Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّكَ
sesungguhnya kamu
لَا
tidak dapat
تُسۡمِعُ
menjadikan mendengar
ٱلۡمَوۡتَىٰ
orang mati
وَلَا
dan tidak dapat
تُسۡمِعُ
menjadikan mendengar
ٱلصُّمَّ
orang tuli
ٱلدُّعَآءَ
seruan
إِذَا
apabila
وَلَّوۡاْ
mereka berpaling
مُدۡبِرِينَ
kebelakang
إِنَّكَ
sesungguhnya kamu
لَا
tidak dapat
تُسۡمِعُ
menjadikan mendengar
ٱلۡمَوۡتَىٰ
orang mati
وَلَا
dan tidak dapat
تُسۡمِعُ
menjadikan mendengar
ٱلصُّمَّ
orang tuli
ٱلدُّعَآءَ
seruan
إِذَا
apabila
وَلَّوۡاْ
mereka berpaling
مُدۡبِرِينَ
kebelakang
Terjemahan
Sesungguhnya engkau tidak dapat menjadikan orang yang mati dan orang yang tuli dapat mendengar seruan apabila mereka telah berpaling ke belakang.
Tafsir
("Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila) dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (mereka telah berpaling membelakang).
Tafsir Surat An-Naml: 76-81
Sesungguhnya Al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Sebab itu bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.
Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesalan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri. Allah ﷻ berfirman, menceritakan tentang kitab-Nya yang mulia, dan hidayah, penjelasan serta pembeda antara hak dan batil yang terkandung di dalamnya, bahwasanya Al-Qur'an menceritakan kepada kaum Bani Israil (yaitu pemegang kitab Taurat dan kitab Injil): sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. (An-Naml: 76) Seperti pertentangan mereka tentang Isa dan perselisihan mereka mengenai dirinya; orang-orang Yahudi membuat-buat berita bohong terhadapnya, sedangkan orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam menilainya.
Maka datanglah Al-Qur'an dengan membawa pendapat yang pertengahan, hak, lagi adil, bahwa Isa adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah, dan merupakan salah seorang dari rasul dan nabi-Nya yang mulia, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya: Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (Maryam: 34) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (An-Naml: 77) Yakni petunjuk bagi hati yang beriman kepadanya dan sebagai rahmat bagi mereka yang beriman kepadanya dalam pengamalannya.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka (An-Naml: 78) Yaitu kelak di hari kiamat. dengan keputusan-Nya, dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (An-Naml: 78) semua perbuatan dan ucapan hamba-hamba-Nya. Sebab itu, bertawakallah kepada Allah. (An-Naml: 79) dalam semua urusanmu, dan sampaikanlah risalah Tuhanmu. sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata. (An-Naml: 79) Yakni kamu berada dijalan yang hak lagi jelas, namun masih ada orang-orang yang menentangmu, yaitu dari kalangan orang yang telah ditetapkan celaka atasnya, dan berhak mendapat azab dari Tuhanmu. Mereka tetap tidak akan mau beriman, sekalipun semua tanda dan bukti disampaikan kepada mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar. (An-Naml: 80) Maksudnya, kamu tidak dapat memperdengarkan kepada mereka sesuatu pun yang bermanfaat bagi mereka. Demikian pula halnya orang-orang kafir (di masamu) pada hati mereka terdapat penutup dan pada telinga mereka terdapat penutup kekafiran. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling kebelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesalan mereka.
Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri. (An-Naml: 80-81) Sesungguhnya yang mau mendengarkanmu hanyalah orang yang mempunyai pendengaran dan pandangan hati yang bermanfaat bagi dirinya, lagi tunduk kepada Allah dan taat kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dari Allah ﷻ
Keengganan mereka beriman pada hakikatnya disebabkan oleh tertutupnya mata dan telinga mereka, dan memang sungguh, engkau wahai Nabi Muhammad, tidak dapat menjadikan orang yang mati hatinya dapat mendengar kebenaran, sebab mereka telah kehilangan kesadarannya, dan engkau tidak pula dapat menjadikan orang yang tuli karena menutup diri, dapat mendengar seruan, lebih-lebih apabila mereka telah berpaling lari berbalik ke belakang, sehingga tidak memiliki kesiapan untuk mendengarkan dakwahmu. 81. Keadaan mereka juga sama dengan orang yang buta, dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk jalan kebenaran kepada orang yang buta mata hatinya akibat dari kesesatannya itu. Engkau tidak dapat menjadikan seorang pun mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah secara mantap dan kukuh.
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak ditugaskan supaya menjadikan orang-orang musyrik itu beriman. Beliau hanya ditugaskan untuk menyampaikan seruan atau risalah dari Allah. Tidak termasuk wewenang beliau untuk memaksa orang kafir menjadi seorang mukmin. Hal tersebut berada dalam kekuasaan Allah. Nabi tidak mampu memasukkan petunjuk ke dalam hati orang yang sudah terkunci mati. Ayat ini juga menjelaskan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati itu mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang tuli mendengar panggilan, terlebih lagi bila hati mereka telah berpaling ke belakang.
Kalimat "orang-orang yang mati" dan "orang-orang yang tuli" dalam ayat ini adalah ungkapan metafora. Maksudnya adalah orang-orang musyrik itu dianggap sebagai orang yang sudah mati pikirannya, sudah tuli dan tidak dapat mendengar panggilan dan ajakan kebaikan. Mereka telah berpaling ke belakang. Mereka diserupakan dengan orang yang mati dan orang yang tuli karena semua ayat yang dibacakan kepada mereka tidak berpengaruh sama sekali
Walaupun secara umum ayat ini menjelaskan bahwa orang yang telah mati tidak dapat mendengar seruan orang yang masih hidup, tetapi ada beberapa hadis yang sahih, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berbicara pada mayat-mayat kaum musyrikin yang terbunuh waktu perang Badar dan dikubur bersama-sama dalam sebuah sumur. Melihat hal itu, sebagian sahabat, di antaranya Umar bin Khattab, menyatakan keheranannya dengan bertanya mengapa Rasulullah berbicara dengan orang yang sudah meninggal. Menanggapi hal itu, Rasulullah bersabda:
Kamu tidak lebih mendengar daripada mereka terhadap apa yang aku katakan, hanya saja mereka tidak dapat menjawab. (Riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik)
Pengertian yang terkandung dalam hadis di atas adalah bahwa orang-orang yang masih hidup dan mayat-mayat itu sama dapat mendengar ucapan Nabi. Akan tetapi, orang yang masih hidup dapat menjawab, sedangkan mereka tidak. Dalam beberapa hadis yang sahih diterangkan pula oleh Nabi bahwa bila seorang mayat telah selesai dimasukkan ke kuburnya, ia dapat mendengar suara sepatu atau terompah orang-orang yang mengantarnya.
Sebagai seorang penyampai risalah Allah, Nabi tidak dapat memberi hidayah kepada orang-orang musyrik untuk menjadi mukmin sebagaimana yang terjadi dengan paman Nabi yaitu Abu thalib yang hingga akhir hidupnya tidak beriman. Firman Allah:
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (al-Qasas/28: 56)
Tugas Nabi hanya memberi petunjuk dalam arti memberi bimbingan (irsyad), memberi keterangan (bayan), dan melaksanakannya, sebagaimana firman Allah:.. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.(asy-Syura/42: 52)
Pengertian hidayah pada Surah al-Qasas/28: 56 di atas adalah "taufik". Hal ini mengandung pengertian bahwa Nabi tidak mempunyai kewenangan untuk memberi taufik kepada manusia, walaupun terhadap orang yang dicintainya, misalnya Abu thalib. hanya Allah yang dapat memberi hidayah dalam arti taufik kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Adapun hidayah pada Surah as-Syura/42: 52 bermakna "tabyin dan irsyad". Hal ini berarti bahwa Nabi mempunyai kewenangan untuk memberi penjelasan dengan petunjuk yang luas.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Al-Qur'an Menyelesaikan Perselisihan
Ayat 76
“Sesungguhnya al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebahagian besar dari hal-hal yang mereka perselisihkon." (ayat 76)
Berselisih Bani Israil, terutama mengenai diri Nabi Isa anak Maryam, ‘alaihis-salam. Bani Israil yang bertahan diri mengatakan mereka ummat Nabi Musa, dan tidak mau menerima seruan Nabi Isa, padahal Nabi isa menjelaskan bahwa beliau pun diutus untuk menyeru Bani Israil agar berjalan di atas jalan yang benar. Tetapi mereka itu, yang mengakui diri mereka beragama Yahudi tidak mau menerima seruan Nabi Isa. Bahkan mereka tuduh Nabi Isa itu anak yang lahir di luar nikah, karena Nabi Isa dilahirkan oleh Maryam perawan suci itu, dengan takdir Allah, langsung tidak perantaraan bersuami. Mereka tuduh Nabi Isa, Rasul Allah, seorang anak zina. Mereka tolak mu'jizat tanda kebesaran Tuhan.
Sebaliknya pula orang Nasrani! Oleh karena Nabi Isa lahir ke dunia tidak dengan perantaraan bapa, melainkan langsung dengan takdir Tuhan yang berbuat sekehendakNya, mereka tegakkanlah suatu kepercayaan bahwa Nabi Isa Almasih anak Maryam itu adalah Putera Allah, yaitu Allah sendiri yang datang ke dunia ini, menjelma ke dalam perut perawan suci buat lahir ke dunia buat jadi anak Allah. Pendeknya Yahudi memandangnya orang “kotor", sedang Nasrani memandangnya Tuhan!
Sekarang datanglah Nabi Muhammad. Kepadanya diturunkanlah wahyu al-Qur'an ini. Satu di antara keterangan yang diberikan oleh al-Qur'an ialah menjelaskan soal yang mereka perselisihkan itu. Ini terang dapat kita baca di dalam sebuah Surat yang diberi nama Maryam, nama perawan suci yang melahirkan Isa itu. Kedua dalam Surat ali Imran, demikian juga dalam Surat 21, al-Anbiya' (Nabi-nabi) ayat 91. Di dalam Surat-surat itu terlebih dijelaskan kesucian Maryam, keshalihan ibu-bapanya dan bahwa Maryam itu “ditumbuhkan dalam pertumbuhan yang baik dan dijaga dan diasuh oleh Zakariya". JSurat 3, ali Imran ayat 36). Kemudian baru diterangkan kelahiran Isa Almasih yang tidak dengan perantaraan bapa itu.
Dengan demikian tertolaklah kehinaan yang ditimpakan oleh orang Yahudi kepada Almasih tersebut. Penghinaan itu menurut hukum Islam adalah kafir! Sebab kekafiran yang pertama ialah karena menghina seorang Rasul Allah, kedua karena tidak mau percaya bahwa Allah Maha Kuasa berbuat melaini dari yang biasa Dia lakukan.
Kemudian diterangkan lagi bahwa meskipun kelahiran Isa AlrnBsih, namun dia bukanlah Tuhan. Dia bukanlah Putera Allah. Dia bukan Allah yang menjelma ke dalam' perut perawan suci, lalu setelah genap bulannya dia lahir ke dunia untuk dikatakan bahwa dia adalah anaknya. Diperjelaskan bahwasanya terhitung kafir juga orang yang mengatakan bahwa “Allah itu adalah yang ketiga dari yang bertiga." (al-Maidah: 73). Dan kafir juga orang yang mengatakan “Bahwa Allah itu ialah Isa Almasih." (al-Maidah: 17).
Ada satu golongan, mengatakan Isa Almasih itu semata-mata manusia. Segolongan lagi mengatakan bahwa Bapa, Putera dan Ruhul-Qudus adalah rupa yang berlain-lain daripada Tuhan dalam menunjukkan dirinya kepada manusia. Kata mereka Allah itu tersusun dari tiga oknum, yaitu Bapa, Putera dan Ruhul-Qudus. Yang dianggap putera itu ialah Isa Almasih (Yesus Kristus), lalu menjelmalah Allah itu sebagai manusia ke dalam tubuh Maryam dalam rupa Ruhul-Qudus, lalu lahir daripada Maryam sang putera dalam rupa Almasih.
Segolongan lagi mengatakan yang putera tidaklah kekal sebagai yang Bapa, tetapi dia makhluk Allah juga. Sebab itu dia adalah mempunyai kedudukan di bawah dari Bapa.
Segolongan lagi tidak mau menerima Ruhul-Qudus dianggap sebagai satu di antara tiga oknum itu.
Maka di dalam Rapat Besar Agama (Constli) di Nicea pada tahun 325 M. diambillah keputusan bahwa Sang Anak dan Ruhul-Qudus sama kedudukannya dengan Sang Bapa dalam kesatuan ketuhanan. Inilah yang dikenal dengan sebutan “Trinitas". Keputusan ini dikuatkan pula oleh Consili di Konstantinopel tahun 381. Dijelaskan lagi bahwa Sang Putera telah lahir dari Sang Bapa sejak semula dan Ruhul-Qudus timbul dari Sang Bapa. Di Consili Thalithalah tahun 589 diputuskan tambahannya, yaitu bahwa Ruhu)-Qudus timbul dari Sang Putera juga. Soal-soal seperti inilah yang menjadi perselisihan yang tidak pernah dapat diambil keputusan di antara Gereja Timur dengan Gereja Barat, sampai kepada masa datangnya Agama Islam.
Maka datanglah al-Qur'an memberikan pernyataan, bahwa Isa Almasih anak Maryam bukanlah anak zina, sebagai yang didakwakan secara rendah budi oleh orang Yahudi yang hendak menolak beliau sebagai Nabi dan Rasul. Allah Maha Kuasa buat melahirkan seorang manusia ke dunia ini di luar dari jalan yang biasa. Kelahiran Isa Almasih sama juga dengan belahnya lautan sehingga Bani Israil dapat menyeberang dengan pimpinan Nabi Allah Musa. Bilamana Allah menghendaki agar sesuatu terjadi, dia akan terjadi. Tetapi dengan kelahiran Isa Almasih secara ajaib itu, bukan pula berarti bahwa dia akan dianggap sebagai Tuhan, atau sebagai Allah yang menjelma ke dunia sebagai puteranya. Dengan demikian dibantahlah sekeras-kerasnya kepercayaan yang diputuskan oleh orang Nasrani, yang memutuskan bahwa Isa Almasih dan Allah dan Ruhul-Qudus itu adalah satu jua adanya.
Maka dengan sangat jelaslah diterangkan di dalam al-Qur'an itu tentang pokok kepercayaan. Yaitu bahwa Allah itu Esa adanya. Tidak ada yang lain yang bersekutu dengan Dia. Tidak dia beranak, tidak pula dia diperanakkan dan tidak ada pula barang sesuatu pun yang menyamai Dia.'
Ayat 77
Kemudian dijelaskan pula: “Dan sesungguhnya dia." (pangkal ayat 77). Yaitu al-Qur'an itu, selain memberikan keterangan kepada Bani Israil tentang hal yang mereka perselisihkan tentang akidah yang kacau-balau itu; “Adalah petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (ujung ayat 77). Maka bukan sajalah al-Qur'an memberikan penjelasan tentang akidah yang salah, supaya dijauhi, karena tidak sesuai dengan akal yang sihat dan berfikir yang teratur, bahkan lebih penting lagi daripada itu, yaitu membawa petunjuk, menunjukkan jalan mana yang seharusnya ditempuh, supaya bertemu apa yang diridhai oleh Allah, supaya selamat diri dunia dan akhirat. Asal saja orang mau beriman, akan terbukalah baginya jalan petunjuk itu. Karena al-Qur'an bukan saja menceriterakan hal yang telah lampau, bahkan menceriterakan dan menguraikan juga apa yang mesti dikerjakan sekarang. Bukan saja yang sekarang, bahkan bagaimana pula akibat yang akan dihadapi di belakang hari. Dijanjikan dalam ayat ini bahwa barangsiapa yang mengambil petunjuk dari al-Qur'an, pastilah dia akan mendapat rahmat. Yaitu belas-kasihan Tuhan, karena bebas daripada perasaan takut dan dukacita, langsung perasaan bergantung kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Ayat 78
“Sesungguhnya Tuhan engkau akan memutuskan di antara mereka dengan hukumNya." (pangkal ayat 78). Banyak pula lagi perselisihan lain yang mereka timbulkan tentang Nabi-nabi Allah. Tentang Nabi Isa saja, mereka berselisih; ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa itu mati di atas kayu palang, lalu segera dikuburkan oleh murid-muridnya. Tetapi setelah tiga hari dalam kuburnya, dia pun berangkat terbang ke langit, dengan disaksikan oleh murid-muridnya. Yang lain mengatakan pula bahwa yang mati di atas kayu palang itu bukan dia, melainkan murid yang mengkhianatinya itu, Yudas Askarioti namanya, karena wajahnya hampir serupa dengan Isa Almasih, sedang senja dan orang tengah ribut. Ada lagi yang berkata, bukan diganti dengan Yudas melainkan dengan Simon. Maka datanglah khabar pasti dari al-Qur'an:
“Bukanlah mereka membunuh dia dan bukanlah mereka menyalib dia, melainkan diserupakan orang lain bagi mereka."
Orang Yahudi pun banyak sekali menambah dan mengubah Taurat yang asli, terutama yang mengenai kehidupan Nabi-nabi.
Nabi Ibrahim yang begitu besar, nenek-moyang dari Bani Israil dan Bani Israil digambarkan di dalam Taurat memperkenalkan isterinya Sarah kepada Abimalik Raja Palestina dan Fir'aun Raja Mesir, bahwa isterinya itu adalah saudara perempuannya, agar kedua raja itu menerima kedatangannya dengan sambutan yang baik.
Israil sendiri, yaitu nama yang asal dari Ya'kub diterangkan dalam Taurat, bersekongkol dengan ibunya mengambil berkat yang dipusakakan neneknya Ibrahim kepada ayahnya Ishak, yang sedianya akan diberikan kepada abangnya Isu. Diceriterakan dalam catatan yang mereka katakan Taurat itu bahwa si ayah, yaitu Ishak, mudah saja tertipu oleh anaknya Ya'kub yang tidak berhak menerima berkat itu.
Yang seram kita membacanya pula ialah kisah Nabi Luth. Di dalam Taurat yang sampai sekarang dijadikan kitab “suci" peyangan itu masih dapat kita baca, bahwa setelah Nabi Luth dengan kedua anak gadisnya yang masih perawan selamat karena negerinya Sodom (Sadum) dihancurkan Tuhan, beristirahat di suatu tempat. Lalu kedua anak perempuan itu meminumkan anggur berganti-ganti kepada ayahnya. Malam pertama anak yang tertua, malam kedua anak yang bungsu dan pada kedua kali minumnya itu Nabi Luth mabuk. Sedang mabuk itulah kedua anak perawan itu menyerahkan dirinya disetubuhi oleh ayah kandungnya Nabi Luth, dan keduanya hamil dan keduanya menurunkan bangsa-bangsa.
Nabi Daud dikatakan dalam kitab itu terpesona melihat isteri salah seorang Kepala Perangnya yang bernama Uria mandi bertelanjang di dalam sungai yang mengalir dalam taman istana, sedang Nabi Daud melihat-lihat di pendopo istana yang.menghadap ke taman. Tubuh perempuan itu sangat cantik dan beliau tergiur. Lalu beliau suruh cari keterangan itu isteri siapa. Setelah terang bahwa suaminya seorang kepala perang, dia dikirim ke medan perang yang jauh sampai tewas di medan perang, dan si isteri cantik itu langsung diambil isteri oleh Nabi Daud.
Nabi Sulaiman pun diceriterakan di dalam kitab yang dinamai Taurat itu, bahwa di hari tuanya beliau menyembah berhala, karena tertarik atau menarik hati isterinya.
Semacam itulah yang bertemu di dalam kitab-kitab yang bernama “Perjanjian Lama" yang sampai sekarang masih beredar. Dan banyak pula terdapat perselisihan catatan tentang diri Nabi Isa di dalam kumpulan kitab-kitab yang dikumpulkan oleh orang Nasrani dengan nama “Perjanjian Baru". Kedatangan al-Qur'an, sebagaimana yang telah diterangkan di atas tadi, menjelaskan duduk perkara, dan juga membersihkan pandangan orang terhadap kepada Nabi-nabi dan Rasul Tuhan, yang sampai dituduh berzina dengan anak kandungnya itu. Atau sampai tergila-gila kepada bini orang.
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah kelak akan memutuskan di antara mereka, dengan hukumnya. Ada setengah ahli tafsir mengatakan bahwa hukuman Tuhan itu akan datang atas mereka kelak di hari kiamat. Tetapi dari sekarang hukum itu pun telah datang. Agama yang didasarkan kepada ceritera-ceritera bohong tentang Nabi-nabi Allah itu akan jatuh martabatnya dalam hati orang yang berakal, atau akan membimbing orang kepada kecabulan belaka. Sehingga orang yang hendak mempertahankannya terpaksa tidak membukakan hakikat yang sebenarnya kepada pengikutnya yang awam."Dan Dia" -yaitu Allah Ta'ala -"adalah Maha Perkasa, Maha Mengetahui." (ujung ayat 78). Allah Maha Perkasa, sehingga apabila Dia menjatuhkan pembaiasanNya kepada yang bersalah, sangatlah seram hukumNya. Dan Dia Maha Mengetahui akan segala perbuatan hambaNya dan perkataan mereka yang keluar.
Menilik kepada ayat-ayat ini jelaslah bahwa ajaran Islam haruslah ditegakkan di atas kekuatan da'wah dan seruan yang dapat membangkitkan akal yang murni dan perasaan yang halus. Dan dasar ajaran Islam adalah mengakui akan kesucian dan kemuliaan martabat Nabi-nabi Ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan akal, yang terdapat pada agama Nasrani misalnya, dengan pendakwaan mereka bahwa Nabi Isa Almasih itu adalah Tuhan juga, atau anak dari Tuhan, atau Allah sendiri yang menjelma menjadi anaknya, tidak lain adalah pusaka ajaran agama dan kepercayaan zaman purbakala yang dibawa orang pindah ke dalam Agama itu, sehingga hilang ajarannya yang asli.
Ayat 79
“Maka bertawakkallah kepada Allah!" (pangkal ayat 79). Inilah bimbingan Allah kepada RasulNya, Muhammad s.a.w. Yaitu bahwasanya di dalam melakukan da'wah yang besar dan agung ini, menghadapi demikian hebat rintangan, yaitu kepercayaan salah yang telah berurat berakar, baik dalam perselisihan Bani Israil, ataupun dalam kekacauan fikiran kaum musyrikin sendiri, untuk pembangkit kekuatan tidak lain hanyalah tawakkal kepada Allah, berserah diri kepadaNya, bersandar bulat kepadanya. Sebab kekuatan manusia sudah nyata terbatas. Aliahlah yang akan membangkitkan kekuatan dan tenaga pada manusia dalam melanjutkan usahanya."Sesungguhnya engkau adalah di atas Kebenaran yang nyata." (ujung ayat 79).
Orang yang telah yakin bahwa apa yang dia perjuangkan itu adalah benar, dan nyata kebenaran itu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan menurut akal yang sihat. di mana saja dan apabila saja, orang yang sudah sampai kepada keyakinan demikian pasti tawakkal kepada Allah. Pasti dia tenang menunggu hasil apa yang diperjuangkannya itu. Dia tidak terburu nafsu, dia tidak hendak memaksa sesuatu masak sebelum waktunya Dia tidak hendak menanam pada hari, berbuah pun pada hari itu juga. Halangan dan rintangan daripada yang tidak menyukai sudahlah menjadi perhitungan yang pasti daripada pejuang sejati. Bertambah besar masalah yang diperjuangkan, pastilah besar pula kesulitan yang ditempuh. Tetapi tidaklah pernah Kebenaran yang kalah berhadapan dengan kedustaan. Kekerasan kadang-kadang dapat tersumbul keluar seakan-akan menang. Tetapi dalam peredaran zaman kemudian akan ternyata bahwa kecurangan, atau yang salah dipaksakan mengatakan benar itu akan sirna laksana buih ditiup angin. Itulah sebabnya maka setiap perjuangan wajib bertawakkal kepada Allah. Artinya jangan disangka bahwa urusan ini akan selesai di tangan kita. Walaupun kita misalnya mati, tewas, jadi kurban dari kebenaran yang kita perjuangkan, bukanlah berarti bahwa Kebenaran itu kalah. Dia akan tetap ditegakkan juga oleh Allah, walaupun sepeninggal kita. Diri kita masing-masing tidak ada artinya di hadapan Kebenaran itu.
Ayat 80
“Sesungguhnya engkau tidaklah dapat memberi mendengar orang yang mati." (pangkal ayat 80). Orang yang telah mati hatinya, inilah yang dimaksud oleh ayat ini. Orang yang telah mati hatinya tidaklah akan dapat diberi pendengaran. Apa jua pun yang akan diserukan, tidaklah akan ada sambutannya.
“Niscaya didengarnya, jika yang engkau seru itu orang yang hidup; tetapi tidaklah ada hidupnya orang yang engkau seru ini."
“Dan tidaklah engkau akan dapat memberi orang yang tuli mendengar panggilan." Kalau yang pertama tadi hatinya mati, yang kedua ini hatinya berpaling kepada yang lain. Fikirannya tidak terhasap kepada yang engkau serukan. Walaupun seruan itu telah disampaikan dengan cara melekapkan mulutmu ke daun telinganya, tidaklah akan didengarnya; “Apabila mereka telah berpaling membelakang." (ujung ayat 80). Yang pertama mati hati, yang kedua berpaling hati. Keduanya sama-sama tidak mendengar.
Ayat 81
“Dan tidaklah engkau pemberi petunjuk orang buta dari kesesalan mereka." (pangkal ayat 81). Karena ini pun bukan mata, melainkan buta hati juga."Kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." Orang-orang yang seperti inilah yang akan kembali hidup hatinya, nyaring pendengaran telinganya dan terang mata hatinya; “Lalu mereka pun berserah diri." (ujung ayat 81). Berserah diri ialah arti sejati dari kalimat Muslimun. Mula-mula timbullah Iman, mereka pun menjadi Mu'min. Apabila Imart telah tertanam, dengan sendirinya timbullah penyerahan diri yang tulus ikhlas kepada Tuhan, itulah Islam. Bila Iman dan Islam telah tercapai, waktu itulah mulai hidup yang sejati, telinga mendengar nyaring, mata melihat dengan terang.