Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
فِرۡعَوۡنُ
Fir'aun
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلۡمَلَأُ
pembesar
مَا
aku tidak
عَلِمۡتُ
mengetahui
لَكُم
bagi kalian
مِّنۡ
dari
إِلَٰهٍ
Tuhan
غَيۡرِي
selain aku
فَأَوۡقِدۡ
maka nyalakan api/bakar
لِي
untukku
يَٰهَٰمَٰنُ
hai Haman
عَلَى
atas
ٱلطِّينِ
tanah liat
فَٱجۡعَل
maka buatlah
لِّي
untukku
صَرۡحٗا
menara
لَّعَلِّيٓ
barangkali aku
أَطَّلِعُ
aku melihat
إِلَىٰٓ
kepada
إِلَٰهِ
Tuhan
مُوسَىٰ
Musa
وَإِنِّي
dan sesungguhnya aku
لَأَظُنُّهُۥ
benar-benar aku mengira dia
مِنَ
dari/termasuk
ٱلۡكَٰذِبِينَ
orang-orang yang berdusta
وَقَالَ
dan berkata
فِرۡعَوۡنُ
Fir'aun
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلۡمَلَأُ
pembesar
مَا
aku tidak
عَلِمۡتُ
mengetahui
لَكُم
bagi kalian
مِّنۡ
dari
إِلَٰهٍ
Tuhan
غَيۡرِي
selain aku
فَأَوۡقِدۡ
maka nyalakan api/bakar
لِي
untukku
يَٰهَٰمَٰنُ
hai Haman
عَلَى
atas
ٱلطِّينِ
tanah liat
فَٱجۡعَل
maka buatlah
لِّي
untukku
صَرۡحٗا
menara
لَّعَلِّيٓ
barangkali aku
أَطَّلِعُ
aku melihat
إِلَىٰٓ
kepada
إِلَٰهِ
Tuhan
مُوسَىٰ
Musa
وَإِنِّي
dan sesungguhnya aku
لَأَظُنُّهُۥ
benar-benar aku mengira dia
مِنَ
dari/termasuk
ٱلۡكَٰذِبِينَ
orang-orang yang berdusta
Terjemahan
Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selainku. Wahai Haman, bakarlah tanah liat untukku (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa! Sesungguhnya aku yakin bahwa dia termasuk para pendusta.”
Tafsir
(Dan berkata Firaun, "Hai pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku sendiri. Maka bakarlah hai Haman, untukku tanah liat) maksudnya buatlah batu bata untukku (kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi) maksudnya gedung yang tinggi sekali (supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa) aku akan melihat-Nya dan berdiri di hadapan-Nya (dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta") di dalam pengakuannya yang mengatakan ada Tuhan lain selain aku, bahwa ia seorang Rasul.
Tafsir Surat Al-Qasas: 38-42
Dan berkata Firaun, "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta, dan berlaku angkuhlah Firaun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.
Maka Kami hukumlah Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). Allah ﷻ menceritakan kekafiran Fir'aun, kesewenang-wenangannya, dan apa yang dibuat-buatnya yang mengaku-aku bahwa dirinya adalah tuhan. Semoga laknat Allah tetap atas dirinya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54), hingga akhir ayat.
Demikian itu karena Fir'aun menyeru mereka untuk mengakui bahwa dirinya adalah tuhan, lalu mereka menaatinya karena kebodohan mereka dan hati mereka yang kosong. Fir'aun mengatakan kepada mereka: Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al-Qashash: 38) Allah ﷻ menceritakan perihal sepak terjang Fir'aun melalui firman-Nya: Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesar kaumnya), lalu berseru memanggil kaumnya.' (Seraya) berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 23-26) Yakni dia mengumpulkan kaumnya dan berseru kepada mereka dengan suara yang keras seraya menjelaskan hal tersebut kepada mereka, lalu mereka menaati dan mendengarkannya.
Karena itulah Allah mengazab dia dan menjadikan dia sebagai pelajaran bagi yang lainnya di dunia dan akhirat. Hingga Fir'aun sendiri berani mengemukakan hal tersebut kepada Musa melalui perkataannya yang disitir oleh firman-Nya: Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara: 29) Adapun firman Allah ﷻ: Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat.
Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa. (Al-Qashash: 38) Fir'aun memerintahkan kepada Haman patihnya yang mengatur rakyatnya dan yang menjalankan roda pemerintahannya, agar membakar tanah liat (yakni batu bata) untuk membuat menara yang tinggi, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan berkatalah Fir'aun, "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.
Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mu-min: 36-37) Demikian itu karena Fir'aun memang membangun menara yang tinggi itu yang di masanya belum pernah ada bangunan setinggi itu. Hal tersebut tiada lain karena ia ingin membuktikan di mata rakyatnya akan kedustaan Musa dalam anggapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain Fir'aun.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta. (Al-Qashash: 38) dalam ucapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain diriku, bukan karena dia dusta bahwa Allah ﷻ telah mengutusnya, sebab pada prinsipnya Fir'aun tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Pencipta. Karena dia pernah mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Siapakah Tuhan semesta alam itu? (Asy-Syu'ara: 23) Sungguh jika kamu menyembah tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara: 29) Dan firman Allah ﷻ: Hai pembesar-pembesarku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al-Qashash: 38) Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir.
Firman Allah ﷻ: dan berlaku angkuhlah Firaun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (Al-Qashash: 39) Mereka berlaku sewenang-wenang, zalim, dan banyak menimbulkan kerusakan di bumi (Mesir) serta berkeyakinan bahwa kiamat itu tidak ada dan hari berbangkit itu tidak ada. karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 13-14) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Maka Kami hukumlah Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. (Al-Qashash: 40) Yakni Kami tenggelamkan mereka di laut dalam waktu yang sebentar di pagi hari sehingga tiada yang tersisa seorang pun dari mereka.
Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka. (Al-Qashash: 40-41) bagi orang yang mengikuti jejak mereka dalam mendustakan rasul-rasul dan menelantarkan hak Tuhan Yang Maha Pencipta. dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41) Maka terhimpunlah pada diri mereka kehinaan di dunia dan terus berlangsung dengan kehinaan di akhirat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolong pun bagi mereka. (Muhammad: 13) Adapun firman Allah ﷻ: Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini. (Al-Qashash: 42) Artinya, Allah memberlakukan laknat terhadap mereka dan raja mereka (yaitu Fir'aun) pada lisan orang-orang yang beriman dari kalangan hamba-hamba-Nya lagi mengikuti rasul-rasul-Nya, sebagaimana mereka pun dilaknat di dunia melalui lisan para nabi dan para pengikutnya.
dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (Al-Qashash: 42) Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya: Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99)"
Dan ketika tidak kuasa lagi untuk mendebat Nabi Musa, karena jelas dan kuatnya argumentasi yang disampaikan, dengan nada me-nyombongkan diri Fir'aun berkata, 'Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku yang patut disembah. Guna mengetahui kebenaran atau kebohongan Musa yang menyatakan ada Tuhan Pemelihara alam raya, maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman untuk membuat batu bata dan bahan bangunan lainnya, kemudian buatkanlah segera bangunan dan istana yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta dalam dakwaannya. ' 39. Sungguh apa yang diucapkan dan direncanakan oleh Fir'aun adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Ini disebabkan hatinya bejat dan dia Fir'aun dan bala tentaranya berlaku sombong di bumi Mesir tanpa alasan yang benar, dan mereka dengan sikapnya itu mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan di akhirat nanti kepada Kami untuk mendapatkan penghitungan dan pembalasan.
Ayat ini menerangkan bahwa setelah kehabisan alasan dan dalil untuk membantah keterangan Musa dan bukti-bukti yang dikemukakannya, Fir'aun memerintahkan kepada kaumnya supaya jangan percaya kepada berita dusta yang dikemukakan Musa. Selama ini tidak ada seorang pun yang berani mendakwahkan bahwa ada Tuhan selain dia. Semenjak dahulu selama Mesir diperintah oleh Fir'aun, yang silih berganti, tak seorang pun yang mengingkari bahwa Fir'aun adalah tuhan-tuhan yang berkuasa di muka bumi. Mata hati rakyat dikelabui dengan dongeng dan khurafat yang menyatakan bahwa manusia harus tunduk kepada kekuasaan Fir'aun. Dia selalu melakukan tindakan yang kejam dan bengis terhadap orang yang berani mengingkari kekuasaannya sebagai tuhan dengan menyiksa dan memenjarakan bahkan membunuhnya. Hal ini disebutkan dalam firman Allah:
Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (an-Nazi'at/79: 23-24)
Firman Allah:
Dia (Fir'aun) berkata, "Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara." (asy-Syu'ara'/26: 29)
Imam Fakhruddin ar-Razi berpendapat bahwa Fir'aun mendakwakan dirinya sebagai tuhan maksudnya bukan dia yang menciptakan langit, bumi, lautan, gunung-gunung, dan manusia seluruhnya karena hal itu tidak akan dapat diterima oleh akal. Maksudnya adalah supaya orang memperhambakan diri kepadanya. Dia hanya menolak adanya tuhan yang harus dipatuhi dan di sembah selain dia.
Lalu Fir'aun memerintahkan kepada wazirnya, Haman, supaya menyalakan api yang besar untuk membuat batu bata yang banyak dan mendirikan bangunan yang tinggi supaya dia dapat naik ke langit melihat Tuhan yang didakwahkan Musa. Fir'aun lalu menegaskan bahwa Musa adalah pembohong besar. Senada dengan ini, Allah berfirman:
Dan Fir'aun berkata, "Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta." Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir'aun perbuatan buruknya itu, dan dia tertutup dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (al-Mu'min/40: 36-37).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Da'wah Musa Kepada Tauhid
Ayat 38
Da'wah Musa kepada Tauhid, agar manusia insaf akan Keesaan Allah, adalah suatu ajaran yang benar-benar merombak keyakinan yang ditanamkan selama ini, bahwa yang Tuhan itu ialah Fir'aun. Dengan tidak merasa takut dan gentar Musa telah memulai da'wahnya yang berbeda dari pendirian umum. Fir'aun sendiri amat keberatan jika ajaran Musa itu tersebar."Dan berkata Fir'aun: “Hai Pembesar-pembesar Negara! Aku tidak mengetahui ada Tuhan untukmu selain aku." (pangkal ayat 38). Aku tidak mengenal ada pula Tuhan selain aku. Tidak ada kekuasaan lain yang menyamai kekuasaanku, apatah lagi yang akan mengatasi kekuasaanku. Musa itu mengatakan bahwa Tuhannya itu Maha Kuasa, meliputi langit dan bumi dan dia bersemayam di langit."Maka bakarlah untuk aku, hai Haman atas tanah Hat." Jadikan tanah liat itu batu tembok, lalu bakar supaya kuat dan “lalu buatlah untuk aku bangunan tinggi."
Supaya aku naik ke atas bangunan yang tinggi itu, lalu aku menengadah ke langit; “supaya aku dapat menengok kepada Tuhan Musa itu." Supaya aku lihat dengan mata kepala sendiri; jika dia benar, berapa besamya. Jika dia tinggi, berapa tingginya."Dan aku yakin benar bahwa dia itu termasuk orang-orang yang berdusta." (ujung ayat 38).
Haman adalah orang besarnya. Mungkin Perdana Menterinya, mungkin pemeyang perbendaharaan negaranya. Maka dengan sombongnya Fir'aun memerintahkan mengumpulkan tanah liat untuk dijadikan batu tembok. Dan batu tembok baru jadi batu tembok ialah sesudah dibakar. Rupanya di zaman itu batu tembok sudah ada juga dipakai orang. Di kebun tergantung Babilon masih kita lihat sisa istana Nabukadnesar yang terdiri dari batu tembok itu.
Riwayat yang terang tidak ada menyebut apakah sampai Menara Tinggi untuk “meneropong" Tuhan Musa itu jadi sampai berdiri, dan berapa mestinya tingginya. Namun dalam kehendak Fir'aun ini telah terbayang jelas kesombongannya, bahwa dia tidak percaya ada Allah Yang Maha Kuasa, bahkan dianggapnya bahwa Musa yang menyampaikan ajaran tentang Tuhan Esa (Tauhid) itu hanyalah dusta belaka. Dia yakin — katanya -bahwa Musa itu termasuk salah seorang pembohong yang tidak boleh dipercaya.
Tetapi telah kita lihat penjelasan ceritera ini di bahagian yang lain, misalnya di dalam Surat Thaha, atau di dalam Surat asy-Syu'ara' dan an-Naml dan lain-lain. Sampai terjadi menguji kepandaian, sampai Musa memperlihatkan tongkatnya menelan ular palsu yang terdiri dari tongkat-tongkat dan tali-tali, dan sampai pula tukang-tukang sihir Fir'aun taubat dari sihirnya dan menjadi pengikut Musa. Namun semuanya itu tidak diperdulikan oleh Fir'aun. Orang besar-besarnya pun tidak ada yang berani menyangkat muka buat mengoreksi dan memperbaiki kesalahan kepercayaan itu, kepercayaan turun-temurun, mengatakan yang tuhan ialah Fir'aun sendiri, lain tidak.
Ayat 39
“Dan menyombonglah dia!" (pangkal ayat 39). Menyombong atau membesarkan diri. Memandang hina dan rendah orang lain. Sepatah lagi kalau ada pendapat atau buah fikiran yang dianggapnya bertentangan daripada ajaran (doktrin) yang dia tentukan.
“Dia dan balatentaranyakarena rajanya telah sombong, balatenteranya pun jadi sombong pula. Mereka merasa tidak ada kekuasaan yang akan dapat menumbangkan kekuasaan mereka. Mereka merasa kuat dan kuasa “di muka bumi dengan tidak menurut Kebenaran." Artinya bahwa Kebenaran itu ada; tetapi mereka tidak mau mengakuinya. Hati mereka telah tertutup dari Kebenaran itu. Misalnya, mereka tidak melihat lagi Kebenaran, bahwa seorang raja naik takhta ialah menggantikan raja yang terdahulu, yang telah mati atau telah tua.
Raja yang dahulu itu tidak dapat lagi meneruskan kuasanya apabila nafasnya telah putus. Bangkai tidak dapat meneruskan kuasa.
Atau raja yang dahulu itu telah tua dan pikun. Meskipun dia masih hidup, dia tidak dapat berkuasa lagi, karena berfikimya pun tidak beres lagi.
Kemudian yang mati atau yang telah tua digantikan oleh raja baru, yang tadinya tidak berkuasa apa-apa. Dan setelah berkuasa sekian lama, salah satu dari kedua hal itu, mati dan tua pasti akan ditempuhnya. Atau sebagai raja yang lain yang dibunuh atau digantikan begitu saja tempatnya oleh anaknya sendiri.
Fir'aun sedang di puncak kekuasaan. Biasanya orang yang sedang di puncak kuasa, lupa akan Kebenaran itu. Sebab lupa akan Kebenaran dia berbuat semau-maunya di muka bumi yang dikuasainya.
Orang besar-besarnya pun demikian pula. Telah menjadi kebiasaan dunia, di antara raja yang berkuasa dengan orang besar-besarnya, sokong-menyokong, angkat-menyangkat. Karena keteguhan orang besar-besar sangat bergantung kepada keteguhan kekuasaan raja yang dipujanya. Oleh sebab itu sama sajalah sombong dan takabbur Fir'aun dengan balatentara atau penyokong pembantu yang berdiri memagarinya: “Dan mereka menyangka bahwa mereka tidaklah akan kembali kepada Kami." (ujung ayat 39). Dan mereka menyangka bahwa kekuasaan ini akan kekal. Mereka tidak sampai memikirkan bahwa tiap-tiap yang berpangkal pasti berujung. Tiap-tiap telah terlampau tinggi, pasti patah. Karena demikianlah hukum Alam yang digariskan oleh Maha Pencipta.
Ayat 40
“Maka Kami tariklah Fir'aun dan balatentaranya itu." (pangkal ayat 40). Atau, Kami ambil dengan kekerasan. Kekuasaan Kami cabut di kala mereka memeyangnya dengan kuat dan menyangka tidak akan lepas dari tangan lagi untuk selamanya: “Lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut" Yaitu ke dalam Lautan Qulzum ketika mereka mengejar Musa yang menyeberang meninggalkan bumi Mesir itu dan mereka kejar dari belakang. Sebagaimana diketahui lautan pun terbelah dua, bersibak nyanga setelah Tuhan menyuruh Musa memukulkan tongkatnya. Musa bersama Bani Israil selamat sampat ke seberang, sedang Fir'aun dan para balatentaranya sampai di tengah laut dalam pengejaran itu di saat lautan bertaut kembali; maka tenggelamlah semua “Maka lihatlah betapa jadinya akibat dari orang-orang yang zalim." (ujung ayat 40).
Kita telah banyak memberikan tafsir dari kalimat zalim, yang pada umumnya diartikan aniaya. Di sini kita tegaskan sekali lagi bahwa kalimat zalim itu adalah zhulm, yang berarti gelap-gulita. Tadi di ayat 39 telah dikatakan bahwa mereka hidup dengan menyombong di muka bumi dengan tidak menurut KEBENARAN, artinya tidak menurut jalan yang lurus dan terang. Jalan yang dibawa Musa adalah jalan yang lurus dan terang, sebab dia adalah KEBENARAN. Kalau orang menantang jalan yang BENAR dan terang, pasti dia memilih jalan yang gelap, jalan yang tidak beres ujungnya. Oleh karena sejak semula Fir'aun telah menolak Ketuhanan Allah dan merasa dialah yang Tuhan, tidaklah masuk dalam perhitungannya KEKUASAAN MUTLAK Tuhan itu. Laut terbelah untuk menyelamatkan Musa. Kalau dia berhitung yang baik, bukan hitungan gelap,
tentu dia bertikir lebih dahulu akan menempuh satu jalan yang bukan disediakan untuk dirinya. Dengan “mata gelap" laut terbelah itu ditempuhnya juga. Di tengah laut, laut itu sendiri bertaut, dia tenggelam. Itulah jalan gelap, jalan aniaya. Gelap tidak tentu arah dan ujung. Aniaya, sebab membawa celaka diri sendiri. Sebab tidak menempuh jalan yang BENAR sejak semula.
Ayat 41
“Dan telah Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru ke neraka." (pangkal ayat 41). Di dalam pangkal ayat ini dijelaskanlah bahwasanya segala pemimpin yang berjalan di luar kebenaran, menyombong dan aniaya itu adalah pemimpin membawa ummat atau rakyat yang dipimpinnya ke neraka, bukan ke syurga. Untuk menjadi perbandingan bagi ummat manusia sampai hari kiamat; bila saja, di mana saja, apabila ada pimpinan negara yang menyanggap dirinyalah yang Tuhan, peraturannyalah yang benar, lalu menolak Kebenaran yang diturunkan Ilahi dengan perantaraan Nabi-nabiNya, semua pemimpin semacam itu teranglah akan membawa manusia ke neraka Karena dia pemimpin, dialah yang di muka sekali, untuk diiringkan oleh manusia menuju neraka. Negara semacam itu bukanlah Negara Hukum, melainkan Negara Hukuman. Bukan negara yang dijaga keamanannya oleh polisi, melainkan Negara Kepolisian. Kediktatoran pimpinan negara menyebabkan kehilangan kemerdekaan tiap-tiap orang yang mengharapkan perlindungan dalam negara itu."Sedang di hari kiamat tidaklah mereka akan ditolong." (ujung ayat 41).
Di hari kiamat kelak pemimpin-pemimpin negara yang semacam itu akan terpencil sendiri Mereka tidak akan ditolong, sebab kalau mereka ditolong juga niscaya sama derajatnya dengan orang-orang yang jujur.
Seketika orang masih memeyang suatu kekuasaan, mungkin dia merasa belum memerlukan pertolongan orang lain, karena kekuasaannya itu telah mewajibkan orang yang di bawah kuasanya mesti menolong dia. Seorang Menteri misalnya, adalah memerlukan banyak pegawai penolong dan pelaksana. Kalau tidak ada pelaksana-pelaksana niscaya perintah yang dikeluarkannya tidak akan berjalan. Tetapi apabila dia telah berhenti jadi Menteri, bagaimanapun dia memerintahkan, namun orang-orang yang tadinya jadi bawahannya itu tentu tidak akan memperdulikan lagi apa yang diperintahkannya.
Kalau seseorang telah dihadapkan ke hadapan Mahkamah Ilahi, karena dituduh bersalah bahwa selama dia hidup, atau selama dia berkuasa, dia adalah orang yang zalim lagi aniaya kepada sesamanya makhluk Allah, di saat yang seperti demikian amat perlulah dia akan pertolongan, amat perlulah dia akan pembela. Dia merasa lemah buat menangkis serangan dan tuduhan Ilahi seorang dirinya. Tetapi di saat seperti itu tidaklah seorang juga yang akan dapat menolongnya. Tidak ada lagi pegawai yang akan melaksanakan perintahnya seperti dahulu. Dan dia tidak mempunyai kekayaan lagi buat memberi upah seorang pembela yang akan membelanya di muka Mahkamah Ilahi itu. Sebab dia waktu itu tidak lagi seorang yang berkuasa, melainkan seorang pesakitan'
Tidak lagi seorang Tuan Besar, melainkan seorang hamba Allah yang kecil dan hina. Yang akan menolong dia hanya satu, yaitu bekas amal shalihnya kalau ada. Karena ketika mempertimbangkan hukuman yang akan dijatuhkan, selalu Allah akan menilik berapa pertimbangan di antara kejahatan dan kebaikan yang diperbuat.
Ayat 42
“Dan Kami ikutkanlah laknat untuk mereka di dunia ini." (pangkal ayat 42). Yakni, bahwasanya tatkala orang-orang zalim sebagai Fir'aun dan pembesar-pembesar negaranya itu masih hidup di dunia ini, bagaimana mereka menjaga wibawa kuasanya, namun kezaliman mereka yang sangat dirasakan oleh rakyat itu selalu menimbulkan omelan, keluhan dan akhirnya kutuk laknat dari orang banyak. Itulah sebabnya maka penguasa-penguasa semacam Fir'aun memasang mata-mata, kaki-tangan dan yang dinamai intelejen banyak-banyak untuk mengintip, mendengarkan, memperhatikan kalau-kalau ada orang yang tidak puas dengan hukum dan pemerintahan mereka
Teringatlah kita akan yang dialami Nabi kita s.a.w. ketika beliau Isra' dan Mi'raj, tentang bau harum yang beliau rasakan di setumpak tanah. Lalu beliau bertanya kepada Jibril, bau apakah yang seharum itu. Lalu Jibril menjawab, bahwa di tempat inilah dahulunya seorang juruhias perempuan dalam istana Fir'aun sedang menyisir anak perempuan Fir'aun lalu patah sisirnya. Maka mengucaplah juruhias itu “Maha Sucilah Allah, Tuhan Sarwa Sekalian Alam"; lalu anak perempuan Fir'aun melapor kepada ayahnya karena tukang sisir itu mempercayai lagi Tuhan yang lain selain Fir'aun. Perempuan itu dihadapkan ke muka pengadilan dan diperiksa. Dia mengakui terus-terang bahwa dia tidak percaya ada Tuhan lain, selain Allah dan Fir'aun bukan Tuhan dan dia tidak mau bergeser, walaupun selangkah dari pendirian yang demikian Lalu perempuan itu dihukum bersama anak-anaknya dan suaminya, dimasukkan ke dalam api nyala, dibakar sampai mati. Anaknya disuruh melompati api satu demi satu, suaminya pun demikian juga. Akhirnya dirinya sendiri yang sedang menggendong anaknya yang sedang sarat menyusu. Agak ragu perempuan itu pada mulanya karena memikirkan anaknya. Tetapi tiba-tiba anak yang sedang menyusu itu melepaskan mulutnya dari muncas susu ibunya lalu berkata: “Jangan ragu, ibuku. Kita adalah di pihak yang benar!" Lalu perempuan itu melompati api sambil menggendong puteranya. Dan tinggallah bau wangi di tempat itu untuk selama-lamanya. Namun Fir'aun selalulah menjadi buah kutukan dan laknat rakyat yang lemah.
Demikianlah pula selalu terjadi dengan Fir'aun-fir'aun yang lain di dunia ini. Manusia selalu mengutuk mereka. Walaupun dengan berbagai reklame, dengan berbagai alat mass-media untuk memuji-muji Fir'aun. mengagung-agungkan Fir'aun. Bertambah banyak yang mengutuki dan menyumpah laknat, bertambah hebat pula propaganda apa yang dinamai “cultus individu “, memuja-muja orang seorang."Sedang di hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang diburukkan." (ujung ayat 42).
Orang yang diburukkan, dipandang hina, tidak berharga sepeser pun, dibariskan dalam barisan orang yang tidak ada harga walau sebelah mata, sebagai imbangan dari kesombongan dan ketakabburan dan merasa diri paling di atas ketika hidup di dunia dahulu.
Seakan-akan tergambarlah perbandingan di hadapan mata kita, seorang yang dianggap gagah perkasa, berpakaian bertatahkan ratna mutu manikam, bermahkota berhiaskan batu zamrud, zabarjad, yaqut dan berlian, dikeliling oleh orang besar-besar yang duduk dengan segala hormat dan persembahan ta'zhim terhadap beliau; di hari kiamat itu menjadi orang hina-dina, lebih hina dari orang gelandangan yang kehilangan rumahtangga dan tanah karena dirampas oleh si raja itu di waktu hidupnya Semua mereka itu disuruh duduk mencangkung memberi hormat bersusun-susun sejak dari sejarah hidup manusia mulai diisi dalam dunia ini, sampai manusia penghabisan tidak ada lagi di sini. Mereka disuruh berkumpul dengan serba kehinaan dan kesepian, tidak ada yang datang menolong, menunggu perkara masing-masing akan dibuka.
Demikianlah akibat yang diderita oleh Fir'aun dan segala penguasa-penguasa semacam Fir'aun.
Ayat 43
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa al-Kitab, sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu itu." (pangkal ayat 43).
Itulah perbandingan setelah perjuangan di antara yang hak dengan yang batil berlaku. Kesudahan daripada Fir'aun dan orang besar-besarnya, baik laknat yang akan mereka terima di dunia atau siksaan yang akan mereka terima kelak di akhirat dan dimasukkan kelak dalam golongan orang-orang buruk. Adapun kesudahan dari Musa yang menegakkan Kebenaran itu ialah jerihnya diobat oleh Tuhan. Setelah dibinasakan generasi yang selama ini menjadi penghalangnya itu. dia dilepaskan dari bahaya dan kehinaan, lalu diturunkan kepadanya al-Kitab. yaitu peraturan yang datang dari Allah; “Ialah supaya jadi pemandangan bagi manusia “ Jadi i'tibar untuk dibandingkan kepada diri sendiri untuk selama-lamanya, bahwasanya cita-cita yang mulia, bagaimanapun besar hambatan yang merintangi, akhir kelaknya pasti sampai juga asal sabar; “dan petunjuk" kepada manusia di dalam menempuh hidup selanjutnya, agar tercapai apa yang diridhai oleh Allah Subhonahu wa Ta'ala; “dan rahmat," karena apabila isi kitab itu diamalkan, niscaya manusia akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, mendapat limpah kurnia kasih dan sayang dari Ilahi."Mudah-mudahan mereka ingat." (ujung ayat 43). Mudah-mudahan mereka ingat selalu bagaimana kekuasaan Allah itu, yang mudah saja bagiNya memutar balik keadaan, menurunkan di atas dan menaikkan yang di bawah, memuliakan yang hina, dan menghinakan yang mulia.
Kesaksian pula semuanya bahwasanya keamanan yang teramat penting ialah aman hati berdamping dengan Allah. Kalau hati telah dekat dengan Tuhan, tidaklah suatu juga di dunia ini yang akan ditakutkan. Dan bagi pejuang
Islam sendiri di zaman Nabi Muhammad s.a. w. menjadi pelajaran yang mendalamlah kejadian Fir'aun dengan Musa ini. Begitu lemah dan sengsaranya Bani lsrail, namun ada-ada saja bagi Tuhan untuk melepaskan mereka dari kehinaan. Tidak ada pula orang yang menyangka bahwa kebenaran Fir'aun itu akan tenggelam demikian saja ke dasar laut. Setelah laut yang terbelah dua bertaut kembali, hilang lenyaplah kebesaran Fir'aun ke dalam dasar laut itu, seakan-akan tidak pernah ada. Oleh sebab itu tidak pulalah akan lama masanya kedaulatan orang Quraisy dengan kemusyrikannya dan pemujaannya kepada berhala akan digulung pula oleh ombak sejarah.
Untuk menyambung kejadian di zaman Fir'aun ini kepada zaman Muhammad; yaitu zaman ayat ini diturunkan, selanjutnya bersabdalah Tuhan;
Ayat 44
“Dan tidaklah engkau berada di sisi sebelah Barat seketika Kami memutuskan perintah kepada Musa." (pangkal ayat 44). Artinya, bahwa saat Kami menjatuhkan keputusan, memberikan perintah kepada Musa, menjadi Rasul Kami kepada Bani lsrail buat melepaskan mereka daripada penindasan dan perbudakan Fir'aun, waktu itu engkau belum ada di dunia ini, sebab itu engkau tidaklah mengetahuinya."Dan tidaklah engkau termasuk orang yang menyaksikan." (ujung ayat 44). Sebab jarak di antara zaman itu dengan zaman Muhammad s.a. w. adalah sudah terlalu panjang dan lama.
Ayat 45
"Tetapi Kami telah menimbulkan beberapa keturunan dan berlalu atas mereka masa yang panjang." (pangkal ayat 45).
Sudah berpuluh Nabi di antara Musa dan Muhammad. Telah berganti pula keturunan demi keturunan dan telah panjang masa jaraknya, dan tempat pun berjauhan pula, dari bumi Heja2 di Tanah Arab sampai ke Mesir dan Syam."Dan tidaklah engkau berada di tengah-tengah penduduk Madyan itu, membacakan kepada mereka akan ayat-ayat Kami." Meskipun samasekali itu tidak, karena jauh jarak masa, dan jauh jarak tempat: “Akan tetapi Kami telah mengutus Rasul-rasul." (ujung ayat 45).
Rasul-rasul Allah datang silih berganti. Inti ajaran yang dibawa Rasul-rasul itu tetap satu tidak berubah. Yaitu memberi petunjuk kepada manusia agar tunduk kepada Allah Tuhan Yang Esa, tidak bersyarikat dengan yang lain.
Ayat 46
“Dan tidaklah engkau berada di dekat gunung Thur seketika Kami menyeru." (pangkal ayat 46). Yaitu seketika Musa pergi ke bukit atau pinggir gunung yang diberi berkat itu karena di sana terlihat olehnya api, lalu datang seruan Tuhan memanggil namanya, menanyakan apa yang dia peyang dan memberitahu kepadanya bahwa Dia, yang menyeru itu ialah Allah; Nabi Muhammad waktu itu belum ada di dunia; “Tetapi ini adalah rahmat dari Tuhan engkau." Rahmat Tuhan kepada engkau dan rahmat Tuhan kepada ummat yang percaya kepada risalah engkau, sehingga engkau diberitahu semua. Engkau mengetahuinya seakan-akan engkau hadir sendiri di sana: “Supaya engkau beri peringatan kepada kaum itu," yaitu kaum Quraisy yang kadang-kadang keras kepala mereka menyerupai juga keras kepala Fir'aun dan
k.ttminya: “Yang belum pernah datang kepada mereka dari pemberi-pemberi ingat yang sebelum engkau." Artinya bahwasanya sejak Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail diperintahkan Allah mendirikan Ka'bah. belumlah ada dikirim Tuhan kepada Arab Hejaz keturunan Adnan, yang intinya bernama Quraisy itu seorang Nabi dan Rasul pun. Oleh sebab itu maka kedatangan Muhammad s.a.w sekarang ini adalah satu anugerah utama kepada mereka, suatu hal yang akan membawa kemuliaan bagi mereka di kemudian hari, sebagaimana telah ternyata dalam perjalanan riwayat kemudiannya: “Mudah-mudahan mereka ingat." (ujung ayat 46).
Kalau mereka ingat akan hal ini dengan seksama, tidaklah mereka akan menghalangi atau menolak akan risalah yang benar itu.