Ayat
Terjemahan Per Kata
فَسَبِّحۡ
maka bertasbihlah
بِحَمۡدِ
dengan memuji
رَبِّكَ
Tuhanmu
وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ
dan mohonlah ampun
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
كَانَ
adalah Dia
تَوَّابَۢا
Maha Penerima Taubat
فَسَبِّحۡ
maka bertasbihlah
بِحَمۡدِ
dengan memuji
رَبِّكَ
Tuhanmu
وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ
dan mohonlah ampun
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
كَانَ
adalah Dia
تَوَّابَۢا
Maha Penerima Taubat
Terjemahan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.
Tafsir
(Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu) artinya bertasbihlah seraya memuji-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat) sesungguhnya Nabi ﷺ sesudah surah ini diturunkan, beliau selalu memperbanyak bacaan: Subhaanallaah Wa Bihamdihi, Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaihi, yang artinya: "Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya." Dengan turunnya surah ini dapat diketahui bahwa saat ajalnya telah dekat. Peristiwa penaklukan kota Mekah itu terjadi pada bulan Ramadan tahun delapan Hijriah, dan beliau wafat pada bulan Rabiulawal, tahun sepuluh Hijriah.
Tafsir Surat An-Nashr: 1-3
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berhondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Tobat. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Khalifah Umar memasukkan diriku ke dalam kelompok orang-orang tua yang pernah ikut dalam Perang Badar.
Maka seseorang dari mereka merasa kurang enak dengan keberadaanku bersama dengan mereka, akhirnya ia berkata, "Mengapa orang seusia dia dimasukkan ke dalam golongan kita, padahal kita mempunyai anak-anak yang seusia dengannya." Maka Umar menjawab, "Sesungguhnya dia termasuk seseorang yang telah kalian ketahui." Pada suatu hari Umar memanggil mereka, dan ia memasukkan diriku ke dalam golongan mereka.
Dan aku mengerti bahwa tidaklah dia memanggilku dan menggabungkan diriku bersama mereka di hari itu melainkan dengan tujuan hendak memperlihatkan kadar ilmuku kepada mereka. Lalu Umar membuka pembicaraan, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang makna firman Allah ﷺ: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Maka sebagian dari mereka menjawab.Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk memuji Allah dan memohon ampunan kepada-Nya, apabila kita peroleh kemenangan dan pertolongan." Dan sebagian dari mereka hanya diam, tidak mengatakan sepatah kata pun.
Maka Umar berkata kepadaku, "Apakah demikian pula menurutmu, wahai Ibnu Abbas?" Aku menjawab, "Tidak." Umar berkata, "Bagaimanakah menurutmu?" Maka aku menjawab, bahwa itu merupakan pertanda dekatnya ajal Rasulullah ﷺ Yang diberitahukan kepadanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Maka itulah alamat dekatnya ajalmu. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat. (An-Nasr: 3) Maka Umar ibnu Khattab berkata, "Aku pun sependapat denganmu." Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid. Imam Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Humaid, dari Mahran, dari Ats-Tsauri, dari ‘Ashim, dari Abu Razin, dari Ibnu Abbas, lalu ia menyebutkan kisah yang semisal dengan kisah di atas.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami ‘Atha’, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Rasulullah ﷺ bersabda: Ini adalah ucapan belasungkawa terhadapku. Karena sesungguhnya beliau ﷺ wafat pada tahun itu juga; Imam Ahmad meriwayatkan secara munfarid. Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisalnya dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, Abul Aliyah, Adh-Dhahhak, dan lain-lainnya bahwa hal ini merupakan berita dekatnya ajal Rasulullah ﷺ.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Isa Al-Hanafi, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Hazim, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ berada di Madinah, tiba-tiba beliau ﷺ bersabda: Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, telah datang pertolongan Allaah dan kemenangan, telah datang penduduk Yaman.
Ditanyakan, "Wahai Rasulullah, siapakah penduduk Yaman itu? Rasulullah ﷺ menjawab, "Kaum yang lembut hatinya dan lunak wataknya. Iman adalah Yaman dan fiqih adalah Yaman, dan hikmah adalah Yaman. Kemudian Ibnu Abdul Ala meriwayatkannya dari Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Ikrimah secara mursal. Imam Ath-Thabarani mengatakan. telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al-Juhdari, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Hilal ibnu Kliabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) hingga akhir surat, ini merupakan berita dekatnya ajal Rasulullah ﷺ saat surat ini diturunkan.
Maka kelihatan Rasulullah ﷺ lebih mempergiat kesungguhannya lebih dari sebelumnya dalam masalah akhirat. Dan Rasulullah ﷺ sesudah itu bersabda: "Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan telah datang penduduk Yaman. Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penduduk Yaman itu? Rasulullah ﷺ bersabda, "Kaum yang memiliki hati yang lembut dan watak yang lunak. Iman adalah Yaman, dan fiqih adalah Yaman. Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan, dari ‘Ashim ibnu Abu Razin, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Nabi ﷺ mengetahui bahwa sesungguhnya ini merupakan berita dekatnya ajal dirinya ﷺ Menurut satu pendapat mengatakan bahwa ketika diturunkan surat ini (An-Nasr). Waqi telah menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari ‘Ashim, dari Abu Razim bahwa Umar pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Maka Ibnu Abbas menjawab, bahwa surat ini diturunkan sebagai pertanda dekatnya kewafatan Rasulullah ﷺ Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ahmad ibnu Umar Al-Waki'i, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, dari Abul Umais, dari Abu Bakar ibnu Abul Jahm, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Utbah.
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa surat Al-Qur'an yang paling akhir penurunannya adalah yang diawali dengan firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul Bukhturi At-Ta-i, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa ketika diturunkan surat ini yang diawali dengan firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Rasulullah ﷺ inembacanya hingga selesai, lalu bersabda: Manusia itu (orang-orang mukmin) baik dan aku beserta para sahabatku baik.
Tiada hijrah sesadah kemenangan (atas kota Mekah), tetapi (yang masih ada ialah) jihad dan niat. Maka Marwan (yang saat itu menjadi khalifah) berkata kepada Abu Said, ''Kamu dusta," sedangkan di hadapannya terdapat Rafi' ibnu Khadij dan Zaid ibnu Sabit sedang duduk bersamanya di atas dipan. Maka Abu Sa'id menjawab, "Seandainya dua orang ini menghendaki, tentulah mereka berdua menceritakan hadits ini kepadamu. Akan tetapi, yang ini merasa takut kepadamu bila kamu cabut dia dari kepemimpinan kaumnya, dan orang ini merasa takut bila kamu tidak memberinya sedekah (zakat).
Maka Marwan mengangkat cemetinya dengan maksud akan memukul Abu Sa'id; dan ketika kedua teman duduknya itu melihat situasi memanas, maka keduanya berkata mendukung Abu Sa'id, "Dia benar." Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Dan hadits yang diingkari oleh Marwan ini terhadap orang yang mengatakannya (yaitu Abu Sa'id) bukanlah hadits yang munkar. Karena sesungguhnya telah terbuktikan melalui riwayat Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda di hari kemenangan: Tiada hijrah lagi (sesudah ini), tetapi jihad dan niat;dan apabila kalian diperintahkan untuk berangkat berperang, maka berangkatlah.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab shahih masing-masing. Dan pendapat yang dikemukakan oleh sebagian sahabat dari kalangan orang-orang yang ada di dalam majelis Umar saat itu mempunyai alasan yang benar dan baik. Mereka mengatakan bahwa Allah telah memerintahkan kepada kita bila Dia telah memenangkan kita atas kota-kota besar dan benteng-benteng musuh, hendaknya kita memuji kepada Allah, bersyukur, dan bertasbih kepada-Nya.
Yakni mengerjakan shalat dan memohon ampun kepada-Nya. Hal ini telah terbukti kebenarannya dengan adanya shalat yang dilakukan oleh Nabi ﷺ di Mekah pada hari penaklukannya, yaitu diwaktu duha sebanyak delapan rakaat. Maka sebagian orang mengatakan bahwa shalat itu adalah shalat duha. Tetapi disanggah bahwa Rasulullah ﷺ belum pernah membiasakan shalat tersebut, lalu mengapa beliau melakukan shalat itu, padahal beliau dalam keadaan musafir dan tidak berniat untuk mukim di Mekah? Karena itulah maka beliau tinggal di Mekah hanya sampai akhir Ramadan, yang lamanya kurang lebih sembilan belas hari; dan selama itu beliau mengqasar salatnya.
Lalu beliau berbuka bersama semua tentara kaum muslim. yang saat itu jumlahnya kurang lebih sepuluh ribu personel. Mereka yang menyanggah pendapat pertama mengatakan bahwa shalat yang dilakukan oleh mereka tiada lain adalah shalat Al-Fat-h. Mereka mengatakan bahwa untuk itu maka dianjurkan bagi pemimpin pasukan apabila mendapat kemenangan atas suatu negeri, hendaknya ia melakukan shalat di dalam negeri itu saat pertama kali dia memasukinya sebanyak delapan rakaat.
Hal yang semisal telah dilakukan oleh Sa'd ibnu Abu Waqqas di hari kemenangan atas kota-kota besar (negeri Persia). Kemudian sebagian dari ulama mengatakan bahwa Nabi ﷺ mengerjakan shalat yang delapan rakaat itu dengan sekali salam. Tetapi menurut pendapat yang shahih, Nabi ﷺ melakukan salam pada setiap dua rakaatnya, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sunan Abu Dawud, bahwa Rasulullah ﷺ melakukan shalat pada tiap dua rakaat di hari kemenangan atas kota Mekah. Adapun menurut penafsiran Ibnu Abbas dan Umar yang menyatakan bahwa surat ini merupakan pemberitahuan akan dekatnya kewafatan Rasulullah ﷺ, maka seperti berikut: Ketahuilah bahwa apabila Aku taklukkan Mekah untukmu karena ia adalah kota yang telah mengusirmu, dan manusia mulai memasuki agama Allah secara berbondong-bondong, maka sesungguhnya akan Kami selesaikan tugasmu di dunia.
Karena itu bersiap-siaplah kamu untuk datang menghadap kepada Kami, maka negeri akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia. Dan sesungguhnya'Tuhanmu akan memberimu pahala yang membuatmu merasa puas dengannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (An-Nasr: 3) ". Imam An-Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mahbub, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Hilal ibnu Khabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika turun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) sampai akhir surat.
Menurut Ibnu Abbas, ini merupakan berita tentang dekatnya masa kewafatan Rasulullah ﷺ Sesudah itu beliau ﷺ kelihatan lebih meningkatkan kesungguhannya dalam urusan akhirat. Dan sesudah itu Rasulullah ﷺ bersabda: "Telah datang kemenangan dan telah datang pertolongan Allah, dan telah datang penduduk Yaman. Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penduduk Yaman itu? Rasulullah ﷺ menjawab, "Mereka adalah kaum yang berhati lunak dan berwatak lemah lembut. Iman adalah Yaman, hikmah adalah Yaman, dan fiqih adalah Yaman. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ dalam rukuk dan sujudnya memperbanyak bacaan: Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan Kami; dan dengan memuji kepada Engkau, ya Allah, ampunilah aku. Nabi ﷺ melakukan demikian sebagai pengamalannya terhadap makna surat ini. Dan Jamaah lainnya telah mengetengahkannya selain Imam At-Tirmidzi melalui hadits Mansur dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Adiy, dari Daud, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq yang mengatakan bahwa Aisyah telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ di akhir usianya memperbanyak bacaan: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Dan beliau ﷺ bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah memberitahuku bahwa aku akan melihat suatu tanda (dekatnya ajalku) di kalangan umatku, dan Dia memerintahkan kepadaku apabila telah melihatnya untuk (memperbanyak) bacaan tasbih, tahmid, dan istigfar kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat. Dan sesungguhnya aku telah melihatnya, yaitu melalu ifirman-Nya, "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (An-Nasr: 1-3) Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang sama. ". Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Sa'ib, telah menceritakan kepada kami Hafs, telah menceritakan kepada kami ‘Ashim, dari Asy-Sya'bi, dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ di penghujung usianya, tidak sekali-kali beliau berdiri, duduk, pergi, dan datang melainkan membaca: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya. Maka aku bertanya, "Wahai Rasulullah, aku telah melihatmu memperbanyak bacaan tasbih dan tahmid kepada Allah, tidak sekali-kali engkau pergi, datang, berdiri, atau duduk melainkan engkau membaca, "Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya." Maka beliau ﷺ menjawab, bahwa sesungguhnya beliau diperintahkan untuk melakukannya, lalu beliau membaca firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1), hingga akhir surat.
Hadits ini berpredikat gharib. Kami telah menulis hadits tentang kifarat majelis dengan berbagai macam jalur periwayatan dan lafaznya dalam suatu pembahasan yang terpisah, maka tidak perlu dikemukakan di sini. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan: Apabila telah datang per tolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1), hingga akhir surat. Maka beliau memperbanyak bacaan berikut bila sedang rukuk, yaitu: Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan kami;dan dengan memuji kepada Engkau, ya Tuhan kami, ampunilah daku; sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Sebanyak tiga kali. Imam Ahmad meriwayatkan hadits mi secara munfarid. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari ayahnya, dari Amr ibnu Murrah, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama. Yang dimaksud dengan al-fath di sini ialah kemenangan atas kota Mekah, menurut kesepakatan semuanya. Karena sesungguhnya kabilah-kabilah Arab pada mulanya menggantungkan keislaman mereka dengan kemenangan atas kota Mekah.
Mereka mengatakan, "Jika dia (Nabi ﷺ) beroleh kemenangan atas kaumnya, berarti dia benar seorang nabi." Dan ketika Allah subhanahu wa ta’ala memenangkannya atas kota Mekah, maka masuklah mereka ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong. Belum lagi berlalu masa dua tahun, seluruh penduduk Jazirah Arabia telah beriman, dan tiada suatu kabilah Arabpun melainkan mereka menampakkan keislamannya. Segala puji dan harapan hanyalah dipanjatkan bagi Allah subhanahu wa ta’ala Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan dari Amr ibnu Salamah, bahwa ketika kemenangan atas kota Mekah diraih oleh kaum muslim, maka semua kaum berlomba-lomba menyatakan keislamannya kepada Rasulullah ﷺ Dan sebelumnya semua kaum menggantungkan keislaman mereka dengan kemenangan atas kota Mekah.
Mereka mengatakan, "Biarkanlah dia dan kaumnya; jika dia dapat menang atas mereka, berarti dia adalah seorang nabi yang baru." Kami telah menulis kisah tentang perang kemenangan atas kota Mekah di dalam kitab kami yang berjudul As-Sirah. Untuk itu bagi siapa yang ingin memperoleh keterangan yang lebih detail, hendaklah ia merujuk kepada kitab tersebut; segala puji bagi Allah atas karunia-Nya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Abu Ammar, telah menceritakan kepadaku seorang tetangga, dari Jabir ibnu Abdullah. Dia menceritakan bahwa ketika ia baru datang dari suatu perjalanan, tiba-tiba Jabir ibnu Abdullah datang berkunjung ke rumahnya. Jabir mengucapkan salam kepadanya, kemudian aku ceritakan kepadanya tentang terpecah belahnya manusia dan hal ikhwal kebid'ahan yang mereka buat-buat.
Maka Jabir saat itu juga menangis. Kemudian Jabir berkata bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, dan kelak mereka akan keluar darinya secara berbondong-bondong (pula)."
maka sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas karunia-Nya yang agung itu, bertasbihlah dan sucikanlah Tuhanmu dari sifat-sifat yang tak layak bagi-Nya, dan sertailah tasbihmu itu dengan memuji Tuhan-mu yang telah menyokongmu dalam menaklukkan Mekah, dan mohonlah ampunan kepada-Nya untukmu dan umatmu. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat hamba-hamba-Nya yang bertasbih dan beristigfar. Membaca tasbih, tahmid, dan istighfar adalah cara yang mulia ketika seseorang meraih kesuksesan karena pada hakikatnya Allah-lah yang memberi kesuksesan itu kepadanya, bukan dengan berpesta dan berfoya-foya. 1. Karena kebenciannya kepada Nabi dan penentangannya terhadap dakwah beliau dengan cara yang menyakitkan, maka celaka dan binasalah kedua tangan Abu Lahab yakni diri Ab' Lahab, yang bernama 'Abdul 'Uzz' bin 'Abdul Muttalib; dan benar-benar binasa dia!.
Bila yang demikian itu telah terjadi, Nabi diperintahkan untuk mengagungkan dan mensucikan Tuhannya dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya, seperti menganggap terlambat datangnya pertolongan dan mengira bahwa Tuhan tidak menepati janji-Nya menolong Nabi atas orang-orang kafir.
Menyucikan Allah hendaknya dengan memuji-Nya atas nikmat-nikmat yang dianugerahkan-Nya dan mensyukuri segala kebaikan-kebaikan yang telah dilimpahkan-Nya dan menyanjung-Nya dengan sepantasnya. Bila Allah Yang Mahakuasa dan Mahabijaksana memberi kesempatan kepada orang-orang kafir, bukanlah berarti Dia telah menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beramal baik.
Kemudian Nabi Muhammad dianjurkan untuk meminta ampun kepada Allah untuk dirinya dan sahabat-sahabatnya yang telah memperlihatkan kesedihan dan keputusasaan karena merasa pertolongan Allah terlambat datangnya. Bertobat dari keluh-kesah adalah dengan mempercayai penuh akan janji-janji Allah dan membersihkan jiwa dari pemikiran yang bukan-bukan bila menghadapi kesulitan. Hal ini walaupun berat untuk jiwa manusia biasa, tetapi ringan untuk Nabi Muhammad sebagai insan kamil (manusia sempurna). Oleh sebab itu, Allah menyuruh Nabi ﷺ memohon ampunan-Nya.
Keadaan ini terjadi pula pada para sahabat yang memiliki jiwa yang sempurna dan menerima tobat mereka, karena Allah selalu menerima tobat hamba-hamba-Nya. Allah mendidik hamba-hamba-Nya melalui bermacam-macam cobaan dan bila merasa tidak sanggup menghadapinya harus memohon bantuan-Nya serta yakin akan datangnya bantuan itu. Bila ia selalu melakukan yang demikian niscaya menjadi kuat dan sempurnalah jiwanya.
Maksudnya, bila pertolongan telah tiba dan telah mencapai kemenangan serta manusia berbondong-bondong masuk Islam, hilanglah ketakutan dan hendaklah Nabi ﷺ bertasbih menyucikan Tuhannya dan mensyukuri-Nya serta membersihkan jiwa dari pemikiran-pemikiran yang terjadi pada masa kesulitan. Dengan demikian, keluh-kesah dan rasa kecewa tidak lagi akan mempengaruhi jiwa orang-orang yang ikhlas selagi mereka memiliki keikhlasan dan berada dalam persesuaian kata dan cinta sama cinta.
Dengan turunnya Surah an-Nasr ini, Nabi memahami bahwa tugas risalahnya telah selesai dan selanjutnya ia hanya menunggu panggilan pulang ke rahmatullah.
Ibnu 'AbbAs berkata: "Ketika turun ayat Idha jaa nasrullahi wal fath, Rasulullah ﷺ memanggil Fatimah, lalu berkata: "Kematian diriku sudah dekat." Fatimah pun menangis. Rasulullah ﷺ berkata, "Jangan menangis, karea kamu adalah anggota pertama dari keluargaku yang akan menyusulku." Fatimah pun tertawa bahagia (mendengarnya). Para istri Nabi ﷺ yang melihat hal itu berkata, "Wahai Fatimah, kami melihatmu menangis lalu tertawa." Fatimah berkata, "Rasulullah ﷺ memberitahuku bahwa kematian dirinya telah dekat, maka aku menangis. Namun, beliau mengatakan, "Jangan menangis, karena kamu adalah anggota pertama dari keluargaku yang akan menyusulku." Maka aku pun tertawa bahagia. (Riwayat al- Darimi)
Ibnu 'Umar berkata, "Surah ini turun di Mina ketika Nabi mengerjakan Haji Wada', sesudah itu turun firman Allah:
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (al-Ma'idah/5: 3)
Nabi hidup hanya delapan puluh hari setelah turun ayat ini. Kemudian setelah itu, turun ayat Kalalah, dan Nabi hidup sesudahnya lima puluh hari. Setelah itu turun ayat:
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. (at-Taubah/9:128)
Maka Nabi ﷺ hidup sesudahnya tiga puluh lima hari. Kemudian turun firman Allah:
Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. (al Baqarah/2: 281)
Maka Nabi ﷺ hidup sesudahnya hanya dua puluh satu hari saja.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AN-NASHR
(PERTOLONGAN)
SURAH KE-110, 3 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
“Apabila telah datang pertolongan Allah."
Terhadap kepada agama-Nya yang benar ini, dan kian lama kian terbuka mata manusia akan kebenarannya.
“Dan kemenangan." (ujung ayat 1)
Yaitu telah terbuka negeri Mekah yang selama ini tertutup. Dan menang perjuangan Nabi ﷺ ketika memasuki kota itu bersama 10.000 tentara Muslimin, sehingga penduduknya takluk tidak dapat melawan lagi. Kedaulatan berhala yang selama ini mereka pertahankan, dengan masuknya tentara Islam itu ia pun telah runtuh. Berhala-berhala itu telah dipecah dan dihancurkan. Ka'bah dan se-kelilingnya telah bersih dari berhala. Dan yang berkuasa ialah Islam.
Ayat 2
“Dan engkau lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dalam keadaan berbondong-bondong." (ayat 2)
Artinya, bahwa manusia pun datanglah berduyun-duyun, berbondong-bondong dari seluruh penjuru Tanah Arab, dari berbagai persukuan dan kabilah. Mereka datang menghadap Nabi ﷺ menyatakan diri mulai saat itu mengakui agama Islam. Dengan demikian bertukarlah keada-an. Agama yang dahulunya berjalan dengan sempit, menghadapi berbagai rintangan dan sikap permusuhan sejak kemenangan menaklukkan Mekah, manusia datang berbondong menyatakan diri menjadi penganutnya.
Ayat 3
Kalau sudah demikian halnya, “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu."
Arti bertasbih ialah mengakui kebesaran dan kesucian Allah, dan bahwa semuanya itu tidaklah akan terjadi kalau bukan karunia Allah. Sebab itu hendaklah iringi ucapan tasbih itu dengan ucapan puji-pujian yang tiada putus-putus kepada-Nya. Bahkan, “Mohon ampunlah kepada-Nya." Ini penting sekali. Karena selama berjuang, baik tiga belas tahun masa di Mekah sebelum hijrah, ataupun yang delapan tahun di Madinah sebelum penaklukkan; kerap kali engkau atau pengikut-pengikutmu berkecil hati, ragu-ragu, kurang yakin, meskipun tidak dinyatakan secara terang. Mohon ampunlah kepada Allah atas perasaan-perasaan yang demikian, agar rasa hati itu bersih kembali, dan kasih dengan Allah bertaut lebih mesra dari yang dahulu.
“Sesungguhnya Dia adalah sangat Pembert Tobat." (ujung ayat 3)
Seakan-akan berfirmanlah Allah, “Bila pertolongan telah datang dan kemenangan telah dicapai, dan orang telah menerima agama ini dengan tangan dan hati terbuka, maka rasa sedih telah sirna dan rasa takut telah habis. Yang ada setelah itu adalah rasa gembira, suka cita dan syukur. Hendaklah diisi kegembiraan itu dengan tasbih dan tahmid, puji dan syukur, tabah kuatkan hati mendekatinya. Jangan takabbur dan jangan lupa diri."
Oleh sebab itu maka tersebutlah di dalam Sirah Nabawi, bahwa Nabi ﷺ ketika beliau masuk dengan kemenangan gemilang itu ke dalam kota Mekah, demi melihat orang-orang yang dahulu memusuhinya telah tegak meminggir ke tepi jalan, melapangkan jalan buat dilaluinya, beliau tundukkan kepalanya ke tanah, merendahkan diri kepada Allah, sehingga hampir terkulai ke bawah kendaraannya, unta tua yang bernama Qashwa, yang dengan itu dia berangkat sembunyi-sembunyi meninggalkan negeri yang dicintainya itu dahulu, dan dengan unta itu pula dia masuk ke sana kembali sebagai penakluk delapan tahun kemudian.
Surah ini diturunkan ialah ketika beliau berhenti di Mina di Hari Tasyriq,5 pada waktu beliau melakukan Haji Wada'. Maka mafhumlah beliau bahwa surah ini pun adalah menjadi isyarat juga baginya bahwa tugasnya sudah hampir selesai di dunia ini dan tidak lama lagi dia pun akan dipanggil ke hadhirat Allah. Ada juga kemusykilan orang tentang riwayat itu. Sebab Haji Wada' terjadi dua tahun setelah Mekah takluk, tetapi yang mempertahankan riwayat itu mengatakan bahwa orang berbondong masuk ke dalam agama Allah itu tidaklah putus-putus sampai pun ketika Haji Wada' itu, bahkan sampai setelah beliau kembali ke Madinah selesai Haji Wada'.
Sebuah riwayat unik dari Ibnu Umar, dia berkata,
“Surah Idzaa Jaa-a ini turun di Mina ketika Haji Wada'. Setelah itu turunlah ayat “Al-yauma akmaltu lakum dinakum" (surah al-Maa'idah, ayat 3) setelah ayat itu turun, delapan puluh hari setelahnya Rasulullah ﷺ wafat.
Sesudah ayat itu turun masih ada ayat al-Kalalah (surah an-Nisaa', ayat 175, bagian penutup surah). Maka lima puluh hari sesudah ayat itu turun, Rasulullah ﷺ kembali ke hadhirat Allah.
Kemudian turunlah ayat “Laqad jaa-akum Rasuulun min anfusikum" (surah at-Taubah, ayat 128) maka 35 hari setelah ayat itu turun beliau pun meninggal.
Akhir sekali, turunlah ayat “Wattaqquu y auman turja'uuna fiihi Ilallaah." (surah al-Baqarah, ayat 281). Maka 21 hari setelah ayat itu turun, beliau pun meninggal." Inilah ayat-ayat terakhir turun, sampai Nabi Muhammad ﷺ akhirnya wafat.