Ayat
Terjemahan Per Kata
وَسَخَّرَ
dan Dia menundukkan
لَكُم
bagi kalian
مَّا
apa yang
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَا
dan apa yang
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
جَمِيعٗا
semuanya
مِّنۡهُۚ
dari pada-Nya
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
pada yang
ذَٰلِكَ
demikian itu
لَأٓيَٰتٖ
benar-benar terdapat tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَتَفَكَّرُونَ
mereka berfikir
وَسَخَّرَ
dan Dia menundukkan
لَكُم
bagi kalian
مَّا
apa yang
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَا
dan apa yang
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
جَمِيعٗا
semuanya
مِّنۡهُۚ
dari pada-Nya
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
pada yang
ذَٰلِكَ
demikian itu
لَأٓيَٰتٖ
benar-benar terdapat tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَتَفَكَّرُونَ
mereka berfikir
Terjemahan
Dia telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Tafsir
(Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit) berupa matahari bulan bintang-bintang, air hujan dan lain-lainnya (dan apa yang ada di bumi) berupa binatang-binatang, pohon-pohonan, tumbuh-tumbuhan, sungai-sungai dan lain-lainnya. Maksudnya, Dia menciptakan kesemuanya itu untuk dimanfaatkan oleh kalian (semuanya) lafal Jamii'an ini berkedudukan menjadi Taukid, atau mengukuhkan makna lafal sebelumnya (dari-Nya) lafal Minhu ini menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, maksudnya semuanya itu ditundukkan oleh-Nya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah bagi kaum yang berpikir) mengenainya, karena itu lalu mereka beriman.
Tafsir Surat Al-Jathiyah: 12-15
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri; dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. Allah ﷻ menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya melalui apa yang telah Dia tundukkan bagi mereka, yaitu laut. supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya. (Al-Jatsiyah: 12) Sesungguhnya yang menjadikan demikian adalah Allah; Dialah yang memerintahkan kepada laut untuk membawa kapal-kapal dapat berlayar padanya.
dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya. (Al-Jatsiyah: 12) Yakni melalui berdagang dan mata pencaharian lainnyar dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (Al-Jatsiyah: 12) Yaitu karena memperoleh berbagai macam keperluan yang didatangkan dari berbagai negeri yang jauh kepada kalian. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Al-Jatsiyah: 13) Yakni berupa bintang-bintang, gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, dan semua dapat kalian manfaatkan.
Semuanya itu adalah karunia Allah, kebaikan dan anugerah-Nya. karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Yaitu dari sisi-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam hal tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. (An-Nahl: 3) Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Yakni segala sesuatu adalah dari karunia Allah ﷻ Istilah ini merupakan salah satu dari asma-asma Allah, yaitu Jam'i'an Minhu, tiada seorang pun yang menyaingi-Nya dalam hal ini, dan hal ini memang telah diyakini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritkan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Al-Faryabi, dari Sufyan, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Arakah yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Umar r.a, "Dari apakah Allah menciptakan makhluk?" Ibnu Umar menjawab, "Dari cahaya, api, kegelapan, dan tanah." Ibnu Umar mengatakan, "Datanglah kamu kepada Ibnu Abbas r.a. dan tanyakanlah kepadanya hal ini." Lalu lelaki itu mendatanginya dan menanyakan kepadanya hal yang semisal, maka Ibnu Abbas menjawab, "Kembalilah kepada Ibnu Umar, dan tanyakanlah kepadanya mengapa Allah menciptakan semuanya itu?" maka lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menanyakannya kepadanya.
Lalu Ibnu Umar membaca firman-Nya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Atsar ini gharib dan mengandung hal ini yang diingkari. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-Jatsiyah: 13) Firman Allah ﷻ: Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah. (Al-Jatsiyah: 14) Yakni hendaklah mereka memaafkan orang-orang tersebut dan bersabar dalam menghadapi gangguan dari mereka.
Hal ini di tetapkan di masa permulaan Islam. Kaum muslim diperintahkan untuk bersikap sabar dalam menghadapi gangguan dari kaum musyrik dan kaum Ahli Kitab, agar sikap ini dijadikan sebagai pemikat hati buat mereka. Tetapi setelah mereka tetap ingkar, maka Allah memerintahkan kepada kaum mukmin untuk berjuang dan berjihad melawan mereka. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dan Qatadah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah. (Al-Jatsiyah: 14) Yaitu orang-orang yang tidak memperoleh nikmat-nikmat Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 14) Apabila kaum mukmin memaafkan mereka di dunia, maka sesungguhnya Allah ﷻ akan membalas amal perbuatan mereka yang buruk itu di negeri akhirat nanti.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Al-Jatsiyah: 15) Yakni kalian dikembalikan kelak di hari kiamat kepada Allah Swt, lalu semua amal perbuatan kalian dipaparkan di hadapan-Nya. Maka Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian, yang baik maupun yang buruk nya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui."
Dan hanya Dia Yang Maha Esa lagi Mahakuasa yang dapat menundukkan bagi kemaslahatan kamu apa yang ada di langit, seperti bintang-bintang dan planet-planet serta apa yang ada di bumi, seperti tanah yang subur, air, dan lain-lainnya untuk kemaslahatan kamu semuanya sebagai rahmat dari-Nya. Sesungguhnya, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir dan merenungkan ayat-ayat-Nya. 14. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang ber iman kepada Allah dan rasul-Nya, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang melakukan perbuatan jahat yang tidak takut akan hari-hari di mana Allah menimpakan siksaan kepada mereka karena Dia akan membalas suatu kaum di akhirat nanti sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan di dunia ini.
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menundukkan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi agar manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Hal ini berarti bahwa manusia wajib berusaha mencari manfaat dan kegunaan ciptaan Allah bagi mereka. Kunci dari semuanya adalah kemauan berusaha dan keinginan mengetahui sebagian pengetahuan Allah. Hal ini telah dimulai oleh manusia sejak zaman dahulu sampai sekarang sehingga semakin lama umur bumi ini didiami manusia, semakin banyak pula ilmu Allah yang diketahui manusia dan manfaat alam semesta. Semua ini untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia. Namun, baru sebagian kecil saja dari ilmu Allah yang telah diketahui manusia.
Ciptaan Allah yang ada di langit seperti matahari, bulan, bintang-bintang, awan, angin, air hujan, dan ciptaan-Nya yang ada di bumi seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, lautan dan sebagiannya semua diciptakan-Nya di samping sebagai rahmat dan karunia-Nya kepada manusia juga mengandung tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya, yang menunjukkan bahwa penciptanya adalah Zat Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan yang lain selain Dia, yang selalu menjaga makhluk-Nya dan tidak layak dipersekutukan dengan sesuatu pun. Kesimpulan seperti ini hanya akan diperoleh oleh hamba Allah yang melakukan pengamatan dengan cermat, menggunakan pikiran yang sehat dan mau mencari kebenaran.
Apabila seseorang mau memperhatikan alam semesta, mau memperhatikan hubungan kesatuan satu jenis makhluk dengan makhluk yang lain, tentulah ia akan sampai kepada kesimpulan bahwa masing-masing kesatuan itu ada kaitannya antara yang satu dengan yang lain, tidak dapat lepas atau berdiri sendiri. Terlihat dalam proses terjadinya hujan, erat hubungannya dengan adanya laut, adanya gunung-gunung, adanya panas yang dipancarkan matahari, adanya angin dan sebagainya. Demikian pula perkisaran arah angin ditentukan oleh banyak hal, seperti adanya awan, gunung dan panas matahari.
Kapal yang berlayar di laut memerlukan hembusan angin atau bahan bakar seperti batubara atau minyak. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang semakin banyak pula ia mengetahui hubungan antara satu makhluk dengan makhluk-makhluk yang lain. Bulan tidak dapat melepaskan lintasannya dari bumi, seolah-olah tertawan oleh bumi, demikian pula bumi dan planet-planet yang lain menjadi tawanan matahari. Planet-planet itu selalu mengitari matahari pada garis edarnya masing-masing. Selanjutnya matahari dan planet-planet yang mengikuti tidak dapat melepaskan diri dari kesatuan yang lebih besar, yaitu Galaksi Bimasakti. Akhirnya Galaksi Bimasakti bersama-sama galaksi-galaksi yang lain terikat pula kepada tata susunan tertentu pula. Maka dengan pemikiran dan penelitian orang akan sampai kepada kesimpulan bahwa penciptanya tentulah Zat Yang Maha Esa lagi Mahakuasa.
Ayat di atas sebagaimana banyak ayat senada memperlihatkan bagaimana Allah menundukkan langit dan bumi untuk manusia. Seperti diketahui alam memiliki sifat-sifat fisis yang semuanya merupakan ketetapan Allah, Sunatullah, dan merupakan manifestasi ketertundukan alam. Sebagai contoh, bumi memiliki sifat-sifat fisis seperti kelistrikan, kemagnetan, elastisitas dan kerapatan massa. Dari sifat-sifat fisis tersebut manusia, khususnya para ahli kebumian, dapat mempelajari bumi bahkan sampai jauh menembus bumi. Dengan memanfaatkan sifat elastisitas bumi, manusia bisa menangkap gelombang-gelombang gempa yang menjalar dalam perut bumi dan mengetahui karakter fisis lapisan bumi yang dilaluinya. Dengan gelombang gempa ini manusia dapat mengetahui lapisan-lapisan bumi dari atas hingga inti bumi yang berada sekitar 6000 km di bawah kita. Pada penggunaan praktis, pencarian minyak bumi menggunakan sifat elsatisitas bumi ini yakni dengan mengirim gelombang yang sumbernya berasal 'gempa buatan", yang di masa lalu menggunakan dinamit.
Di bagian dalam bumi terdapat intibumi, yang bagian luarnya bersifat cair. Inti inilah yang menyebabkan bumi memiliki medan magnet kuat yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan. Menyebar jauh di atas permukaan, medan magnet ini melindungi bumi dari radiasi yang merusak dan berasal dari angkasa luar. Radiasi dari bintang selain matahari tidak dapat melewati perisai ini, yang disebut dengan nama Sabuk Van Allen. Perisai ini merentang hingga sekitar 18.000 km dari bumi, melindungi bola ini dari energi mematikan. Dalam aspek praktis, dengan mengetahui sifat kemagnetan ini pula para ahli-ahli kebumian mengembangkan metoda-metoda eksplorasi baik mineral maupun minyak bumi.
Pernyataan mengenai penciptaan yang dilakukan bukan untuk main-main, banyak di kemukakan dalam banyak ayat Al-Qur'an. Pernyataan inilah yang menjamin bahwa bumi layak huni. Bumi dimudahkan Allah untuk dihuni umat manusia.
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi. (al-Mulk/67: 15)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-JAATSIYAH
(YANG BERLUTUT)
SURAH KE-45
37 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-37)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“HaaMiim"
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu arti dan maknanya.
Ayat 2
“Penurunan Kitab itu adalah dari Allah Yang Makagagah, Mahabijaksana"
Ayat 3
“Sesungguhnya pada semua langit dan bumi adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman."
Ayat 2 dan 3 ini memberi ingat kita bahwa di hadapan kita terkembang dua kitab. Pertama kitab Al-Qur'an dan kedua kitab alam. Keduanya sama penuh dengan ayat-ayat, yaitu tanda-tanda dari ada-Nya dan kekuasaan-Nya. Keduanya wajiblah menjadi perhatian bagi orang-orang yang beriman. Sebab keduanya berjalin berkelindan. Al-Qur'an selalu menyuruh melihat alam dengan penuh perhatian. Dengan memerhatikan alam akan bertambah iman kepada kebesaran Allah. Dan bertambah lama diperhatikan kita pun bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur'an. Sebab itu maka di antara Al-Qur'an dan alam, dan di antara alam dan Al-Qur'an adalah isi-mengisi. Oleh sebab itu pula sebabnya kalau anak-anak yang sedang dididik belajar ilmu pengetahuan alam diajarkan pula Al-Qur'an dan artinya, terutama ayat-ayat yang menyuruh memerhatikan alam itu. Sehingga setapak demi setapak dia maju ke padang ilmu, setapak demi setapak pula jiwanya berisi iman. Dan imannya itu pun bertumbuh, tidak membuta tuli karena kemajuan ilmunya. Dan dengan ayat-ayat seperti ini kita pun yakin bahwa ilmu yang kita tuntut adalah mempertebal iman dan iman yang kamil menyuruh bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Tetaplah apa yang pernah dikatakan oleh Einstein,"Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh."
Sesudah menyuruh memerhatikan tanda kebesaran Allah pada kejadian langit dan bumi, disuruh pula memerhatikan kejadian diri sendiri dan kejadian binatang-binatang yang melata di bumi.
Ayat 4
“Dan pada kejadian kamu dan apa yang ditebarkan-Nya daripada binatang adatah tanda-tanda bagi kaum yang yakin."
Alangkah luas ayat ini kalau dikembangkan dan direntangkan. Pertama ialah soal kejadian kamu, soal kejadian manusia. Atau soal kemanusiaan. Kedua soal kejadian segala daabbatin, yaitu sekalian yang melata, merayap, merangkak, dan menjalar di atas bumi ini. Coba perhatikan ayat 3 di atas, yaitu memerhatikan langit dan bumi, dengan ayat 4, memerhatikan manusia. Bukankah ini meminta tinjauan filsafat yang mendalam? Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,"Dirimu ini hanyalah kecil saja. Tetapi dalam diri yang kecil itu, engkau dapat melihat alam yang besar." Atau kata Socrates,"Alam adalah manusia besar dan manusia adalah alam kecil."
Ayat ini menyuruh kita memerhatikan kejadian diri kita sendiri. Kalau yang menjadi sebab turun ayat ialah musyrikin Quraisy yang ada di Mekah, namun anjurannya ialah buat seluruh manusia. Beruntunglah kita menjadi umat Muhammad ﷺ sehingga kita pun kena oleh ayat ini. Sebab soal-soal kejadian manusia, lahirnya dan matinya, jasmaninya dan ruharinya, ilmu tubuhnya dan ilmu jiwanya, adalah soal yang tidak akan habis-habisnya selama manusia masih merupakan makhluk terpenting di dalam bumi ini.
Ayat 5
“Dan pergantian siang dan malam dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit daripada rezeki, lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dan perkisaran-perkisaran angin, semuanya itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Di dalam ayat ini jelas sekali betapa agungnya akal manusia. Tinggilah masalah yang hendak dipecahkan rahasianya, oleh manusia dengan akalnya; soal pergantian siang dan malam. Soal hujan yang membawa rezeki, soal hidup dan matinya bumi, artinya soal ketandusan dan kesuburan, bergantung kepada hujan atau air, soal perkisaran-perkisaran angin atau perubahan-perubahan cuaca. Alangkah besar-besarnya dan alangkah tinggi-tingginya soal itu. Dan untuk mengetahui dan memecahkan soal-soal itu adalah tugas akal. Untuk suatu maksud yang tinggi pula, yaitu mengenal Allah, Oleh sebab itu, kalau akal hanya semata-mata digunakan untuk mencari makan, sangatlah banyaknya waktu dibuang-buang. Kekuatan akal yang laksana raksasa itu telah dipergunakan semata-mata untuk urusan yang kecil. Laksana menembak seekor nyamuk dengan meriam. Padahal binatang-binatang pun mencari makan hanya dengan naluri saja, sekelumit kecil, sekulitan daripada akal.
Ayat 6
“Demikian itulah tanda-tanda Allah, kami bacakan dia kepada engkau dengan beriman. Maka kepada perkataan manakah lagi sesudah Allah dan tanda-tanda-Nya itu, kamu hendak percayai?"
Artinya adalah kata lain lagi yang lebih jelas dari itu? Atau adakah lagi pada kiramu tuhan lain yang menyamai itu? Adakah berhala-berhala yang kamu sembah itu berkuasa seperti itu? Cobalah gunakan akalmu, niscaya akal itu akan menjawab, “Tidak ada."
Kemudian dilanjutkanlah ancaman kepada orang-orang yang masih saja mengingkari ayat-ayat Allah itu.
Ayat 7
“Kecelakaanlah bagi tiap-tiap pendusta yang banyak dosa."
Bagaimana cara pendusta dan yang banyak dosanya?
Ayat 8
“Dia mendengankan firman Allah yang dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombong, seakan-akan tidak didengarnya, Maka ancamlah dia dengan siksa yang pedih."
Itulah dia pendusta dan lantaran itu dia banyak dosa. Karena dusta itu bukanlah semata-mata mengiyakan yang tidak, atau menidakkan yang ia dengan mulut. Bahkan juga dengan perbuatan, sikap, dan tingkah laku. Dalam ayat ini diperlihatkan dua kedustaan dengan sikap. Pertama, menyombongkan diri. Kedua, seakan-akan tidak mendengar. Menyombong, mustakbir, artinya ialah membesar-besarkan diri. Memperlihatkan diri tidak menurut keadaannya yang sebenarnya. Dalam ilmu jiwa disebut superiority complex menyombong. Karena di dalam hati kecil terasa bahwa diri memang kecil atau kosong lalu ditutup-tutupi dengan sikap sombong. Berlagak segala tahu karena memang tidak tahu dan tidak tahu bahwa orang lain tahu. Maka kedustaan yang pertama ini menimbulkan kedustaan yang kedua. Yaitu berlagak seakan-akan tidak mendengar, mencobalah dia menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa dia ada mendengar. Ini namanya kedustaan ganda. Inilah yang menimbulkan banyak dosa. Sebab apabila suatu kedustaan telah dimulai, padahal itu sudah satu dosa, dia mesti dipertahankan dengan lain-lain kebohongan sehingga seluruh kehidupan adalah dusta terus-menerus.
Ayat 9
“Dan apabila dia mengetahui dari firman-firman Kami agak sedikit, dijadikannya olok-olok"
Dia tidak mengetahui segala keseluruhan dengan maksud yang baik. Tetapi diambilnya di sana sedikit di sini sedikit dengan maksud yang jahat atau dipotong-potongnya. Sehingga ada orang mengambil alasan dari Al-Qur'an untuk perbuatannya yang jahat. Misalnya, ada seorang dengan sengaja meninggalkan shalat, bahwa dalam Al-Qur'an ada ayat,
“Celakalah orang yang shalat." (al-Maa'uun: 4)
Sengaja ditinggalkannya ayat-ayat yang sebelumnya dan sesudahnya, untuk olok-olok. Atau misal yang lain; seorang yang mabuk meminum minuman keras disuruh shalat. Lalu dijawabnya bahwa dia dilarang shalat, sebab dia mabuk.
“Jangan kamu dekati shalat sedang kamu mabuk." (an-Nisaa': 43)
Dan misal yang lain banyak lagi. Misalnya orang yang mengambil ayat-ayat Al-Qur'an untuk alat ilmu menganiaya orang lain, dengan maksud yang salah. Kalau hendak memukul orang dengan tinju, sehingga mati, baca saja ayat,
“Maka ditinju dia oleh Musa maka matilah dia." (al-Qashash: 15)
Dan kalau orang datang menagih piutang, baca saja ayat,
“Tuli, bisu, buta maka mereka tidak akan kembali." (al-Baqarah: 18)
Itulah beberapa misal kita kemukakan dari perbuatan orang-orang kafir pendusta dan berdosa besar, yang sebab turun ayat, ialah kafir Quraisy tetapi sekarang dilakukan kembali, yaitu penyalahgunaan maksud Al-Qur'an oleh orang-orang yang menamakan dirinya Islam.
Pada ujung ayat 9 ini ditegaskan,
“Untuk mereka adalah adzab yang menghinakan
Ayat 10
“Di hadapan mereka ada Jahannam dan tidak menolong bagi mereka apa pun yang mereka usahakan dan tidak pula apa yang mereka ambil selain Allah menjadi pelindung. Dan bagi mereka adab yang besar."
Inilah ancaman buat orang-orang yang demikian. Sebab kesalahan mereka sudah berlipat ganda. Benar-benar tepat bunyi ayat 7 tadi,"Yang banyak dosa." Sombong, seakan-akan tidak mendengar, mempelajari sedikit ayat Allah karena maksud memperolok-oiok. Dan dari itu beranak bercucu lagi dengan dosa-dosa lain. Karena dasar memang sudah salah maka Jahannamlah tempatnya. Segala usaha untuk membela diri sudah percuma. Dan berhala-berhala atau yang lain, yang dipuja selain Allah pun tidak dapat melindungi.
Ayat 11
“Inilah dia satu petunjuk."
Inilah dia Al-Qur'an. Turunnya AL-Qur'an ini adalah rahmat bagimu. Dia adalah petunjuk bagimu menempuh jalan hidup. Selamatlah kamu dunia dan akhirat apabila kamu pegang dia baik-baik. Dan gelaplah perjalananmu kalau dia tidak engkau terima dengan baik.
“Dan orang-orang yang tidak mau menerima firman-firman Tuhan mereka, bagi mereka adalah adzab dari siksaan yang pedih."
Sesudah ancaman demikian, Allah berfirman lagi memperingatkan hubungan manusia dengan alam kelilingnya, untuk mengingatkan lagi betapa kasih mesra Allah kepada anak Adam Ini, sehingga kalau dia ada berperasaan, tidak selayaknyalah dia buat mendurhakai Allah.
Ayat 12
“Allah yang telah menyediakan laut untuk kamu supaya berlayar kapal padanya dengan kehendak-Nya. Dan supaya kamu mengusahakan sebagian dari karunia-Nya dan supaya kamu berisyukur."
Bacalah ayat ini dengan tenang dan resapkanlah maknanya dengan penuh perasaan. Seakan-akan ada lagi kata-kata Allah yang lebih meresap di dalamnya,"Aku sayang dan cinta kepadamu, hai hamba-Ku, betapa kamu akan membangkang juga dari peraturan-Ku, Inilah lautan luas, Aku sediakan buat kamu, berlayarlah di atasnya. Sediakanlah kapal-kapal untuk alat perhubunganmu. Aku pun tidak senang kalau kamu hanya terkurung dan terbatas di kampung halamanmu yang sempit. Padahal di seberang lautan sana, sama-sama keturunan Adam, yang dalam beribu-ribu tahun telah terpencar-pencar dibawa nasib. Rezekimu pun ada di seberang sana. Tidak akan engkau dapati kalau tidak engkau usahakan. Karena Aku telah menakdirkan, ada di sana yang tidak ada di sini dan ada di sini yang tidak ada di sana. Maka apabila perhubunganmu telah luas, pandanganmu telah banyak, niscaya engkau akan bertambah merasa betapa kasih sayang-Ku kepadamu, sehingga kasih sayang kita tidak bagai lading tajam sebelah. Kamu akan bersyukur, berterima kasih kepada-Ku.
Syukur dan terima kasih atas nikmat yang diterima, baik nikmat bertambahnya pengalaman dan ilmu karena melihat negeri orang dan mengenal aneka ragam manusia, atau nikmat rezeki harta berida yang Aku limpahkan, semuanya itu adalah tanda telah timbulnya iman dalam hatimu. Dan Aku Tuhanmu, gembira atas kemajuan jiwamu itu."
Ayat 13
“Dan disediakan-Nya untuk kamu apa yang di semua langit dan apa yang di bumi, semua daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian, menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau memikirkan,"
Ayat ini pun lebih mengharukan lagi, disediakan untuk kamu apa yang ada di semua tingkat langit, baik langit yang sekadar terjangkau oleh mata manusia, dengan awan meganya, kabut embunnya, matahari bulannya, semua untuk kamu hai manusia! Atau langit dalam artinya yang gaib-gaib, dengan malaikat-malaikatnya; ke langit situ Nabi Muhammad ﷺ telah mi'raj. Ke langit situ ruh kita didaftarkan setelah kita mati dan akan ditutup pintu langit itu bagi ruh yang penuh kejahatan.
Di bumi pun demikian pula. Semua disediakan untuk manusia. Semua yang ada di sekitar kita ini adalah disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna dapat dirikmatinya dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan telinganya. Tumbuh-tumbuhan, sejak pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan sayur-sayuran; semuanya untuk manusia. Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin dan air tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari gunung. Allahu Akbar! Semuanya disediakan untuk manusia."Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan."
Memang, setelah diketahui bahwa semuanya itu adalah disediakan untuk manusia, akan timbullah dalam pikiran kita satu pertanyaan,"Kalau semuanya itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu makhluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semuanya itu ditugaskan untuk manusia niscaya timbul pula pertanyaan,"Aku sendiri, sebagai manusia, apakah tugasku dalam alam ini?"