Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
رَبِّي
Tuhanku
وَرَبُّكُمۡ
dan Tuhanmu
فَٱعۡبُدُوهُۚ
maka sembahlah Dia
هَٰذَا
ini
صِرَٰطٞ
jalan
مُّسۡتَقِيمٞ
lurus
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
رَبِّي
Tuhanku
وَرَبُّكُمۡ
dan Tuhanmu
فَٱعۡبُدُوهُۚ
maka sembahlah Dia
هَٰذَا
ini
صِرَٰطٞ
jalan
مُّسۡتَقِيمٞ
lurus
Terjemahan
Sesungguhnya Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Dia! Ini adalah jalan yang lurus.”
Tafsir
(Sesungguhnya Allah Dialah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan) tuntunan (yang lurus.).
Tafsir Surat Az-Zukhruf: 57-65
Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)? Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. Dan tatkala Isa datang membawa keterangan, dia berkata, "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku.
Sesungguhnya Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu. Maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka; lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim, yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). Allah ﷻ berfirman, menceritakan tentang kebandelan orang-orang Quraisy dalam kekafirannya dan kesengajaan mereka bersikap ingkar dan mendebat Nabi ﷺ Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quarisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Bukan hanya seorang telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Ikrimah, As-Saddi, dan Ad-Dahhak, bahwa mereka tertawa, yakni merasa heran dengan perumpamaan tersebut. Qatadah mengatakan bahwa mereka merasa tekejut dengan perumpamaan itu, lalu tertawa. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa mereka berpaling darinya. Latar belakang turunnya ayat ini seperti yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah disebutkan bahwa menurut berita yang sampai kepadanya, pada suatu hari Rasulullah ﷺ duduk bersama Al-Walid ibnul Mugirah di dalam Masjidil Haram.
Lalu datanglah An-Nadr ibnul Haris yang langsung bergabung dengan mereka di majelis itu, dan di dalam majelis tersebut terdapat banyak lelaki dari kaum Quraisy. Maka Rasulullah ﷺ membuka pembicaraan, tetapi pembicaraannya di tentang oleh An-Nadr ibnul Haris. Maka Rasulullah ﷺ membalasnya hingga mengalahkannya, lalu beliau ﷺ membacakan kepada An-Nadr ibnul Haris dan juga kepada mereka firman Allah ﷻ: Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98), dan beberapa ayat berikutnya. Kemudian Rasulullah ﷺ bangkit, dan saat itu datanglah Abdullah ibnuz Zaba'ri At-Tamimi, lalu ikut bergabung ke dalam mejelis tersebut. Maka Al-Walid ibnul Mugirah berkata kepadanya, "Demi Allah, An-Nadr ibnul Haris tidak mau berdiri untuk anak Abdul Muttalib (maksudnya Nabi ﷺ) dan tidak mau pula duduk (dengannya). Sesungguhnya Muhammad menduga bahwa kita dan apa yang kita sembah selain Allah ini akan menjadi umpan neraka Jahanam." Abdullah ibnuz Zaba'ri berkata, "Ingatlah, demi Allah; seandainya aku menjumpainya, niscaya aku debat dia.
Tanyakanlah kepada Muhammad, 'Apakah semua yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam Jahanam bersama para pengabdinya?' Kita menyembah para malaikat, orang-orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih Isa ibnu Maryam." Maka merasa heranlah Al-Walid bersama orang-orang yang ada di dalam majelis itu terhadap ucapan Abdullah ibnuz Zaba'ri, dan mereka berpandangan bahwa Abdullah ibnuz Zaba'ri telah mendebat dan mengalahkan alasan Muhammad.
Lalu hal tersebut diceritakan kepada Rasulullah Saw, maka beliau ﷺ bersabda: Barang siapa yang senang dirinya disembah selain Allah, maka dia bersama dengan orang-orang yang menyembahnya. Dan sesungguhnya yang mereka sembah itu hanyalah setan dan orang-orang yang memerintahkan kepada mereka untuk menyembahnya. Lalu turunlah firman Allah ﷻ: Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Yaitu Isa dan Uzair serta orang-orang yang disembah lainnya bersama keduanya dari kalangan para rahib dan para pendeta yang telah menjalani masa hidupnya dalam ketaatan kepada Allah ﷻ Lalu oleh orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan orang-orang yang sesat, mereka dijadikan sebagai tuhan-tuhan selain Allah.
Telah disebutkan pula di dalam Al-Qur'an yang mengisahkan bahwa mereka menyembah para malaikat yang mereka anggap sebagai anak-anak perempuan Allah, yaitu melalui firman-Nya: Dan mereka bekata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, Mahasuci Allah Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26) Disebutkan pula perihal Isa a.s, bahwa dia disembah selain Allah. Maka Al-Walid dan orang-orang yang ada di dalam majelis itu merasa kagum dengan hujah dan alasan yang dikemukakan oleh Abdullah ibnuz Zaba'ri.
Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Yakni mereka menyoraki ucapanmu itu. kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya perihal Isa a.s.: Ia tiada lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau kami kehendaki. benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf 59-61) Yakni mukjizat-mukjizat yang telah diberikan kepadanya, seperti menghidupkan orang-orang yang mati dan menyembuhkan segala macam penyakit; hal itu sudah cukup sebagai bukti yang menunjukkan akan pengetahuan tentang hari kiamat.
Dalam firman berikutnya disebutkan: Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 61) Ibnu Jarir menyebutkan melalui riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Yakni kaum Quraisy. Dan tatkala disebutkan kepada mereka firman-Nya: Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98), hingga beberapa ayat sesudahnya. Maka orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi Saw, "Siapakah Ibnu Maryam itu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Mereka berkata, "Demi Allah, tiada yang dikehendaki oleh orang ini melainkan agar kita menjadikannya sebagai tuhan, sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Isa putra Maryam sebagai tuhan yang disembah mereka." Maka Allah ﷻ berfirman: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasym ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Razin, dari Abu Yahya maula Ibnu Aqil Al-Ansari yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat dari Al-Qur'an (makna yang dimaksud olehnya) tiada seorang pun yang menanyakannya kepadaku.
Dan aku tidak mengetahui apakah orang lain telah mengetahuinya hingga mereka tidak menanyakannya, ataukah memang mereka tidak mengetahuinya yang karenanya mereka tidak menanyakannya?" Kemudian Ibnu Abbas r.a. melanjutkan pembicaraannya dengan kami, dan ketika ia bangkit meninggalkan kami, maka kami saling mencela di antara sesama kami, mengapa kami tidak menanyakan tentang ayat itu. Lalu aku (Abu Yahya) berkata, "Akulah yang akan menanyakannya besok." Dan pada keesokan harinya aku bertanya, "Hai Ibnu Abbas, kemarin engkau mengatakan bahwa ada suatu ayat Al-Qur'an yang tiada seorang pun menanyakannya kepadamu, sedangkan engkau tidak mengetahui apakah orang lain telah mengetahui (makna)nya ataukah mereka tidak mengetahuinya." Aku melanjutkan pertanyaanku, "Maka ceritakanlah kepadaku tentang ayat tersebut dan ayat yang telah engkau baca sebelumnya." Ibnu Abbas r.a. bersedia, lalu ia mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada orang-orang Quraisy: Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya tiada seorang pun yang disembah selain Allah terdapat kebaikan pada dirinya.
Dan orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa orang-orang Nasrani menyembah Isa putra Maryam dan pendapat mereka terhadap Muhammad ﷺ Maka mereka mengatakan, "Hai Muhammad, bukankah engkau mengira bahwa Isa putra Maryam adalah seorang nabi dan hamba Allah yang saleh? Maka jika engkau benar, dia adalah tuhan mereka seperti apa yang dikatakan oleh mereka." Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Aku bertanya, "Apakah arti yasiduna?" Ibnu Abbas menjawab, "Mereka tertawa karenanya." Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah munculnya Isa putra Maryam a.s.
sebelum hari kiamat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ya'qub Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Ahmad maula Al-Ansar, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya tiada seorang pun yang di sembah selain Allah pada dirinya terkandung kebaikan. Maka mereka mengatakan kepadanya, "Bukankah engkau meyakini bahwa Isa putra Maryam adalah seorang nabi dan hamba Allah yang saleh yang juga disembah selain dari Allah? Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Mujahid sehubungan dengan ayat ini mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, orang-orang Quraisy mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad menginginkan agar dirinya disembah oleh kita sebagaimana Isa disembah oleh kaumnya." Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.
Firman Allah ﷻ: Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia? (Az-Zukhruf: 58) Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mengatakan, "Tuhan-tuhan kami lebih baik daripada dia." Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau ini? Yang mereka maksudkan adalah Muhammad ﷺ Firman selanjutnya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja. (Az-Zukhruf: 58) Yakni dengan tujuan membantah, padahal mereka mengetahui bahwa Isa tidak termasuk ke dalam pengertian ayat, karena ungkapannya memakai kata yang ditujukan kepada yang tidak berakal alias benda mati, yaitu firman Allah ﷻ Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98) Kemudian khitab ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy, dan mereka tiada lain hanyalah penyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka ada-adakan.
Mereka sama sekali bukan penyembah Al-Masih, dan itu tidak mungkin termasuk ke dalam pengertian ini. Karena itulah maka ucapan mereka tiada lain hanya semata-mata sebagai bantahan dari mereka, bukan berarti mereka meyakini kebenarannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Dinar, dari Abu Galib, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidak sekali-kali suatu kaum sesat sesudah mendapat petunjuk yang telah ada di kalangan mereka, melainkan akan diwariskan kepada mereka suka berbantah. Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini melalui Hajjaj ibnu Dinar dengan sanad yang sama.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak mengenalnya melainkan melalui riwayat Hajjaj ibnu Dinar. Demikianlah menurut apa yang dikatakannya. Hadis yang semisal diriwayatkan pula melalui jalur lain dari Abu Umamah r.a. dengan sedikit tambahan. Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan: -: telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Iyasy Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Makhzum, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman As-Sami, dari Abu Umamah r.a. Hammad mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah Abu Umamah me-rafa'-kan hadis ini atau tidakdisebutkan: Tidak sekali-kali suatu umat sesat sepeninggal nabinya, melainkan mula-mula kesesatan yang dilakukannya ialah mendustakan takdir.
Dan tidak sekali-kali suatu umat sesat sepeninggal nabinya, melainkan mereka akan diberi berbantah-bantahan (suka membantah kebenaran). Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, dari Ubadah ibnu Abbad, dari Ja'far, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ keluar menemui orang-orang yang saat itu sedang berbantah-bantahan mengenai Al-Qur'an. Maka beliau ﷺ marah dengan kemarahan yang sangat sehingga seakan-akan seperti dituangkan cuka pada wajah beliau Saw, lalu beliau ﷺ bersabda: Janganlah kalian mengadukan sebagian Kitabullah dengan sebagian yang lain. Karena sesungguhnya tidak sekali-kali suatu kaum sesat, melainkan diberikan kepada mereka suka membantah. Kemudian beliau ﷺ membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Adapun firman Allah ﷻ: Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepada nya nikmat. (Az-Zukhruf: 59) Yakni tiada lain Isa adalah seorang hamba Allah ﷻ yang telah diberi karunia kenabian dan kerasulan dari-Nya.
dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59) Yaitu sebagai bukti, alasan, dan keterangan yang menunjukkan kekuasaan Kami terhadap apa yang Kami kehendaki. Firman Allah ﷻ: Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. (Az-Zukhruf: 60) As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjadi pengganti kalian di muka bumi. Ibnu Abbas r.a. mengatakan juga Qatadah bahwa makna yang dimaksud ialah sebagian dari mereka mengganti sebagian yang lain, sebagaimana sebagian dari kalian mengganti sebagian yang lain.
Pendapat ini pada garis besarnya sama dengan pendapat yang pertama. Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjadi pengganti dari kalian dalam meramaikan bumi. Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Pada tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Ishaq sebelum ini telah disebutkan sebagian darinya, bahwa yang dimaksud ialah mukjizat yang diberikan oleh Allah ﷻ kepada Isa, yaitu dapat menghidupkan orang mati, dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang berpenyakit supak serta penyakit-penyakit lainnya.
Tetapi pendapat ini masih perlu diteliti lagi. Tafsir yang terjauh ialah apa yang dikatakan oleh Qatadah dari Al-Hasan Al-Basri dan Sa'id ibnu Jubair, bahwa damir yang ada pada lafaz innahu kembali merujuk kepada Al-Qur'an, bahkan yang benar damir itu kembali kepada Isa a.s. karena konteks kalimat sedang membicarakan tentang dia. Kemudian yang dimaksud dengan maknanya ialah bahwa turunnya Isa adalah kelak sebelum hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisa: 159) Yakni sebelum Isa mati dengan sebenarnya.
Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (An-Nisa: 159) Pengertian ini diperkuat dengan adanya bacaan lain yang menyebutkan: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Yaitu sebagai tanda dan dalil yang menunjukkan akan terjadinya hari kiamat. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Artinya, pertanda akan terjadinya hari kiamat itu ialah munculnya Isa dekat sebelum kiamat.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Malik, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Telah disebutkan pula dalam sebuah hadis yang berpredikat mutawatir yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah memberitakan turunnya Isa a.s. sebelum hari kiamat sebagai seorang pemimpin yang adil lagi hakim yang adil. Firman Allah ﷻ: Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu. (Az-Zukhruf: 61) Janganlah kalian meragukan hari kiamat, sesungguhnya hari kiamat itu pasti akan terjadi dan tidak terelakkan lagi.
dan ikutilah aku. (Az-Zukhruf: 61) dalam semua apa yang kusampaikan kepada kalian. Inilah jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan. (Az-Zukhruf: 61-62) dari mengikuti jalan yang hak. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. Dan tatkala Isa datang membawa keterangan, dia berkata, "Sesungguhnya aku. datang dengan membawa hikmah. (Az-Zukhruf: 62-63) Yakni kenabian. dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya. (Az-Zukhruf: 63) Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah urusan agama, bukan urusan duniawi.
Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini baik lagi cocok. Kemudian Ibnu Jarir menjawab terhadap pendapat orang yang menduga bahwa lafaz badu sini bermakna kullun, lalu mengemukakan ucapan Labid seorang penya'ir sebagai dasar pegangan pendapatnya, yaitu: Aku musnahkan Seberapa tempat bila aku tidak menyukainya, atau kematian akan menimpa jiwa ini. Mereka menakwilkan lafaz badi sini dengan pengertian 'semua jiwa'.
Ibnu Jarir membantah bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh penyair hanyalah jiwanya sendiri saja, lalu diungkapkan dengan kata badi. Pendapat Ibnu Jarir ini dapat diterima. Firman Allah ﷻ: maka bertakwalah kepada Allah. (Az-Zukhruf: 63) Yakni dalam semua hal yang kuperintahkan kepada kalian untuk mengerjakannya. dan taatlah (kepada) ku. (Az-Zukhruf: 63) Yaitu dalam semua yang kusampaikan kepada kalian. Sesungguhnya Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu. Maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 64) Maksudnya aku dan kalian adalah hamba-hamba Allah lagi berhajat kepada-Nya, sama-sama diperintahkan untuk menyembah kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 64) Apa yang kusampaikan kepada kalian ini adalah jalan yang lurus, yaitu menyembah Allah semata. Firman Allah ﷻ: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka. (Az-Zukhruf: 65) Yakni beberapa golongan dari mereka berselisih pendapat sehingga jadilah mereka bercerai-berai tentangnya. Sebagian di antara mereka mengakui bahwa Isa adalah hamba dan rasul Allah, golongan inilah yang benar. Dan sebagian yang lain mengatakan bahwa dia adalah anak Allah; sebagian lainnya mengatakan bahwa dia itulah Allah, Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim, yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (Az-Zukhruf: 65)"
Sungguh Allah yang kamu takuti, taati, dan patuhi itu, Dialah Tuhanku dan Tuhanmu yang telah menciptakan aku dan kamu dan telah memberikan berbagai nikmat kepadaku dan kepadamu, maka sembahlah Dia satu-satunya, jangan menyekutukan Dia dengan yang lain. Ini adalah jalan yang lurus yang dapat menyelamatkan kamu dari siksaan-Nya yang amat pedih. '65. Akan tetapi, golongan-golongan yang ada saling berselisih di antara mereka mengenai pribadi Nabi Isa yang agung dan hamba Allah yang lahir tanpa ayah itu. Maka, celakalah orang-orang yang zalim itu karena perselisihan mereka dan mengingkari Isa sebagai utusan Allah dan menentang ajaran agama yang dibawanya karena azab hari yang amat pedih pada hari Kiamat kelak.
Nabi Isa menegaskan inti ajaran yang disampaikannya, yaitu bahwa Tuhan hanyalah Allah. Allah adalah Tuhan semua makhluk, Tuhan dia dan Tuhan mereka juga. Konsekuensi mempertuhankan Allah adalah menyembah-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Menyembah Allah adalah mengerjakan ibadah untuk-Nya, dan mengabdi kepada-Nya adalah melakukan perbuatan-perbuatan baik. Maka jangan menyembah selain dari Allah, karena hal itu akan membawa manusia kepada kesesatan. Itulah jalan yang lurus, yaitu jalan hidup benar yang menjamin kebahagiaan di dunia dan di akhirat. "Jalan lurus" dalam ayat ini adalah tauhid dan perbuatan baik. "Jalan lurus" dalam ayat 61 adalah percaya kepada adanya hari akhirat yang juga menghendaki perbuatan baik. Dengan demikian "jalan yang lurus" dalam kedua ayat itu sama hakikatnya, karena iman kepada Allah menghendaki manusia iman kepada hari akhirat dan berbuat baik, dan iman kepada hari akhirat juga menghendaki manusia iman kepada Allah dan berbuat baik.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 57
“Dan tatkala Ibnu Maryam dijadikan contoh, tiba-tiba kaum engkau dari sebab itu bersorak-sorak."
Mereka bersorak-sorak karena merasa mendapat alasan yang teguh untuk membantah Nabi.
Seorang pemuka Quraisy musyrikin itu bernama Abdullah bin az-Zab'ari, setelah mendengar ayat tersebut, mencoba hendak membantah Nabi dan berkata,"Kalau benar orang yang menyembah selain Allah yang di-
Ayat 58
“Dan mereka berkata,'Adakah tuhan-tuhan kita yang lebih baik ataukah dia?'"
Yang mereka maksudkan dengan dia itu ialah Nabi Isa. Maka kalau Nabi Isa yang dipuji Muhammad itu masuk neraka karena dia disembah orang, tentu tuhan-tuhan kita juga sama ke neraka dengan Isa orang baik. Lantaran itu maka tuhan-tuhan kita pun orang-orang terpuji sebagai Isa juga. Begitulah cara mereka hendak memutar balik keadaan.
Sebab itu, maka di ujung ayat dikatakan, “Tidaklah mereka pukulkan perkataanmu itu kepada engkau." Yaitu menurut wahyu surah al-Anbiyaa' ayat 98, “Melainkan sebagai bantahan." Bantahan asal membantah saja.
“Bahkan mereka itu adalah kaum yang suka bertengkar"
Lalu diperbaiki kembali salah sangka yang mereka timbulkan terhadap Nabi Isa anak Maryam.
Ayat 59
Tidaklah dia itu melainkan senang hamba yang Kami beri nikmat kepadanya dan Kami jadikan dia contoh bagi Bani Israil."
Artinya, Isa tidaklah dalam golongan manusia atau berhala yang akan dimasukkan ke neraka lantaran dia disembah dan dipertuhan orang. Selama dia hidup, dia tidak pernah mengajak manusia supaya menyembah pula kepadanya seperti menyembah kepada Allah. Dia adalah hamba Allah bukan anak-Nya, Dia diberi nikmat kenabian dan dia menjadi contoh yang baik bagi Bani Israil tentang keluhuran budi dan ketaatan kepada Allah. Dan ternyata dalam sejarah bahwa menetapkan Isa sebagai satu di antara satu tuhan atau bahwa dia anak tunggal Tuhan, baru dijadikan keputusan oleh rapat pendeta Nasrani setelah dia meninggal dunia.
Satu soal lagi, yaitu tentang kamu menyembah malaikat.
Ayat 60
“Dan jika Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dari antara kamu jadi malaikat di bumi, menggantikan kamu."
Sebab malaikat itu pun makhluk Allah seperti kamu juga. Bukan dia itu Allah dan bukan anak perempuan Tuhan. Bisa dibuat sesuka-Nya oleh Allah, sehingga kalau Allah Allah menghendaki, tidaklah hal yang sukar bagi-Nya menjadikan kamu jadi malaikat di atas bumi ini, sehingga penduduk manusianya hilang, sebab berganti jadi malaikat semua. Sebab itu tidaklah benar sama sekali kamu menuhankan malaikat di samping Allah. Kembali tentang Isa anak Maryam,
Ayat 61
“Dan sesungguhnya dia itu adalah satu ilmu tentang Sa'at. Maka janganlah kamu ragu padanya dan ikutlah Aku. Inilah jalan yang lulus."
Jangan kagum melihat bekas kekuasaan-Ku lalu bekas kekuasaan-Ku itu yang kamu sembah, tetapi langsunglah kepada-Ku. Inilah jalan yang lurus. Kalau cara sekarang: inilah jalan yang logis.
Ayat 62
“Dan sekali-kali janganlah kamu dipalingkan setan. Sesungguhnya dia itu bagi kamu adalah musuh yang nyata."
Setanlah yang selalu membelokkan manusia di tengah jalan daripada tujuannya yang lurus. Dialah yang selalu menggoda manusia sehingga dia lupa kepada yang empunya kuasa karena kagum melihat kekuasaannya. Setan itulah musuh besar manusia, yang belum puas kalau dia belum menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan.
Ayat 63
“Dan tatkala telah datang Isa dengan ketenangan-ketenangan, dia berikata,"Sesungguhnya aku datang kepada kamu dengan hikmah dan supaya aku jelaskan kepada kamu sebagian dari yang kamu perselisihkan padanya. Maka takwalah kepada Allah dan patuhilah aku."
Nabi Isa menerangkan bahwa kedatangannya pertama ialah membawa hikmah, artinya menerangkan rahasia-rahasia hidup ini kepada umat, agar dijadikan perbandingan. Meskipun kitab Injil yang dipegang oleh orang Nasrani sekarang ini sampai empat kitab yang diakui mereka, (Lukas, Markus, Matius, dan Yohannes) asal catatan-catatan perseorangan setelah Nabi Isa meninggal dunia, namun di dalam Injil-lnjil yang ada sekarang itu kita masih dapat menikmati hikmah-hikmah Nabi Isa a.s. itu. Perumpamaan-perumpamaan yang beliau kemukakan amat mendalam. Yang kedua menjelaskan kepada Bani Israil tentang perselisihan yang timbul dalam kalangan mereka di dalam memahamkan isi-isi kitab Taurat. Karena kadang-kadang mereka bertengkar tentang bersurat, tetapi tidak mereka pahamkan yang tersirat. Misalnya pernah kejadian seorang perempuan dituduh mereka berzina dan mereka bawa ke muka Nabi Isa, sambil berkata,"Kalau benar-benar engkau hendak menjalankan hukum Taurat maka hukumlah perempuan ini!" Sedang hukum zina menurut Taurat, ialah dirajam sampai mati. Nabi Isa mengakui memang hukum itu mesti dijalankan. Maka yang akan melakukannya ialah barangsiapa di antara mereka yang merasa tidak pernah berbuat dosa! Akhirnya perempuan itu tidak dirajam, sebab tidak ada di antara yang hadir itu yang berani melakukannya, sebab tidak seorang pun di antara mereka yang merasa dirinya bersih dari dosa. Lantaran itulah maka Nabi Isa menganjurkan takwalah kepada Allah, perdalam kebaktian kepada-Nya, dan ikutlah aku!
Ayat 64
“Sesungguhnya Allah, Dia adalah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia. Inilah satu-satunya jalan yang lurus."
Ayat ini menjelaskan bahwa Isa al-Masih, seperti juga rasul-rasul yang lain, adalah mengajak dan memimpin kaumnya agar hanya menyembah Allah Yang Tunggal. Tidak pernah beliau mengajarkan bahwa beliau pun Tuhan pula, selain Allah. Setelah beliau meninggal dunia, barulah masuk ajaran-ajaran lain yang tidak berasal dari tauhid, yang diputuskan oleh rapat-rapat pendeta (konsili), itu pun dalam perselisihan pula.
Ayat 65
“Maka berselisihlah golongan-golongan itu di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang zalim dari adzab hari yang pedih.
Setelah Nabi Isa a.s. meninggal dunia, timbullah perselisihan di kalangan pengikutnya sendiri tentang dirinya. Ada yang tetap pada pokok ajaran asli Nabi Isa, yaitu bahwa beliau adalah makhluk Allah; tidak lebih dari makhluk lain. Meskipun lahirnya ke dunia memang ganjil, tidak dengan perantaraan bapak. Tetapi telah timbul lagi paham-paham lain. Mengatakan Nabi Isa itu Tuhan juga. Dia dikirim oleh"bapak"-nya ke dunia ini buat menebus dosa manusia yang telah jadi dosa waris turun-temurun dari Adam dan Hawa, karena keduanya memakan buah yang terlarang di dalam surga. Menebus itu ialah dengan mati di atas kayu salib! Maka terjadilah perselisihan yang hebat tentang ketuhanan Nabi Isa. Bagaimana hubungan lahut-nya dengan lasut-nya, atau ketuhannnya dengan kemanusiaannya. Terutama setelah bangsa Romawi yang menyembah berhala setelah mula-nya sangat menindas agama itu kemudian sudi memasukinya, asal saja ajaran itu dapat disesuaikan dengan kepercayaan mereka. Maka ketika Islam datang, didapatinya agama Nasrani sudah berbeda sama sekali dari yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s. sendiri. Maka sejak paham yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, tetaplah dia suatu kezaliman."Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang zalim dari adzab hari yang pedih."
Kemudian kita kepada Quraisy yang masih musyrik itu,
Ayat 66
“Apa yang mereka tunggui selain dari hari Kiamat. Bahwa dia akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, padahal mereka tidak sadar?"
Menegakkan suatu kepercayaan agama bukanlah semata-mata untuk dunia ini saja. Sehabis hidup ialah maut. Dan sehabis maut ialah Kiamat. Kalau mati datang dengan tiba-tiba, artinya ialah Kiamat akan datang dengan tiba-tiba. Sedang kesadaran tidak ada, yang lain masih dipersekutukan dengan Allah.
Kalau Kiamat datang, apa yang diperbuat di dunia ini adalah tanggung jawab sendiri-sendiri.
Ayat 67
“Kawan-kawan rapat pun pada hari itu, sebagian jadi musuh dari yang sebagian, kecuali orang-orang yang takwa."
Mengapa kawan rapat dapat dipandang musuh pada hari Kiamat? Betapa tidak. Bukankah kawan-kawan rapat itu juga yang banyak menentukan corak manusia? Sebuah hadits Nabi pun pernah menyebutkan: “Agama itu ialah pergaulan." Kata ahli-ahli pendidikan,"Salah satu pemberituk watak manusia ialah lingkungan."
Ayat 68
Di ujung ayat ditegaskan,"Kecuali orang-orang yang takwa." Yaitu orang-orang yang senantiasa memberituk dan memelihara hubungan yang baik dengan Allah. Niscaya orangyang bertakwa kalau mencari kawan-kawan rapat, hanya salah satu dari dua; Pertama, orang yang lebih tinggi imannya dari dia untuk dijadikannya teladan. Kedua, orang yang kurang dari dia, untuk dipimpinnya. Maka terhadap orang-orang yang bertakwa ini Allah berfirman di hari Kiamat,"Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan atas kamu pada hari ini dan tidak kamu akan berduka cita."
Supaya lebih jelas dari sekarang keadaan yang akan dialami di hari Kiamat dinyatakan itu, dinyatakan lagi tanda-tanda orang yang takwa itu.
Ayat 69
Yaitu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka pun menyerah diri."
Menyerah diri, muslimin, Islam. Karena arti yang sedalam-dalamnya dari Islam itu ialah menyerah diri dengan tulus ikhlas kepada Allah. Berarti juga tauhid, yaitu menyatukan tujuan kepada Allah, tidak menyimpang-nyimpang.
Untuk mereka ini, sekali lagi diulangkan persilaan Allah,
Ayat 70
“Masuklah ke surga, kamu dan istri-istrimu, dalam keadaan digembirakan."
Maka dari hidup di dunia inilah seharusnya kita memberituk rumah tangga takwa, bersama istri dan anak-anak kita agar sama-sama dipersilakan esok masuk surga. Sebab kalau tidak, tentu tidak turut dipanggil. Istri Nabi Luth pun dipisahkan dari suaminya.
Ayat 71
Kemudian diterangkanlah nikmat-nikmat Ilahi yang akan diterima di dalam surga itu."Akan diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan piala-piala, dan di dalamnya ada apa saja yang diingini oleh setiap diri dan apa yang menyedapkan pandangan dan kamu di dalamnya akan kekal"
Kekal, tidak akan keluar-keluar lagi.
Ayat 72
“Dan itulah dia surga yang telah diwariskan dia untuk kamu."
Sudah lama disediakan dan menunggu kedatanganmu sekeluarga.
“Dan sebab apa yang telah kamu amalkan."
Dan sekaranglah beramal itu. Dan sekarang!
Ayat 73
“Dan untuk kamu di dalamnya buah-buahan yang banyak, yang daripadanya kamu akan makan."