Meskipun dia berkata kamu kepada teman-temannya, namun dirinya tidaklah terkecuali."Mereka menjawab, “Kita telah tinggal di sini satu hari atau setengah hari" Mungkin menjawab demikian sebab dia mengingat bahwa mereka masuk ke dalam gua itu hari masih agak pagi, sekarang mereka terbangun, mereka lihat matahari telah condong ke barat, artinya sudah mulai petang, tetapi belum senja.
Sedang bertanya-tanyaan itu tentu ada yang ragu menerima keterangan kawannya mengatakan sehari atau setengah hari itu. Bertambah agak lama duduk berbincang tentu bertambah menjalarlah penglihatan mata ke kiri dan ke kanan. Ketika masuk, nun di sana, masih rumput kecil, mengapa sekarang ada pohon besar? Sebab itu dia tidak dapat menerima kalau dikatakan kita di sini sehari atau setengah hari. Lantaran itu tersebut pada lanjutan ayat, “Berkata (yang lain) “Tuhan kamulah yang lebih tahu berapa lama kamu tinggal (di sini)" Jawaban seperti ini menunjukkan bahwa sebagian mereka mulai sadar bahwa mereka dalam gua ini lebih dari sehari atau setengah hari. Tetapi berapanya tidak ada yang tahu. Maka terasalah perut mulai lapar. Lalu berkatalah seorang di antara mereka, mungkin yang tertua."Utuslah seorang di antara kamu dengan uang perakmu ini ke dalam kota, maka hendaklah dia menilik mana makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawakan sedikit makanan darinya."
Dengan susunan ayat ini jelas bahwa mereka menyembunyikan diri ke dalam ngalau itu ada membawa uang perak. Memang sejak zaman purbakala orang telah memakai logam alat pembayaran; baik berupa emas, perak, ataupun tembaga. Di dalam museum yang besar-besar di dunia ini ada dikumpulkan orang alat-alat pembayaran zaman purbakala, yang sejak zaman itu telah dihiasi muka uang itu dengan gambar raja yang sedang berkuasa. Bawalah uang perak yang ada padamu itu ke tengah kota, beli makanan karena kita sudah sangat lapar. Pilih makanan yang baik dan bersih, dan bawa kemari segera agak sedikit untuk makanan kita bersama. Perintah yang begini hati-hati menunjukkan pula bahwa mereka masih menyangka bahwa penduduk kota masih menyembah berhala. Sebab itu di suruhnya supaya meneliti benar-benar makanan yang halal buat mereka.
“Dan hendaklah dia berhati-hati dan janganlah dia menimbulkan curiga seorang pun tentang kamu."
Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa mereka dibangunkan itu, badan mereka sehat-sehat, wajah mereka tak berubah, rambut mereka masih tetap hitam, tidak ada yang kurang suatu pun. Sebab itu tidaklah heran jika mereka tanya-bertanya. Perasaan mereka pun masih seperti akan mulai tidur, yaitu bahwa mereka dalam bahaya, sedang dikejar-kejar oleh kaki tangan raja. Oleh karena perut mereka sudah sangat lapar, perlulah mencari makanan. Tetapi mesti hati-hati. Karena ketahuan siapa mereka, kecelakaanlah yang akan menimpa.
Dengan jelas dikatakan selanjutnya oleh yang memimpin itu.
Ayat 20
“Karena sesungguhnya jika mereka ketahui tentang hal kamu."
Yaitu mereka ketahui bahwa pemuda yang masuk kota ini adalah salah seorang dari pemuda yang lari meninggalkan negeri karena itikadnya telah berubah dari kepercayaan yang dipimpinkan raja dan mereka sedang dicari-cari."Niscaya akan mereka rajam kamu." Mereka rajam, mereka siksa, ditumpuki dengan batu sampai mati."Atau akan mereka kembalikan kamu ke dalam agama mereka." Karena takut akan dirajam, mungkin kamu dibiarkan hidup, tetapi mesti kembali kepada agama nenek moyang. Kalau itu yang kejadian.
“Maka tidaklah kamu akan berbahagia lagi buat selama-lamanya."
Setelah mereka menerima petaruh-pe-taruh dari yang tertua demikian bunyinya, maka berangkatlah yang diutus mencari makanan itu menuju kota.
Meskipun Al-Qur'an tidak menjeiaskan secara terperinci keadaan utusan itu masuk kota, khayat kita sendiri pun telah dapat merasakan bagaimana bingungnya dia sesampai di dalam kota. Sedangkan seorang penduduk Jakarta yang meninggalkan kota ini agak setahun, lalu datang kembali, akan tercengang juga melihat berbagai perubahan, apakah lagi kalau dia meninggalkan kota seratus tahun. Mungkin sekali orang datang berkerumun melihat orang ganjil itu seketika dia menilik-nilik makanan yang akan dibawanya ke dalam gua pada satu kedai. Setelah tawar-menawar dan timbul persesuaian harga, niscaya dikeluarkannya uangnya untuk pembayar beli makanan itu. Dan pasti lama orang kedai menimbang-nimbang dan membolak-balik uang itu. Niscaya si utusan sudah sangat berhati-hati supaya dirinya jangan masuk ke dalam perangkap keganasan hukum raja. Tetapi bagaimana dia akan dapat menyembunyikan, padahal uangnya sendiri jadi saksi.
Maka datanglah kisah selanjutnya,
Ayat 21
“Dan begitulah, Kami telah temukan atas mereka."
Artinya, tersiarlah kabar berita di sekeliling kota dengan cepat sekali, bahwa yang membeli makanan itu adalah salah seorang di antara orang-orang yang pergi bersembunyi ke dalam Kahfi itu, yang memang telah mereka terima ceritanya dari nenek moyang turun-temurun. Bukti yang nyata di antaranya ialah pakai-an orang itu, yang sudah jauh berbeda dengan bentuk pakaian orang di zaman itu. Kedua yang lebih jelas ialah uang perak itu. Di sana tertulis tahun uang itu dicap.
Menurut keterangan Ikrimah, “Dalam negeri itu pada waktu sedang terjadi perselisihan paham di antara dua golongan, tentang manusia akan dibangkitkan kembali di hari Kiamat. Ada yang mengatakan bahwayang akan dihidupkan kembali itu hanyalah Ruh! Tubuh tidak! Sedang pertengkaran itu memuncak, tiba-tiba muncullah utusan penduduk Kahfi itu ke tengah kota membeli makanan. Dia berjalan dengan amat hati-hati, tetapi dia tidak dapat menyembunyikan kebingungannya, sehingga dia sampai ke tengah kota. Ketika ditanyainya apa nama negeri itu, orang menjawab namanya ialah Daqsus. Si utusan menyangka bahwa dia meninggalkan negeri itu belum lama, padahal manusia-manusia telah ganti berganti, kurun demi kurun, generasi demi generasi, umat demi umat, negeri sudah banyak berubah. Yang tampak hanya bekas-bekas lama, namun orang telah bertukar. Tanda-tanda yang lama tak bertemu lagi, seorang pun tidak bertemu orang yang dikenalnya, baik orang khawas ataupun orang awam, sampai dia bingung. Apakah saya ini sudah gila, atau apakah saya ini dalam bermimpi. Tidak! Saya bukan gila, saya sehat. Saya bukan bermimpi, saya sadarkan akan diri. Tetapi keadaan sekarang mengapa sangat jauh berbeda dengan kemarin, ketika dia saya tinggalkan. Lalu dia mengambil keputusan, “Sebaiknya saya lekas keluar dari negeri ini!" Tetapi dia lapar, kawan-kawan yang menunggu pun lapar. Maka singgahlah dia ke suatu kedai makanan. Ditawarnya makanan, lalu dibayarnya dengan uang peraknya itu. Maka tercenganglah penjual makanan itu melihat rupa uang baru itu dan melihat uang perak diserahkannya. Setelah dibolak-baliknya diserahkannya kepada kedai sebelahnya untuk dilihat bersama-sama sehingga beredar dari tangan ke tangan. Lalu mereka berkata sesama mereka, “Mungkin orang ini mendapat harta orang purbakala yang tersimpan dalam bumi." Lalu mereka bertanya, “Engkau ini siapa?"
Dengan jujur dia menjawab, “Saya adalah penduduk asli kota ini. Kemarin pagi saya meninggalkan kota, rajanya ialah Diqyanus!"
Orang bertambah tercengang sehingga dia disangka gila. Lalu dengan segera dia dibawa menghadap penguasa. Sampai di sana dia diperiksa dan ditanyai dengan tenang. Lalu dijawabnyalah pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur pula sehingga yakinlah orang akan cerita-cerita yang diterima dari nenek moyang tentang beberapa pemuda yang hilang meninggalkan negeri dan sembunyi ke dalam gua, tetapi gua itu tidak dapat ditempuh orang.
Untuk meyakinkan pergilah raja negeri itu ke gua Kahfi itu, dengan si utusan yang menunjukkan jalan. Sampai di pintu gua, demikian riwayat lkrimah, si penunjuk jalan itu minta izin dibiarkan masuk lebih dahulu memberitahu kawan-kawannya. Ada satu riwayat mengatakan bahwa sehilang orang itu masuk ke dalam, orang-orang yang tinggal di luar kebingungan tak dapat masuk. Tetapi satu riwayat menyatakan bahwa raja dan para pengiringnya itu bisa masuk dan dapat bertemu dengan mereka lalu raja bersalam-salaman dengan mereka. Diberitahukannya kepada mereka bahwa zaman pemerintahan Raja Diqyanus itu telah lama berlalu, dan raja yang sekarang Yandusius, tidak lagi penyembah berhala, melainkan percaya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa! Maka bersukacitalah mereka semuanya dan dapatlah bercakap-cakap dengan raja beberapa lamanya. Kemudian mereka pun menyatakan diri akan tetap dalam gua itu dan akan tidur kembali sebagai sediakala. Mereka pun kembalilah ke tempat mereka berbaring semula, dan raja dan pengiringnya pun pulang. Dan ajal yang ditentukan Allah buat mereka pun sampailah. Wallahu a'lam"
Ayat 21
“Maka begitulah, Kami telah temukan atas mereka."
Lalu sambungan ayat, “Supaya tahulah mereka bahwa janji Allah itu adalah benar; dan bahwa saat itu tidaklah diragukan lagi tentang adanya." Yang dimaksud dengan mereka dalam ayat ini ialah orang-orag yang masih berbantah-bantahan tentang hari kebangkitan (Kiamat) kelak. Bahwa yang akan dibangkitkan itu bukanlah semata-mata Ruh saja, badan pun akan turut dibangkitkan dan alam kuburnya. Maka dipelihara Allah-lah hidup hamba-Nya dalam gua itu tiga abad lamanya, untuk menjadi bukti bahwa Allah dapat berbuat demikian itu. Bahkan sebagai tersebut pada ayat 9, permulaan kisah penghuni Kahfi itu, bahwa kisah mereka belumlah begitu menakjubkan dibandingkan dengan kekuasaan Allah yang lain, yang berlipat ganda hebat dahsyatnya dari itu.
Maka tahulah orang senegerinya bahwa memang ada manusia-manusia bersama seekor anjing tidur terus dalam gua tiga abad. Mereka telah melihat dan membuktikan dengan mata kepala sendiri. Setelah hal itu jelas timbul pulalah perbantahan. Ini diuraikan pada ayat selanjutnya, “Ingatlah tatkala mereka berbantah-bantahan di antara mereka tentang hal neraka itu." Yaitu di antara orang besar-besar dalam negeri itu yang mengiringkan raja mereka menyelidiki gua itu. Yang setelah mereka buktikan bersama memang ada orang itu, dan memang tidur nyenyak, dan kemudian mereka pun disampaikan Allah ajalnya. Semuanya meninggal dalam gua itu, termasuk utusan yang disuruh membeli makanan ke kota, termasuk anjing penjaga pintu gua itu.
“Lalu mereka berkata, “Dirikanlah di atas mereka itu satu bangunan." Artinya, mereka usulkan supaya pintu gua itu ditutup rapat dan di atas gua itu diadakan satu bangunan sebagai peringatan, dan tidak usah lagi keadaan mereka itu diusik-usik. Tetapi “Tuhan mereka itu lebih mengetahui tentang hal mereka." Kemudian itu, “Berkata orang-orang yang berkuasa atas hal mereka,
“Sesungguhnya akan kita adakan atas mereka suatu masjid."
Itulah yang menjadi perbantahan setelah nyata penghuni gua itu telah menetap buat selama-lamanya, yang dahulunya tidur nyenyak, kemudian mati. Setengah mengatakan tutup pintu gua itu buat selamanya, lalu perbuat sebuah bangunan. Yang setengah lagi, yaitu pihak yang berkuasa, pihak pemerintahan mengusulkan supaya didirikan di sana masjid!
Menurut Ibnu Jarir dalam tafsirnya, yang meminta ditutup saja gua itu, lalu didirikan satu bangunan biasa untuk tanda, ialah yang telah menganut paham tauhid. Dan yang memutuskan hendak mendirikan masjid tempat beribadah ialah yang masih musyrik. Mungkin yang menyebabkan Ibnu Jarir menafsirkan demikian karena ada sabda yang tegas dari Nabi ﷺ demikian bunyinya,
“Dikutuk Allah orang Yahudi dan Nasrani yang mengambil kubur nabi-nabi mereka dan orang-orang yang saleh mereka menjadi masjid."
Dan menurut satu riwayat lagi tatkala didapati kubur Nabi Dariel di Irak oleh Kha-filah Amiril Mu'minin Umar bin Khaththab, adalah sangat mencengangkan karena tubuh Nabi Allah Dariel yang mulia itu tidak rusak dimakan tanah, padahal sudah ratusan tahun. Lalu Sayyidina Umar menyuruh orang menguburkan kembali jenazah yang mulia itu pada tengah malam di tempat yang dirahasiakan.
Maka menanglah rupanya kehendak raja, sebab baginda yang berkuasa, lalu didirikanlah di sana tempat menyembah Allah (masjid). Mungkinlah agak-nya pintu gua disuruh raja menutupinya, lalu di luar pintu gua itu dire-amkan, di-rcnjam-kan atau dipahatkan nama mereka; sebab itu disebut ar-Raqiim. Dan di dekat itu didirikan tempat shalat, menurut syari'at yang ada pada masa itu. Dan setelah berlalu masanya beratus tahun pula, sampai kepada zaman Nabi kita Muhammad ﷺ, kisah orang tentang penghuni Kahfi, atau gua atau ngalau, itu masih segar dalam ingatan orang, sampai hendak dijadikan ujian tentang kenabian dan kerasulan Muhammad ﷺ oleh orang-orang Yahudi, seperti tersebut dalam sebab-sebab turunnya surah yang bernama al-Kahfi ini.