Ayat
Terjemahan Per Kata
إِلَّا
kecuali
مَن
siapa
تَوَلَّىٰ
ia berpaling
وَكَفَرَ
dan ia kafir
إِلَّا
kecuali
مَن
siapa
تَوَلَّىٰ
ia berpaling
وَكَفَرَ
dan ia kafir
Terjemahan
Akan tetapi, orang yang berpaling dan kufur,
Tafsir
(Kecuali) tetapi (orang yang berpaling) dari keimanan (dan kafir) kepada Al-Qur'an, artinya ingkar kepadanya.
Tafsir Surat Al-Ghashiyah: 17-26
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kami bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? (Al-Ghasyiyah: 17) Karena sesungguhnya unta itu hewan yang menakjubkan dan bentuknya aneh. Ia sangat kuat dan keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk angkutan yang berat dan tunduk pada penuntun (pengendali) yang lemah. Dagingnya dapat dimakan, bulunya dapat dimanfaatkan, dan air susunya dapat diminum. Disebutkan unta secara khusus karena kebanyakan orang-orang Arab memakai unta sebagai hewan kendaraan.
Disebutkan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terperikan ini," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6) Adapun firman Allah Swt: Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (Al-Ghasyiyah: 19) Yakni dijadikan tegak dan berdiri kokoh untuk menjadi penyeimbang agar bumi diam dan tidak mengguncangkan para penduduknya, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan padanya banyak manfaat dan bahan-bahan mineral yang terkandung di dalamnya.
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 20) Yaitu dihamparkan, digelarkan, dan dijadikan sebagai tempat yang layak untuk dihuni. Dan seorang Badui (kampung) dengan kecerdikan akalnya dapat menyimpulkan melalui pemandangan yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, yaitu unta kendaraannya, langit yang ada di atasnya, gunung-gunung yang terpampang di hadapannya, dan bumi yang menjadi tempat berpijaknya, bahwa terciptanya semuanya itu berkat kekuasaan Penciptanya. Dia tiada lain adalah Tuhan Yang Mahabesar, Yang Maha Pencipta, Yang Menguasai, dan Yang mengatur semuanya.
Dan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Demikian pula Damam mengucapkan sumpahnya setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah ﷺ, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah dan Sabit, dari Anas yang telah mengatakan bahwa dahulu kami dilarang mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu masalah kepada Rasulullah ﷺ Maka kala itu kami sangat senang bila datang seorang lelaki Badui yang cerdas, lalu menanyakan kepada Rasulullah ﷺ beberapa masalah, maka kami mendengarkannya.
Kemudian datanglah seorang lelaki Badui, lalu bertanya, "Wahai Muhammad, sesungguhnya telah datang kepada kami utusanmu dan mengatakan kepada kami bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah?" Nabi ﷺ menjawab "Benar." Maka lelaki Badui itu bertanya, "Lalu siapakah yang menciptakan langit?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada padanya?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah." Lelaki Badui itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan Yang telah memancangkan gunung-gunung ini, apakah benar Allah telah mengutusmu?" Nabi ﷺ menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami mengerjakan shalat lima waktu setiap harinya?" Nabi ﷺ Menjawab, Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa kami diwajibkan membayar zakat harta benda kami?" Nabi ﷺ manjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Lelaki Badui itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami berhaji ke Baitullah bagi yang mampu mengadakan perjalanannya?" Nabi ﷺ menjawab, "Benar." Kemudian lelaki Badui itu pergi dan berkata, "Demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahi sesuatu pun dari hal tersebut dan tidak pula menguranginya barang sedikit pun." Maka Nabi ﷺ bersabda: Jika dia benar, niscaya dia masuk surga.
Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini dari Amr An-Naqid, dari Abun Nadr alias Hasyim ibnul Qasim dengan sanad yang sama, dan Imam Bukhari memberinya komentar. Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasai meriwayatkannya melalui hadits Sulaiman ibnul Mugirah dengan sanad yang sama. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini melalui Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Anas dengan sanad yang sama secara panjang lebar.
Dan di akhir hadisnya disebutkan bahwa telah menceritakannya kepadaku Dammam ibnu Salabah saudara lelaki Bani Sa'id ibnu Bakr. Al-Hafidzh Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ sering menceritakan tentang seorang wanita yang hidup di masa Jahiliah yang berada di atas sebuah bukit bersama anak laki-lakinya sedang menggembalakan ternak kambing.
Maka anaknya bertanya "Wahai Ibu, siapakah yang telah menciptakan engkau?" Ibunya menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah." Maka si anak berkata, "Sesungguhnya aku benar-benar mendengar Allah mempunyai kedudukan yang penting di atas segalanya," lalu ia menjatuhkan dirinya dari atas gunung itu sehingga tubuhnya hancur.
Ibnu Umar mengatakan, "Rasulullah ﷺ sering menceritakan kisah ini kepada kami." Ibnu Dinar mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami. Tetapi di dalam sanad hadits ini terdapat kelemahan. Abdullah ibnu Ja'far yang disebutkan dalam sanad hadits ini adalah Al-Madini, seorang yang dinilai lemah oleh putranya sendiri (yaitu Imam Ali ibnul Madini) dan juga oleh yang lainnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah.
21-22) Wahai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk menyampaikannya. Dalam ayat lain disebutkan: sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 22) Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qaf: 45) Yakni kamu bukanlah orang yang dapat menciptakan iman di dalam hati mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna ayat ialah kamu bukanlah seorang yang dapat memaksakan mereka untuk beriman. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki dari Sufyan, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mau mengucapkan, "Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah. Maka apabila mereka mau mengucapkannya, berarti mereka memelihara darah dan hartanya dariku, kecuali berdasarkan alasan yang hak, sedangkan hisab (perhitungan) mereka ada pada Allah subhanahu wa ta’ala Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 21-22) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Kitabul Iman dan Imam At-Tirmidzi serta Imam An-Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunan masing-masing dari keduanya, melalui Sufyan ibnu Sa'id Ats-Tsauri dengan sanad yang sama dan dengan tambahan penyebutan ayat.
Dan hadits ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abu Hurairah tanpa tambahan penyebutan ayat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: tetapi orang yang berpaling dan kafir. (Al-Ghasyiyah: 23) Yaitu berpaling, tidak mau mengamalkan rukun-rukunnya; kafir hatinya dan juga lisannya terhadap perkara yang hak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dia tidak mau membenarkan (Rasul dan AL-Qur'an) dan tidak man mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32) Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Al-Ghasyiyah: 24)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Ali ibnu Khalid, bahwa Abu Umamah Al-Bahili bersua dengan Khalid ibnu Yazid ibnu Mu'awiyah; maka Khalid bertanya kepadanya tentang kalimat yang paling lembut yang pernah ia dengar dari Rasulullah ﷺ Abu Umamah menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Ingatlah, kamu semuanya masuk surga kecuali orang yang membangkang terhadap Allah, seperti unta yang membangkang terhadap pemiliknya. Imam Ahmad mengetengahkan hadits ini secara tunggal. Dan Ali ibnu Khalid ini disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim menerima hadits ini dari ayahnya (yakni Khalid ibnu Mu'awiyah).
Dan Ibnu Abu Hatim tidak menambahkan selain dari apa yang telah ada di sini, yaitu diriwayatkan dari Abu Umamah dan Khalid ibnu Mu'awiyah oleh Sa'id ibnu Abu Hilal. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. (Al-Ghasyiyah: 25) Yakni kembali dan berpulangnya mereka. kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al-Ghasyiyah: 26) Kami akan melakukan perhitungan terhadap amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, dan Kami akan membalaskannyakepada mereka; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula. Demikianlah akhir tafsir surat Al-Ghasyiyah dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya."
23-24. Engkau tidak kuasa memberi mereka hidayah, kecuali jika ada orang yang berpaling dari ajakanmu dan memilih untuk tetap kafir kepada Allah dan hari akhir, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar dan tak tertahankan. Azab itu
bukanlah bentuk kezaliman Allah karena Dia telah memaparkan kepada mereka bukti-bukti eksistensi dan keesaan Allah dan kebenaran risalah Nabi Muhammad, namun mereka masih ingkar dan membangkang, bahkan menantang dan menyakiti Nabi. 23-24. Engkau tidak kuasa memberi mereka hidayah, kecuali jika ada orang yang berpaling dari ajakanmu dan memilih untuk tetap kafir kepada Allah dan hari akhir, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar dan tak tertahankan. Azab itu
bukanlah bentuk kezaliman Allah karena Dia telah memaparkan kepada mereka bukti-bukti eksistensi dan keesaan Allah dan kebenaran risalah Nabi Muhammad, namun mereka masih ingkar dan membangkang, bahkan menantang dan menyakiti Nabi.
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad tidak berkuasa menjadikan seseorang beriman. Akan tetapi, Allah-lah yang berkuasa menjadikan manusia beriman. Sementara itu, barang siapa yang berpaling dengan mengingkari kebenaran petunjuk Nabi-Nya, niscaya Allah menghukumnya. Allah berfirman:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman? (Yunus/10: 99)
Dan Allah berfirman:
Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan engkau (Muhammad) bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka berilah peringatan dengan Al-Qur'an kepada siapa pun yang takut kepada ancaman-Ku. (Qaf/50: 45)
Berkaitan dengan hal itu, para juru dakwah cukup menyampaikan pesan-pesan Al-Qur'an dan hadis Nabi sambil mengajak setiap manusia untuk beriman dan beramal saleh, serta masuk ke dalam agama Islam secara keseluruhan (kaffah). Penampilan dan metode dakwah perlu dengan cara yang baik dan tidak boleh bersikap memaksa, sebagaimana firman Allah:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. (al-Baqarah/2: 256)
Dan Allah berfirman:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (an-Nahl/16: 125).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 21
Sesudah manusia itu sendiri disuruh memandang dan memerhatikan alam sekelilingnya yang begitu rapat dengan kehidupan sehari-hari, kembalilah peringatan kepada Rasulullah ﷺ, bahwa di samping manusia itu disuruh memerhatikan sendiri, mereka pun wajib diberi peringatan.
“Maka peringatkanlah. Karena sesungguhnya engkau lain tidak adalah seorang pemberi ingat" (ayat 21)
Memberi ingat itulah tugasmu.
Ayat 22
“Bukanlah engkau orang yang dapat memaksa atas mereka." (ayat 22)
Kewajiban engkau adalah memberikan peringatan. Adapun memasukkan iman ke dalam hati mereka, bukanlah tugasmu dan tidaklah ada kekuasaanmu. Yang akan memasukkan iman ke dalam hati mereka ialah Allah sendiri.
Apakah ayat ini tidak berlawan dengan ayat 9, surah al-Alaa yang sebelumnya? “Beri peringatanlah, karena pemberian peringatan itu ada manfaatnya." (al-A'laa: 9) Tidak berlawanan! Karena pada ayat 9, surah al-A'laa yang diberikan tuntunan kepada Nabi ﷺ ialah cara memberikan peringatan. Janganlah memberikan kuliah seperti cara di universitas, tatkala menghadapi orang desa. Jangan memberikan suatu keterangan yang dangkal kepada orang terpelajar, dan sebagainya.
***
Ayat 23
“Tetapi barangsiapa yang berpaling dan menolak." (ayat 23)
Ayat 24
“Maka Allah-lah yang akan mengadzabnya dengan adzab yang besar." (ayat 24)
Bertambah jelas di mana tugas Rasul dan di mana janji Allah. Orang-orang yang berpaling tidak mau mendengarkan, dan yang menolak tidak mau menerima kebenaran, Allah sendiri yang akan mengadzabnya. Dan engkau, ya Rasulullah? Hendaklah kerja terus.
Ayat 25
“Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka semua akan kembali." (ayat 25)
Mereka akan kembali kepada Allah, artinya mereka akan mati. Sesudah itu mereka akan dibangkitkan,
Ayat 26
“Kemudian itu, atas Kami-lah perhitungan mereka." (ayat 26)
Di waktu itulah kelak akan mereka rasakan sendiri siksaan lantaran penolakan itu.