Ayat
Terjemahan Per Kata
سَنُقۡرِئُكَ
Kami bacakan kepadamu
فَلَا
maka tidak
تَنسَىٰٓ
kamu lupa
سَنُقۡرِئُكَ
Kami bacakan kepadamu
فَلَا
maka tidak
تَنسَىٰٓ
kamu lupa
Terjemahan
Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa,
Tafsir
(Kami akan membacakan kepadamu) Al-Qur'an (maka kamu tidak akan lupa) apa yang kamu bacakan itu.
Tafsir Surat Al-A'la: 1-13
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, dan yang menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lain dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepada kami pamanku Iyas ibnu Amir; ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir Al-Juhani mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52; Al-Waqiah 74, 96) Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam rukuk kalian! Dan ketika turun firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau ﷺ bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam sujud kalian! Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadits Ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau ﷺ mengucapkan: Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi. Demikianlah menurut riwayat Imam Ahmad, dan Imam Abu Dawud meriwayatkannya dari Zuhair ibnu Harb, dari Waki' dengan sanad yang sama. Abu Dawud mengatakan bahwa nama Waki' masih diperselisihkan, karena dalam riwayat lain disebutkan Abu Waki' dan Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas secara mauquf.
Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari As-Suddi, dari Abdu Khair yang mengatakan bahwa aku pernah mendengar Ali membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Lalu ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, bahwa Ibnu Abbas apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Dan apabila membaca firman-Nya: Aku bersumpah dengan hari kiamat. (Al-Qiyamah: 1) dan bacaannya sampai pada ayat terakhirnya, yaitu firman Allah Swt: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Engkau, dan tidaklah demikian (sebenarnya Engkau berkuasa untuk itu)." Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Diceritakan kepada kami bahwa Nabi ﷺ apabila membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang menciptakan dan menyempurnakan (ciptaan-Nya). (Al-A'la: 2) Yakni Dia telah menciptakan makhluk dan menyempurnakan setiap makhluk-Nya dalam bentuk yang paling baik.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. (Al-A'la: 3) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang memberi petunjuk kepada manusia untuk celaka dan untuk bahagia, dan memberi petunjuk kepada hewan ternak untuk memakan makanannya di padang-padang tempat penggembalaannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam kisah Musa a.s. yang berkata kepada Fir'aun: Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50) Allah subhanahu wa ta’ala telah menentukan kadar bagi makhluk-Nya dan memberi mereka petunjuk kepada takdirnya. Sebagaimana pula yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar-kadar bagi semua makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jangka waktu lima puluh ribu tahun, dan adalah 'Arasy-Nya masih berada di atas air.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. (Al-A'la: 4) Yakni semua jenis tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. (Al-A'la: 5) Menurut Ibnu Abbas, artinya kering dan berubah warnanya; dan hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid. Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian orang yang ahli dalam bahasa Arab (ulama Nahwu) mengatakan bahwa dalam kalimat ini terkandung taqdim dan takhir dan bahwa makna yang dimaksudnya ialah bahwa Tuhan Yang telah menumbuhkan rumput-rumputan, kemudian tampak hijau segar, lalu berubah menjadi layu berwarna kehitam-hitaman, sesudah itu menjadi kering kerontang.
Kemudian Ibnu Jarir memberi komentar, bahwa sekalipun pendapat ini termasuk salah satu dari takwil makna ayat, tetapi tidak benar mengingat pendapat ini bertentangan dengan pendapat-pendapat ulama ahli takwil. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6) Hal ini merupakan berita dari Allah subhanahu wa ta’ala dan janji-Nya kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa Dia akan membacakannya kepadanya dengan bacaan yang selamanya dia tidak akan melupakannya. kecuali kalau Allah menghendaki. (Al-A'la: 7) Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan bahwa adalah Rasulullah ﷺ tidak pernah melupakan sesuatu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman:Nya: maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6) Ini mengandung makna talab; dan mereka menjadikan makna istisna berdasarkan pengertian ini ialah apa yang dijadikan subjek oleh nasakh.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kamu tidak akan melupakan apa yang telah Kubacakan kepadamu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilupakan, maka janganlah kamu membiarkannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (Al-A'la: 7) Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan juga apa yang mereka sembunyikan dari ucapan dan perbuatan mereka.
Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Firman Allah Swt: Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah. (Al-A'la: 8) Artinya, Kami akan memudahkan kamu untuk mengerjakan perbuatan dan ucapan yang baik, dan Kami akan mensyariatkan kepadamu suatu hukum yang mudah, penuh toleransi, lurus, lagi adil, tidak ada kebengkokan padanya dan tidak ada beban dan tidak pula kesulitan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat. (Al-A'la: 9) Yakni berikanlah peringatan bilamana peringatan itu bermanfaat.
Maka dari sini disimpulkan etika dalam menyebarkan ilmu, yaitu hendaknya tidak diberikan bukan kepada ahlinya (tidak berminat kepadanya), sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Muminin Ali , "Tidak sekali-kali engkau menceritakan suatu hadits kepada suatu kaum yang akal mereka masih belum dapat mencernanya, melainkan hal itu akan menjadi fitnah bagi kalangan sebagian dari mereka." Ali telah berkata pula, "Berbicaralah kepada orang-orang lain sesuai dengan jangkauan pengetahuan mereka, maukah kamu bila Allah dan Rasul-Nya didustakan." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (Al-A'la: 10) Yaitu yang mau menerima sebagai pelajaran dari apa yang engkau sampaikan, wahai Muhammad, adalah orang yang hatinya takut kepada Allah dan meyakini bahwa dia pasti akan menghadap dan berdua dengan-Nya.
orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Al-A'la: 11-13) Yakni tidak dapat mati sehingga ia terhenti dari siksaannya, dan tidak pula hidup dengan kehidupan yang memberi manfaat baginya. Bahkan kehidupannya itu merupakan penderitaan dan mudarat baginya, karena dengan kehidupannya yang kekal ia selalu menderita pedihnya siksaan dan berbagai macam pembalasan yang ditimpakan kepadanya secara abadi dan kekal.
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adiy dari Sulaiman yakni At-Tamimi dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya, maka mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup.
Dan orang-orang yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan rahmat (Nya) maka Allah mematikan mereka di dalam neraka, dan orang-orang yang telah diberi izin untuk memberi syafaat masuk menemui mereka, kemudian seseorang dari para pemberi syafaat itu mengambil segolongan besar manusia lalu dia menumbuhkan mereka dengan memasukkan mereka ke dalam sungai kehidupan, atau ke dalam sungai yang ada di dalam surga, hingga mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh banjir tumbuh (di tepian sungai).
Dan perawi melanjutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda pula: Pernahkah kalian melihat proses tumbuhnya pohon, pada awal mulanya hijau, kemudian menguning, kemudian hijau kembali? Perawi melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka mengatakan bahwa Nabi ﷺ menceritakan demikian seakan-akan beliau ﷺ pernah berada di daerah pedalaman. ". Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id Al-Khudri yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya maka sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Berbeda halnya dengan orang-orang yang dikenai oleh api neraka karena dosa-dosa atau karena kesalahan-kesalahan mereka; maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya, hingga manakala mereka telah berubah menjadi arang, diberilah izin untuk mendapatkan syafaat. Kemudian didatangkanlah mereka serombongan demi serombongan, lain dimasukkanlah mereka ke dalam sungai-sungai yang ada di dalam surga.
Kemudian dikatakan, "Wahai ahli surga, sambutlah mereka!", maka mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh arus banjir tumbuh. Perawi melanjutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan kaum yang hadir saat itu mengatakan, bahwa seakan-akan Rasulullah ﷺ pernah tinggal di daerah pedalaman. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui hadits Bisyr ibnul Mufaddal dan Syu'bah, yang keduanya dari Abu Salamah alias Sa'id ibnu Yazid dengan teks yang semisal. Imam Ahmad telah meriwayatkan pula melalui Yazid dari Sa'id ibnu Iyas Al-Jariri dari AbuNadrah dari Abu Sa'id dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya ahli neraka yang tidak akan dikeluarkan oleh Allah, mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup.
Dan sesungguhnya ahli neraka yang dikehendaki oleh Allah untuk dikeluarkan, maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya hingga tubuh mereka hangus menjadi arang. Kemudian dikeluarkanlah mereka (dari neraka) rombongan demi rombongan, lalu dilemparkan ke dalam sungai surga dan mereka disirami dengan air dari sungai surga, maka mereka tumbuh (hidup) kembali bagaikan biji-bijian yang dibawa arus banjir tumbuh. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitakan perihal ahli neraka melalui firman-Nya: Mereka berseru, "Wahai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).
Az-Zukhruf: 77) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36) Dan masih ada lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ini."
Wahai Nabi, sebagaimana Kami kuasa menciptakan makhluk dan menyempurnakan bentuknya, Kami kuasa pula menjadikan Al-Qur'an melekat di hatimu. Kami akan membacakan Al-Qur'an kepadamu, Aku tancapkan bacaan itu langsung ke relung hatimu, sehingga engkau tidak akan lupa. Inilah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap kemurnian Al-Qur'an saat turun ke bumi. 7. Allah akan terus menjaga hafalan Al-Qur'an Nabi, kecuali jika Allah menghendaki untuk menghapus hafalan itu dari hatinya. Hal ini membuktikan Al-Qur'an bukan ucapan Nabi, melainkan kalam Allah. Hal ini juga membuktikan bahwa hafalan Al-Qur'an Nabi merupakan anugerah-Nya semata. Sungguh Dia yang berbuat demikian adalah Tuhan yang mengetahui yang terang dan yang tersembunyi, di antaranya hafalan dalam hati Nabi.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad untuk dibacanya dan Ia akan membukakan hati Nabi-Nya dan menguatkan ingatannya. Dengan demikian, setelah mendengarnya satu kali, maka ia tidak akan lupa apa yang telah didengarnya. Allah berfirman:
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku." (thaha/20: 114)
Dan firman-Nya:
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. (al-Qiyamah/75: 16-17).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 6
“Akan Kami jadikan engkau membaca."
Artinya diutus Allah Malaikat Jibril, selain dari membawakan wahyu, ditugaskan lagi kepadanya mengajarkan membacanya kepada Nabi Muhammad ﷺ
“Maka engkau tidaklah akan lupa." (ujung ayat 6)
Artinya, bahwa setelah diajarkan itu lekatlah selalu dalam ingatan beliau, sehingga beliau tidak lupa lagi mana ayat-ayat yang telah turun itu.
Ayat 7
“Kecuali apa yang dikehendaki Allah."
Artinya, bahwa dengan kehendak Allah jua, tidaklah mustahil kalau kadang-kadang ada yang terlupa baginya. Dan kelupaan yang kadang-kadang itu, sebab beliau manusia, mesti ada padanya. Yang tidak pernah lupa sama sekali hanya Allah saja. Nabi ﷺ pun bersabda,“Tidak lain aku ini hanyalah manusia seperti kamu jua. Aku pun lupa sebagaimana kamu lupa. Maka bilamana aku kelupaan, peringatilah aku. " (HR Bukhari dan Muslim) Dan itu bukanlah satu aib.
“Sesungguhnya Dia mengetahui yang nyata dan apa yang tersembunyi." (ujung ayat 7)
Sesungguhnya hanya Dia saja, Allah, yang serba tahu. Sungguhpun demikian, Allah memberikan janji dan jaminan bagi Rasul-Nya.
Ayat 8
“Dan akan Kami mudahkan engkau kepada jalan yang mudah." (ayat 8)
Artinya jalan yang akan engkau tempuh ini tidak sukar dan agama ini pun tidaklah sukar. Demikian juga larangan. Segala yang ber-bahaya bagi diri, bagi agama, bagi keturunan, bagi harta benda, dan bagi keamanan bersama dilarang oleh Allah, agar hidupmu pribadi atau hidupmu dalam masyarakat tetap dalam perseimbangan yang baik.
Ayat 9
“Maka beli peringatanlah."
Memberi peringatan adalah kewajiban yang ditugaskan kepada diri Nabi ﷺ. Tetapi hendaklah ditilik ruang dan waktu, mungkin dan patutnya, supaya peringatan itu berhasil.
“Jika membeli manfaat peringatan itu." (ujung ayat 9)
Bagaimana agar peringatan itu ada manfaatnya. Jangan seperti menumpah air ke atas pasir saja, hilang tak berbekas. Maka tidaklah memberi manfaat misalnya berpidato agama dan menyuruh manusia zuhud membenci dunia dalam gedung parlemen. Atau berpidato lucu-lucuan di rumah orang kematian. Berpidato bersedih hati di perayaan perkawinan. Pidato membenci harta pada rakyat yang miskin. Dan lain-lain sebagainya.
Ayat 10
“Akan beringat-ingatlah orang yang takut." (ayat 10)
Bagi orang yang telah tertanam di dalam dirinya rasa khasyyah, takut kepada Allah, peringatan itu akan besarlah faedahnya. Dan sebaliknya bagi yang tidak takut kepada Allah.
Ayat 11
“Dan akan menjauhlah daripadanya orang yang celaka." (ayat 11)
Ayat 12
Yaitu orang “Yang menyala-nyalakan api yang besar." (ayat 12)
Artinya, bahwa di dalam hidupnya di dunia ini tidak ada usahanya hendak mendekati surga, dengan takut kepada Allah, dengan iman dan amal yang saleh. Telinganya ditutupnya daripada mendengarkan peringatan yang benar. Dia asyik memperturutkan hawa nafsunya. Sebab itu maka sejak kini dia telah mulai menyalakan api neraka yang besar buat membakar dirinya sendiri. Bertambah dia membikin dosa, bertambah dia menyalakan api.
Ayat 13
“Maka tidaklah mereka akan mati di dalamnya dan tidak pula akan hidup." (ayat 13)
Meranalah dia di dalam neraka itu. Tidak akan mati, sebab mati hanya sekali saja, yaitu ketika hari perpindahan dari alam fana, dunia kepada alam khulud akhirat. Malahan ada orang yang ingin saja lekas mati, karena derita itu rasanya tidak terpikul lagi. Dan tidak pula dapat hidup. Karena hidup yang berarti di akhirat itu ialah di dalam surga Jannatun Na'im dengan segala nikmat yang telah disediakan Allah bagi hamba-Nya. Maka adalah satu pepatah Melayu terkenal yang dapat sedikit menggambarkan penderitaan di neraka itu, “Hidup segan, mati tak mau."