Ayat

Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka mengerjakan
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلۡجَنَّةِۖ
surga
هُمۡ
mereka
فِيهَا
didalamnya
خَٰلِدُونَ
mereka kekal
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka mengerjakan
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلۡجَنَّةِۖ
surga
هُمۡ
mereka
فِيهَا
didalamnya
خَٰلِدُونَ
mereka kekal
Terjemahan

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
Tafsir

(Sebaliknya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itu penduduk surga, kekal mereka di dalamnya.).
Tafsir Surat Al-Baqarah: 81-82
(Bukan demikian), yang benar adalah barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
Ayat 81
Melalui ayat ini Allah ﷻ menyangkal bahwa perkaranya tidaklah seperti apa yang kalian angan-angankan, tidak pula seperti yang kalian inginkan, melainkan perkara yang sesungguhnya ialah barang siapa yang berbuat dosa hingga dosa meliputi dirinya, maka dia menjadi penghuni neraka. Yaitu orang yang datang pada hari kiamat tanpa membawa suatu amal kebaikan pun, bahkan semua amal perbuatannya hanyalah dosa-dosa belaka.
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh” (Al-Baqarah: 82). Yakni beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta mengamalkan amal-amal saleh yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh syariat, maka mereka adalah penghuni surga. Pengertian kedua ayat ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu: “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab.”
“Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia laki-laki maupun wanita, sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi walau sedikit pun” (An-Nisa: 123-124).
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “(Bukan demikian), yang benar adala barang siapa berbuat dosa” (Al-Baqarah: 81). Maksudnya, melakukan amal seperti amal kalian dan kufur seperti kufur kalian, hingga kekufuran meliputi dirinya dan tiada suatu amal kebaikan pun yang ada pada dirinya.
Menurut riwayat yang lain, dari Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan sayyi-ah dalam ayat ini ialah kemusyrikan. Ibnu Abu Hatim mengatakan hal yang serupa dengan riwayat di atas, diriwayatkan dari Abu Wa-il, Abul Aliyah, Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Al-Hasan dan As-Suddi mengatakan pula bahwa as-sayyi-ah dalam ayat ini ialah suatu dosa besar.
Ibnu Juraij mengatakan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: “Dan ia telah diliputi oleh dosanya” (Al-Baqarah: 81). Yang dimaksud dengan bihi ialah biqalbihi, yakni 'dan hatinya telah diliputi oleh dosanya'.
Abu Hurairah, Abu Wa-il, ‘Atha’, dan Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya ini, bahwa kemusyrikan telah meliputi dirinya.
Al-A'masy dari Abu Razin, dari Ar-Rabi' ibnu Khaisam sehubungan dengan firman-Nya ini mengatakan bahwa yang dimaksud oleh ayat tersebut ialah orang yang mati dengan membawa semua dosanya sebelum melakukan tobat. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari As-Suddi serta Abu Razin.
Abul Aliyah, Mujahid, dan Al-Hasan dalam riwayat yang lain -juga Qatadah serta Ar-Rabi' ibnu Anas sehubungan dengan makna firman-Nya ini mengatakan bahwa yang dimaksud dengan khatiah ialah dosa besar yang memastikan pelakunya masuk neraka.
Semua pendapat yang disebutkan di atas mempunyai pengertian yang hampir sama. Sehubungan dengan hal ini layak kiranya bila disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qatadah, dari Abdur Rabbih, dari Abu Iyad, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil itu akan menumpuk pada seseorang, lalu membinasakannya.”
Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah membuat suatu perumpamaan kepada mereka sehubungan dengan dosa kecil ini, keadaannya sama dengan suatu kaum yang turun istirahat di suatu tempat yang lapang (padang pasir). Kemudian orang yang mengatur urusan kaum ini tiba, maka ia memerintahkan kepada seseorang untuk pergi mengambil kayu bakar, lalu orang itu datang dengan membawa kayu bakar. Si pemimpin memerintahkan lagi kepada yang lainnya untuk mendatangkan kayu bakar; demikian seterusnya hingga mereka berhasil mengumpulkan setumpukan besar kayu api, lalu mereka membakar kayu api itu hingga semua yang mereka lemparkan ke dalamnya menjadi hangus.
Ayat 82
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad, dari Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (Al-Baqarah: 82). Artinya, barang siapa yang beriman kepada apa yang diingkari oleh orang-orang Yahudi dan mengamalkan apa yang ditinggalkan dalam agama mereka, baginya pahala surga; ia kekal di dalamnya.
Allah ﷻ memberitakan kepada mereka bahwa pahala kebaikan dan keburukan akan tetap dipikul oleh pelakunya untuk selama-lamanya, tiada terputus darinya.
Sebenarnya tidak ada janji dari Allah, bukan juga karena mereka tidak tahu. Sumber masalahnya adalah sikap mereka yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah. Bukan demikian, yang benar adalah barang siapa berbuat keburukan, yaitu mempersekutukan Allah, dan dosanya telah menenggelamkannya, yakni ia diliputi oleh dosanya sehingga seluruh kehidupannya tidak mengandung sedikit pun kebaikan akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. Sedangkan orang-orang yang beriman dengan benar sebagaimana diajarkan nabi-nabi mereka dan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul, maka mereka itu penghuni surga. Mereka juga kekal di dalam nya.
Ingatlah dan renungkanlah keadaan mereka ketika Kami, melalui rasul Kami, mengambil janji dari Bani Israil yaitu bahwa, Janganlah kamu menyembah sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun selain Allah Yang Maha Esa, dan berbuat baiklah dalam kehidupan dunia ini kepada kedua orang tua dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir; demikian juga kepada kerabat, yaitu mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua, serta kepada anak-anak yatim yakni mereka yang belum balig sedang ayahnya telah wafat, dan juga kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang membutuhkan uluran tangan. Dan bertuturkatalah yang baik kepa da manusia seluruhnya tanpa kecuali. Setelah memerintahkan hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial lainnya, Allah menyusulinya dengan sesuatu yang terpenting dalam hubungan dengan Allah, Laksanakanlah salat sebaik mungkin dan secara istikamah, dan tunaikanlah zakat dengan sempurna. Itulah perjanjian yang kamu mereka sepakati dengan Allah, wahai Bani Israil, tetapi kemudian kamu berpaling dengan meng ingkari janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih menjadi pembangkang. Betapa objektif Al-Qur'an dalam menilai manusia; salah satu buktinya tampak pada ayat ini. Di sini dinyatakan bahwa tidak semua individu Bani Israil mengingkari perjanjian, seperti diisyaratkan dengan kalimat kecuali sebagian kecil dari kamu. Ini menunjukkan bahwa dalam setiap periode kehidupan Bani Israil atau bangsa-bangsa lain selalu saja ada sekelom pok kecil yang tetap berjalan lurus dengan mengikuti suara hati nuraninya untuk selalu berbuat baik, seperti dapat kita baca pada Surah a'li Imr a'n/3: 113.
.
Ayat ini menjanjikan kepada orang yang beramal saleh akan mendapat ganjaran berupa surga. Biasanya ayat ancaman selalu diikuti dengan ayat janji baik (harapan). Faedahnya antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menunjukkan keadilan Ilahi. Bilamana Allah menetapkan azab yang abadi bagi orang yang terus-menerus dalam kekafiran, maka Allah juga menetapkan pahala abadi (surga) bagi mereka yang terus-menerus dalam iman.
2. Bahwa janji baik (harapan) dan janji buruk (ancaman) dari Allah itu menanamkan rasa harap dan cemas yang seimbang ke dalam jiwa orang mukmin.
3. Bahwa Allah dengan janji baik-Nya menunjukkan kesempurnaan rahmat-Nya dan dengan ancaman-Nya Allah menunjukkan kesempurnaan keadilan-Nya.
Semua orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan beriman kepada hari akhirat serta mengerjakan perbuatan baik, menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhkan diri dari maksiat, mereka itulah yang pantas masuk surga sebagai balasan yang setimpal terhadap ketundukan mereka kepada Allah dan keikhlasan mereka kepada-Nya, baik secara rahasia maupun nyata. Di dalam ayat ini jelas terbukti bahwa masuk surga itu dikaitkan dengan iman yang benar dan amal saleh seperti tersebut di dalam hadis:
"Bahwa Nabi ﷺ bersabda kepada Sufyan bin Abdillah as-saqafi, tatkala Sufyan bertanya kepada Rasul, "Ya Rasulullah, terangkanlah kepadaku mengenai Islam, suatu petunjuk yang tidak perlu lagi saya bertanya tentang hal itu kepada orang lain". Nabi menjawab, "Katakanlah, saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah kamu". (Riwayat Muslim dari Sufyan bin 'Abdillah as-tsaqafi)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 80-83
Ayat 80
"Dan mereka berkata, ‘Sekali-kali tidak kami akan disentuh oleh api neraka, melainkan berbilang hati saja.'"
Mereka merasa demikian istimewa di sisi Tuhan. Kalau mereka dimasukkan ke neraka esok, hanya sebentar saja. Kata yang setengah, kalau orang Bani Israil dimasukkan ke neraka, hanya selama empat puluh hari saja, yaitu selama mereka menyembah berhala anak sapi, ketika ditinggalkan, oleh Nabi Musa empat puiuh hari. Demikian riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Jarir. Dan satu riwayat lagi dibawakan oleh Ibnu Jarir juga, dan Ibnu Ishaq, dan Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas bahwa menurut kepercayaan orang Yahudi umur dunia kita ini adalah 7.000 tahun. Maka mana yang berdosa di antara mereka akan diadzab dalam neraka sehari dalam 1.000 tahun. Menjadi hanya tujuh hari saja mereka di neraka kemudian dikeluarkan dan dipindahkan ke surga. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Bukhari, ketika memerangi Khaibar, benteng pertahanan orang Yahudi yang terakhir, Nabi ﷺ menanyakan kepada mereka, siapa ahli neraka? Mereka menjawab bahwa kami hanya akan masuk neraka sebentar, sesudah itu keluar. Inilah menurut setengah riwayat asal turunnya ayat ini.
“Katakanlah, ‘Apakah kamu telah membuat janji di sisi Allah?"‘ Kalau janji itu memang ada cobalah tunjukkan bukti, di pasal mana dalam Tauratmu ada tertulis.
“Atau apakah kamu mengatakan terhadap Allah barang yang tidak kamu ketahui?"
Atau itu hanya kata-kata akbar-akbar dan pendeta-pendeta kamu saja?
Perkataan yang mereka karang-karangkan itu menyebabkan agama diperingan-ringan oleh pengikut mereka. Kalau hanya beberapa hari saja di neraka, apa salahnya kalau dibuat dosa banyak-banyak, didurhakai Allah dan dikhianati manusia? Bantahan Allah adalah keras,
Ayat 81
“Tidak begitu!"
Akan tetapi, yang sebenarnya ialah, “Barangsiapa yang berusaha jahat, sedang dosanya telah meliputinya!' Orang yang usahanya selalu jahat, tidak ada lagi nilai yang baik, dan dosa telah mencengkeram mereka meliputi mereka, sehingga tidak ada lagi upaya mereka melepaskan diri daripadanya."Maka mereka itu adalah penghuni neraka!' Peraturan itu berlaku untuk sekalian manusia sebab dikatakan barangsiapa, tidak peduli apakah dia mengaku Yahudi, Nasrani, atau Islam.
“Mereka akan kekal di dalamnya, “
Keadilan dan hukum Ilahi berlaku untuk semua orang. Di sini disebut dua hal yang menyebabkan kekal di neraka. Pertama, kejahatan sudah menjadi usaha; kedua, kesalahan itu sudah mengepung dan meliputi diri. Tidak ada kekerasan hati lagi buat membebaskan diri dari kepungan kejahatan. Dan puncak dari segala kejahatan ialah mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Segala dosa pangkalnya ialah karena mempersekutukan Tuhan. Di antaranya ialah mempersekutukan Tuhan dengan hawa nafsu dan dengan setan.
Sebaliknya dari itu,
Ayat 82
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh-saleh, Mereka itu adalah penghuni surga! Mereka pun akan kekal di dalamnya."
Tidak pandang apakah dia Yahudi, Nasrani, atau Islam sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat 62 yang lalu.
Dapatkah agaknya kita kaum Muslimin tertegun sejenak memikirkan ayat ini? Yang sebab turunnya ialah Bani Israil di Madinah, tetapi ayatnya telah terlukis tetap di dalam Al-Qur'an? Siapa yang membaca ayat ini sekarang, apakah kita atau Bani Israil?
Bagaimana orang yang mengaku dirinya Islam atau keturunan Islam, tetapi seluruh usaha hidupnya dipengaruhi oleh nafsu-nafsu jahat? Dan dia tidak lagi dapat membebaskan diri dari kepungan dosa? Bagaimana dengan orang yang berkeyakinan apabila dia membaca qul huallahu ahad seribu kali atau membaca syahadat sepuluh ribu kali, atau membaca surah Yaasiin malam jum'at atau membaca Ayat Kursi ketika akan tidur, dijamin pasti masuk surga?
Kemudian diingatkan lagi janji Bani Israil dengan Allah yang sehendaknya mereka pegang teguh, tetapi telah mereka mungkiri. Adapun ayat ini sudah khusus dihadapkan kepada Rasulullah ﷺ sendiri, untuk mengetahui betapa janji itu telah diikat dengan mereka, supaya Rasulullah ﷺ lebih mengetahui lagi betapa telah jauhnya mereka sekarang dari janji itu.
Ayat 83
“Dan (Ingatlah) tatkala Kami membual janji dengan Bani Israil, supaya jangan Mereka menyembah melainkan kepada Allah."
Inilah pokok pertama janji, dipusatkan kepada tauhid, yang sampai sekarang masih terpancang dengan teguhnya dalam yang dinamai Hukum Sepuluh (The Ten Commandment) di dalam Taurat."Dan terhadap kedua ibu-bapak hendaklah berbuat baik" Inilah janji yang kedua; yakni sesudah menyembah Allah hendaklah berkhidmat, berbuat baik kepada kedua ibu-bapak. Karena dengan rahmat dan karunia Allah, kedua ibu-bapak telah menumpahkan kasih kepada anak, mendidik dan mengasuh. Terutama di waktu belum dewasa, tidaklah sanggup si anak menempuh hidup dalam dunia ini kalau tidaklah kasih sayang dianugerahkan Allah kepada ayah dan bunda."Dan juga kepada keluarga yang hampir," yaitu saudara, paman, saudara ayah dan saudara ibu.
Anak yatim dibiarkan telantar, fakir miskin dibiarkan kelaparan, nasihat-mena-sihati di antara sesama manusia tidak dipedulikan lagi, sehingga maksiat memuncak, shalat dilalaikan, zakat tidak keluar."Kecuali sedikit di antara kamu." Artinya sebagaimana juga terdapat dalam setiap agama, di antara yang durhaka masih ada yang insaf, tetapi sedikit. Katanya tak didengar orang lagi, malahan kadang-kadang dicemuhkan karena tidak pandai menyesuaikan diri,
“Padahal kamu tidak memedulikan “
Sehingga kebesaran agama itu telah hilang, hanya tinggal namanya.
Inilah yang diperingatkan Tuhan kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, yaitu pada dasarnya agama yang dibawa Nabi Musa kepada Bani Israil itu adalah agama yang murni dan baik. Tuhan tidak menyia-nyiakan mereka, segala yang patut dikerjakan sudah dibuat menjadi janji. Maka jika sekarang, yaitu di zaman ayat turun, Bani israil itu banyak yang ingkar, bukanlah karena agama mereka yang tidak lengkap, tetapi merekalah yang telah mening-galkan segala janji itu.