Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّآ
sesungguhnya Kami
أَرۡسَلۡنَا
Kami telah mengutus
نُوحًا
Nuh
إِلَىٰ
kepada
قَوۡمِهِۦٓ
kaumnya
أَنۡ
bahwa
أَنذِرۡ
berilah peringatan
قَوۡمَكَ
kaummu
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَهُمۡ
akan datang kepada mereka
عَذَابٌ
azab
أَلِيمٞ
pedih
إِنَّآ
sesungguhnya Kami
أَرۡسَلۡنَا
Kami telah mengutus
نُوحًا
Nuh
إِلَىٰ
kepada
قَوۡمِهِۦٓ
kaumnya
أَنۡ
bahwa
أَنذِرۡ
berilah peringatan
قَوۡمَكَ
kaummu
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَهُمۡ
akan datang kepada mereka
عَذَابٌ
azab
أَلِيمٞ
pedih
Terjemahan
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), “Berilah peringatan kepada kaummu sebelum datang azab yang pedih kepadanya!”
Tafsir
Nuh
(Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, dengan memerintahkan, berilah peringatan) dengan memperingatkan (kepada kaummu sebelum datang kepada mereka) jika mereka tetap tidak mau beriman (azab yang pedih) siksaan yang menyakitkan di dunia dan akhirat.
Tafsir Surat Nuh: 1-4
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan), "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih." Nuh berkata, "Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu, (yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Nuh a.s., bahwa Dia telah mengutusnya kepada kaumnya dan memerintahkan kepadanya agar memberikan peringatan kepada mereka akan azab Allah sebelum azab itu menimpa mereka.
Maka jika mereka mau bertobat dan kembali ke jalan Allah, niscaya azab itu diangkat (dilenyapkan) dari mereka. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ''Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih. Nuh berkata, "Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu.(Nuh: 1-2) Yakni yang jelas peringatannya lagi gamblang duduk perkaranya. (yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertakwalah kepada-Nya. ("Nuh: 3) Artinya, tinggalkanlah hal-hal yang diharamkan oleh-Nya dan jauhilah perbuatan-perbuatan dosa. Dan taatlah kepadaku. (Nuh:3) dengan mengerjakan apa yang kuperintahkan dan meninggalkan apa yang kularang kamu mengerjakannya. niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu. (Nuh: 4) Yaitu apabila kamu mengerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dan membenarkan risalah yang kusampaikan kepadamu, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu.
Huruf min dalam ayat ini menurut suatu pendapat disebut zaidah (tambahan), tetapi kedudukan min sebagai tambahan dalam kalimat yang isbat (tidak dinafikan) jarang terjadi. Dan termasuk ke dalam pengertian ini ucapan sebagian orang Arab, "Qad kana min matarin " (Tadi hujan telah turun). Menurut pendapat yang lainnya, min di sini bermakna 'an, artinya niscaya Allah akan mengampuni kalian dari dosa-dosa kalian. Pendapat inilah yangdipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut pendapat yang lainnya lagi, min di sini bermakna sebagian, yakni niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa besar yang Allah telah mengancam kalian karena melakukannya, bahwa kalian akan ditimpa azab-Nya: dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. (Nuh: 4) Maksudnya, memperpanjang usiamu dan menolak darimu azab yang bila kamu tidak menjauhi apa yang dilarang-Nya, niscaya azab itu akan menimpamu.
Ayat ini dijadikan dalil oleh orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya amal ketaatan dan kebajikan serta silaturahmi dapat menambah usia pelakunya secara hakiki, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang mengatakan: Silaturahmi dapat menambah usia. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui. (Nuh: 4) Yakni bersegeralah kamu mengerjakan amal ketaatan sebelum datang azab menimpamu.
Karena sesungguhnya apabila Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan turunnya azab, maka hal ini tidak dapat ditolak dan tidak dapat dicegah, sebab Allah Mahabesar Yang Mengalahkan segala sesuatu, lagi Mahaperkasa yang semua makhluk tunduk kepada keperkasaan-Nya."
Pada penutup surah sebelumnya diuraikan tentang ancaman siksa yang akan diterima kaum yang durhaka. Di awal surah ini diuraikan kisah Nabi Nuh dan kaumnya sebagai peringatan bagi siapa saja termasuk kaum musyrik Mekah, apabila durhaka maka bagi Allah mudah untuk mengazabnya. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan perintah, 'Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih. '2-3. Nabi Nuh melaksanakan perintah Allah tersebut. Dia Nuh berkata, 'Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan akan azab Allah yang menjelaskan peringatan itu kepada kamu yaitu sembahlah Allah Yang Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, bertakwalah kepada-Nya dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya dan taatlah kepadaku.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk menyampaikan agama-Nya, supaya mereka takut kepada azab-Nya yang dahsyat sebelum saatnya tiba, serta beriman dan mengikuti ajarannya.
Nabi Nuh adalah nabi dan rasul Allah yang ketiga setelah Adam dan Idris. Beliau diutus kepada kaumnya yang menyembah berhala. Allah memerintahkan Nuh agar berdakwah kepada kaumnya itu supaya mereka beriman kepada-Nya dan menghentikan penyembahan berhala. Allah mengancam bahwa jika mereka tidak mengindahkan peringatan itu, mereka akan ditimpa azab yang dahsyat sebagai akibat keingkaran mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH NUUH
(NABI ALLAH NUH)
SURAH KE-71, 28 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-28)
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
SERUAN POKOK DARI NABI NUH
Pada ayat 1 Allah sendiri yang menceritakan dengan wahyu kepada Nabi kita Muhammad ﷺ demikian bunyinya,
Ayat 1
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya."
Di mana letak kaumnya ini tidaklah ada keterangan ahli tafsir yang jelas. Tetapi besar kemungkinan bahwa letak negeri Nabi Nuh itu ialah di sebelah Jazirah Arab juga, sebab dari sana sejak zaman purbakala timbulnya nabi- nabi dan rasul-rasul yang besar itu. Tanah-tanah yang dahulu bernama Kaldan atau Babilon atau Asyur, yang terletak di Jazirah Arab sebelah utara adalah tempat timbulnya utusan-utusan Allah dan besar kemungkinan bahwa di sanalah, di zaman prasejarah timbul peradaban manusia yang pertama. Apatah lagi jika diingat perkataan ahli sejarah bahwa Nabi Nuh itu mempunyai tiga orang anak laki-laki, Ham, Sam, dan Yafits, yang kononnya anak-anak dari keturunan anak yang bertiga itulah yang menurunkan dan menyebarkan manusia di muka bumi ini. Isi risalah yang dibawa oleh Nabi Nuh mulailah diuraikan pada sambungan ayat,
“Bahwa hendaklah engkau memberi peringatan keras kepada kaum engkau itu, sebelum datang kepada mereka adzab yang pedih."
Bunyi permulaan risalah yang diwajibkan kepada Nuh membawa dan menyampaikan sudah jelas di sini. Ialah supaya dia memberi peringatan sejak semula kepada kaumnya. Karena kaumnya adalah tunas pertama dari manusia yang akan berkembang biak di seluruh dunia kelak di kemudian hari.
Sejak semula kita telah diberi peringatan di dalam Al-Qur'an bahwa tugas manusia datang ke dunia ini adalah untuk menjadi khalifah Allah, pelaksana kehendak Allah. Dia adalah makhluk istimewa dari antara sekalian makhluk. Dia diberi akal dan pikiran. Dia diberi perasaan yang halus. Tetapi kadang-kadang manusia itu bisa saja lupa akan tugasnya yang hakiki itu karena dorongan dari hawa nafsunya. Dia memang mempunyai naluri percaya akan Maha Kekuasaan Tertinggi yang mencipta dan mengatur alam ini. Tetapi kadang-kadang mereka menyeleweng, mereka memperserikatkan Tuhan Yang Maha Esa itu dengan yang lain. Atau mereka perturutkan hawa nafsunya, lalu martabat mereka jatuh ke bawah dan perikemanusiaan yang menyebabkan keistimewaannya itu menjadi hilang, dan hidup mereka menjadi hina, sehingga maksud kedatangannya ke dunia itu tidak lagi mencapai sasarannya sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Kalau hal itu tidak lekas diberi ingat, melainkan akan celaka. Sebelum kecelakaan itu datang, wajiblah mereka diberi ingat.
Ayat 2
“Dia berkala."
Artinya bahwasanya Nuh segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah,
“Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini datang kepada kamu adalah memberi peringatan yang jelas."
Maka beliau sampaikanlah kepada kaumnya bahwa dia hendak menyampaikan peringatan dengan jelas, dengan terus terang, tanpa tedeng aling-aling, atau tidak berlindung di balik daun lalang sehelai, Peringatan yang jelas itu kadang-kadang disampaikan, walaupun pahit didengar. Karena banyak di antara peringatan itu tiba masanya buat disampaikan secara terus terang. Karena penyakit yang hendak diobati telah berlarut-larut.
Yang jadi pokok ajaran yang beliau sampaikan ialah
Ayat 3
“Bahwa hendaklah kamu sekalian menyembah kepada Allah, dan takwalah kepada-Nya, dan taatilah aku."
Di sini jelas sekali Nabi Nuh memberikan tiga pokok pegangan hidup manusia di dalam dunia ini. Ketiga pokok inilah yang akan menetapkan manusia dalam garis kemanusiaannya sejak asal semula jadi di muka bumi, melalui berbagai periode dan masa, sejak masa masih dalam primitif, atau permulaan meraba-raba dalam hidup, yang dinamai orang zaman berburu, pindah kepada zaman bertani. Atau masa zaman batu, melalui zaman perunggu sampai kepada zaman besi, sampai kepada zaman uap, zaman mesin dan sekarang zaman atom dan dikatakan juga zaman naik ke bulan; entah apakah lagi zaman sesudah ini. Tiga pokok pegangan hidup ini perlu digenggam erat, dipegang teguh, untuk selamat.
Pertama sekali ialah beribadah kepada Allah, karena iman kepada-Nya. Sebab pengakuan akan adanya Yang Mahakuasa, Yang Mahasempurna, Yang Mahakuasa itu sudahlah sama tumbuh dengan akal manusia. Sedang alam sekeliling ini adalah syuhud atau saksi-saksi atas ke-Ada-an-Nya.
Sesudah alam sekeliling jadi saksi atas adanya Allah itu kemudian adalah diri manusia sendiri. Keteraturan yang terdapat pada diri manusia dan buah pikiran, hasil perjalanan akal yang menyebabkan manusia disebut bersifat berkumpul dan ingin maju adalah tanda adanya Allah yang memberikan ilham.
Yang kedua ialah supaya manusia senantiasa bertakwa kepada Allah, yaitu selalu akrab hubungannya dengan Allah. Takwa kepada Allah itulah yang akan jadi peneliti terhadap hidupnya. Takwa kepada
Allah yang disertai dengan menyembah-Nya menyebabkan hidup manusia mencapai keseimbangan. Kalau ibadah dan takwa tidak ada, derajat manusia bisa jatuh ke dalam lembah kehinaan. Martabatnya jatuh menjadi lebih hina daripada binatang. Bagaimanapun kemajuan manusia, atau zaman yang disebut modern, kalau tidak memperhambakan diri kepada Allah dan tidak bertakwa, maka kemajuan itu akan membawanya maju ke dalam kesengsaraan belaka.
Yang ketiga ialah bahwa Nabi Nuh menyerukan kepada kaumnya supaya mereka sudi mematuhi apa yang dipimpinkannya. Taatlah kepadaku! Karena beliau diutus oleh Allah yang disembah serta dipuja, yang kita takwa kepada-Nya itu buat membimbing perjalanan hidup menurut yang dituntunkan oleh Allah sendiri. Oleh sebab itu maka sejak Nabi Nuh itu, Allah selalu mengutus orang-orang utama, yaitu nabi-nabi dan rasul-rasul yang bimbingan mereka wajib ditaati. Kalau tidak niscaya manusia akan berjalan dalam hidup yang tidak mempunyai pemimpin. Atau datang yang bukan pemimpin merebut pimpinan. Bukan kebenaran lagi yang ditegakkan, melainkan kekuatan sebab tidaklah mungkin manusia hidup di dunia tanpa pimpinan.
Kalau syarat hidup yang tiga perkara itu telah dipenuhi, pertama beribadah kepada Allah, kedua bertakwa kepada-Nya dan ketiga taat kepada bimbingan manusia yang diutus Allah niscaya akan selamatlah perjalanan hidup itu dari marabahaya.
Ayat 4
“(Niscaya) akan diberi ampunlah kamu dari dosa kamu."
Yaitu dosa-dosa yang telah terlanjur diperbuat karena tidak disadari atau karena belum mengetahui selama ini perbedaan di antara yang buruk dengan yang baik. Malahan dosa musyrik sekalipun akan diberi ampun oleh Allah setelah orang itu diberi pengertian akan kesalahannya, lalu meninggalkan sama sekali perbuatan yang sangat berdosa itu. “Dan Dia akan menangguhkan kamu sampai kepada janji yang ditentukan." Artinya, bahwa jika orang tetah tobat, dan telah membina hidup yang benar di dalam ibadah dan takwa dan bimbingan Rasul, maka dosa selama ini diampuni semuanya oleh Allah. Diberilah dia kesempatan membangunkan hidup dalam Kebenaran itu sampai datang janji mereka. Janji bagi tiap pribadi ialah maut! Kalau ajal atau maut tiba, tidaklah dapat diundurkan lagi. Kalau diri telah berisi iman dan takwa tidaklah akan cemas lagi apabila jalan yang benar telah ditempuh. Walaupun misalnya melakukan tobat itu di masa usia telah agak tua, namun dosa lama tetap diampuni. Dan walaupun beberapa saat sesudah tobat itu dia pun meninggal, karena ajal tidak dapat dimundurkan atau dimajukan, namun dia telah terhitung orang yang diberi ampun.
“Sesungguhnya janji Allah itu apabila dia datang tidaklah dapat ditangguhkan lagi kalau kamu mengetahuinya."
Di ujung ayat ditutup dengan kalimat “kalau kamu mengetahuinya" sebab memang setiap orang yang berakal, baik dia Muslim atau kafir, belum beragama atau sudah, namun mereka mengetahui bahwa ajal itu tidak dapat ditangguhkan, tidak dapat didahulukan satu saat, dan tidak pula dapat diundurkan. Hal itu kejadian tiap hari.
“Alangkah banyaknya orang yang sehat, langsung mati dengan tidak sakit, dan berapa pula banyaknya orang yang telah sakit berlarut-larut namun masih hidup bertahun-tahun di belakang."
Hal yang demikian disaksikan oleh semua manusia, sebab selalu terjadi, Oleh sebab itu lebih baik segera tobat. Yaitu kembali kepada jalan yang lurus yang ditentukan Allah dengan bimbingan nabi-nabi.