Ayat

Terjemahan Per Kata
عَسَىٰ
mudah-mudahan
رَبُّكُمۡ
Tuhan kalian
أَن
bahwa
يَرۡحَمَكُمۡۚ
memberi rahmat kepadamu
وَإِنۡ
dan jika
عُدتُّمۡ
kamu kembali
عُدۡنَاۚ
Kami kembali
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
جَهَنَّمَ
neraka Jahannam
لِلۡكَٰفِرِينَ
bagi orang-orang kafir
حَصِيرًا
tempat berkumpul/penjara
عَسَىٰ
mudah-mudahan
رَبُّكُمۡ
Tuhan kalian
أَن
bahwa
يَرۡحَمَكُمۡۚ
memberi rahmat kepadamu
وَإِنۡ
dan jika
عُدتُّمۡ
kamu kembali
عُدۡنَاۚ
Kami kembali
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
جَهَنَّمَ
neraka Jahannam
لِلۡكَٰفِرِينَ
bagi orang-orang kafir
حَصِيرًا
tempat berkumpul/penjara
Terjemahan

Mudah-mudahan Tuhanmu melimpahkan rahmat kepadamu. Akan tetapi, jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Kami jadikan (neraka) Jahanam sebagai penjara bagi orang-orang kafir.
Tafsir

Dan Kami katakan di dalam kitab (Mudah-mudahan Rabb kalian akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian) sesudah kali yang kedua ini jika kalian bertobat (dan sekiranya kalian kembali) melakukan kejahatan (niscaya Kami kembali) mengazab kalian. Dan memang mereka kembali melakukan kejahatan lagi, yaitu mendustakan Nabi ﷺ, maka Allah ﷻ membinasakan mereka dengan terbunuhnya orang-orang Bani Quraizhah dan Bani Nadhir serta mereka dikenakan membayar jizyah. (Dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang kafir") sebagai tempat tahanan dan penjara bagi mereka.
Tafsir Surat Al-Isra: 4-8
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, "Sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Maka apabila datang saat hukuman (bagi kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami membantu kalian dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami jadikan kalian kelompok yang besar.
Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri; dan apabila datang saat hukuman (bagi kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertama kali dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian; dan sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.
Ayat 4
Allah ﷻ memberitakan bahwa sesungguhnya di dalam kitab itu Dia telah menetapkan terhadap kaum Bani Israil. Dengan kata lain, Allah telah memberitahukan terlebih dahulu kepada mereka di dalam kitab yang diturunkan-Nya kepada mereka, bahwa mereka kelak akan membuat kerusakan di muka bumi sebanyak dua kali, dan mereka berlaku menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Jelasnya, mereka akan berbuat sewenang-wenang, melampaui batas, dan durhaka terhadap orang lain. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Lut) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh.” (Al-Hijr: 66) Yakni telah Kami beritahukan terlebih dahulu kepada Lut akan kesudahan yang menimpa kaumnya nanti.
Ayat 5
Firman Allah ﷻ: “Maka apabila datang saat hukuman (bagi kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu.” (Al-Isra: 5)
Maksudnya, bila telah tiba saat pembalasan bagi kejahatan yang pertama di antara kedua kejahatan tersebut.
“Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang memiliki kekuatan yang besar.” (Al-Isra: 5)
Yaitu Kami kuasakan diri kalian di tangan bala tentara dari kalangan makhluk Kami yang memiliki kekuatan yang besar, yakni tentara yang mempunyai kekuatan, perlengkapan, dan kekuasaan yang besar.
“Lalu mereka merajalela di kampung-kampung.” (Al-Isra: 5)
Mereka menguasai negeri kalian dan menempuh jalan di antara rumah-rumah kalian, datang dan perginya tanpa merasa takut kepada seorang pun.
“Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (Al-Isra: 5)
Ulama tafsir dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan orang-orang yang menguasai mereka, siapakah mereka sebenarnya? Riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan bahwa yang berkuasa atas mereka adalah Jalut (Goliat) dan bala tentaranya, sesudah itu berkuasalah Adilu. Kemudian Nabi Daud dapat membunuh Jalut.
Ayat 6
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: “Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka.” (Al-Isra: 6), hingga akhir ayat.
Telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair bahwa orang yang dimaksud adalah Raja Sanjarib dan bala tentaranya. Diriwayatkan pula dari Sa'id ibnu Jubair, dan dari selainnya, bahwa orang yang dimaksud adalah Bukhtanasar, Raja negeri Babilonia. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Abu Hatim telah menuturkan kisah yang aneh dari Sa'id ibnu Jubair tentang fase-fase peningkatan yang dialami oleh Bukhtanasar dari suatu tingkatan ke tingkatan lain yang lebih tinggi, hingga berhasil menempati kedudukan raja.
Asalnya Bukhtanasar adalah seorang yang miskin, pengangguran lagi lemah ekonominya, kerjanya hanya meminta-minta kepada orang lain untuk mendapatkan sesuap nasi. Kemudian setapak demi setapak keadaannya meningkat, hingga sampailah ia pada kedudukan yang tinggi dan berhasil menjadi raja. Setelah menjadi raja, ia berjalan bersama pasukannya menyerang negeri-negeri yang ada di sekitar Baitul Maqdis dan membunuh banyak manusia dari kalangan Bani Israil yang mendiaminya.
Ibnu Jarir dalam bab ini telah meriwayatkan sebuah kisah yang ia sandarkan kepada Huzaifah secara marfu'. Kisahnya cukup panjang, tetapi kisah ini dikategorikan sebagai hadis maudu' yang tidak diragukan lagi ke-maudu'-annya. Tidaklah pantas bila hadis seperti ini diketengahkan oleh seorang yang berpengetahuan minim sekalipun dalam riwayat hadis. Terlebih lagi bila hadis ini diriwayatkan oleh seorang yang berkedudukan tinggi dan berpredikat sebagai imam seperti Ibnu Jarir.
Guru kami Al-Hafiz Al-Allamah Abul Hajjaj Al-Mazi telah mengatakan bahwa hadis tersebut berpredikat maudu' (dibuat-buat) dan mak'zub (dusta). Predikat ini dicatatkan olehnya dalam catatan kaki dari kitabnya. Sehubungan dengan hal ini banyak kisah israiliyat yang menceritakannya. Menurut kami tidak ada gunanya diketengahkan dalam kitab tafsir ini, mengingat sebagian di antaranya ada yang maudu' buatan orang-orang kafir zindiq dari kalangan Bani Israil, dan sebagian lainnya ada kemungkinan berpredikat sahih.
Akan tetapi, kita tidak memerlukannya lagi. Apa yang telah dikisahkan kepada kita oleh Allah di dalam kitab Al-Qur'an sudah cukup tanpa memerlukan informasi dari kitab-kitab lain yang sebelumnya. Allah dan Rasul-Nya telah membuat kita tidak memerlukan berita dari mereka. Allah ﷻ telah menceritakan tentang keadaan mereka, bahwa ketika mereka berlaku melampaui batas dan sewenang-wenang, Allah menguasakan diri mereka kepada musuh-musuh mereka yang menghalalkan kehormatannya dan merajalela di kampung-kampung serta rumah-rumah mereka, juga menindas dan menghinakan mereka.
Hal itu dilakukan oleh Allah terhadap mereka sebagai pembalasan yang setimpal dari perbuatan mereka sendiri. Allah sekali-kali tidak pernah berbuat zalim terhadap hamba-hamba-Nya karena sesungguhnya sebelum itu mereka telah berbuat sewenang-wenang dan membunuh banyak orang dari kalangan nabi-nabi dan para ulama.
Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Bilal, dari Yahya ibnu Sa'id yang mengatakan, ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab bercerita bahwa Bukhtanasar menguasai negeri Syam dan merusak Baitul Maqdis serta membunuh para penghuninya.
Kemudian Bukhtanasar datang ke Damaskus. Di Damaskus itu ia menjumpai darah yang mendidih di atas buih air. Kemudian raja Bukhtanasar menanyakan kepada penduduk kota itu tentang darah tersebut, "Darah apakah ini?" Mereka menjawab, "Kami telah menjumpainya dalam keadaan seperti ini sejak bapak-bapak kami dahulu."
Setiap kali Bukhtanasar memasuki kota itu, ia melihat darah itu mendidih. Maka Bukhtanasar melakukan pembantaian di kota itu yang memakan korban sebanyak tujuh puluh ribu orang dari kalangan orang-orang muslim dan lain-lainnya. Setelah itu barulah darah tersebut tenang, tidak mendidih lagi.
Kisah ini sahih sampai kepada Sa'id ibnul Musayyab dan kisah inilah yang terkenal, yaitu yang menyebutkan bahwa Bukhtanasar telah membunuh orang-orang terpandang dan para ulamanya sehingga tiada seorang pun yang dibiarkan hidup dari kalangan mereka yang menghafal kitab Taurat.
Selain dari itu Bukhtanasar menahan anak-anak para nabi dan lain-lainnya, kemudian terjadilah banyak peristiwa dan kejadian yang sangat panjang bila disebutkan. Seandainya kami menjumpai hal yang sahih atau yang mendekati kesahihan, tentulah diperbolehkan mencatat dan meriwayatkannya.
Ayat 7
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri.” (Al-Isra: 7)
Artinya, jika kalian berbuat kejahatan, maka akibatnya akan menimpa diri kalian sendiri. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri.” (Fushshilat: 46).
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan apabila datang saat hukuman (bagi kejahatan) yang kedua.” (Al-Isra: 7)
Maksudnya, apabila kalian melakukan kerusakan untuk kedua kalinya, maka akan datanglah musuh-musuh kalian.
“Untuk menyuramkan muka-muka kalian.” (Al-Isra: 7)
Mereka datang untuk menghina dan menindas kalian.
“Dan mereka masuk ke dalam masjid.” (Al-Isra: 7)
Yaitu Masjid Baitul Maqdis.
“Sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertama kali.” (Al-Isra: 7)
Yakni mereka akan merajalela di kampung-kampung kalian.
“Dan untuk membinasakan.” (Al-Isra: 7)
Maksudnya, melakukan penghancuran dan pengrusakan terhadap:
“Apa saja yang mereka kuasai sehabis-habisnya.” (Al-Isra: 7)
Yakni segala sesuatu yang mereka kuasai mereka hancurkan dan rusak sehancur-hancurnya.
Ayat 8
“Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-(Nya) kepada kalian.” (Al-Isra: 8
Artinya, berkat rahmat dari-Nya itu musuh-musuh kalian akan berpaling pergi dari kalian, dan kalian selamat dari ulah mereka.
“Dan sekiranya kalian kembali (kepada kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian).” (Al-Isra: 8)
Maksudnya, manakala kalian kembali melakukan pengrusakan “tentulah Kami kembali (mengazab kalian).” (Al-Isra: 8)
Yakni Kami kembali mengazab kalian di dunia di samping azab dan pembalasan yang Kami simpan buat kalian di akhirat nanti. Karena itulah dalam firman selanjutnya Allah ﷻ menyebutkan:
“Dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-Isra: 8)
Yaitu tempat menetap, penjara, dan sekapan bagi mereka yang tiada jalan menyelamatkan diri bagi mereka darinya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa hasiran artinya penjara. Mujahid mengatakan bahwa mereka dipenjarakan di dalamnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh yang lainnya. Al-Hasan mengatakan, yang dimaksud dengan hasiran ialah hamparan dan lantai.
Qatadah mengatakan bahwa memang setelah itu Bani Israil kembali melakukan pengrusakan. Maka Allah menguasakan mereka kepada golongan ini yakni Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya yang memungut jizyah dari mereka, sedangkan mereka dalam keadaan terhina.
Allah Yang Maha Pengasih tidak menutup rahmat-Nya kepada siapa
yang mau bertobat dari kejahatan dan kembali kepada jalan yang benar.
Allah menyatakan, Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat
kepadamu, setelah kali yang kedua kejahatan yang kamu lakukan, dan
kamu sungguh-sungguh bertobat kepada Allah, tetapi jika kamu kembali kepada kedurhakaan dengan melakukan kejahatan lagi, niscaya Kami
kembali mengazabmu di dunia dan kelak di akhirat Kami jadikan neraka
Jahanam penjara atau hamparan tempat duduk bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad agar menjadi petunjuk bagi umat manusia guna meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sungguh, Al-Qur'an ini memberikan petunjuk
bagi umat manusia ke jalan yang paling lurus yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan mereka dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan sebagai bukti dari keimanannya itu bahwa bagi mereka ada pahala yang besar sebagai imbalan
dari iman dan apa yang diamalkannya itu.
Kemudian Allah ﷻ memerintahkan agar mereka benar-benar sadar, bertobat, dan berpegang pada ajaran Taurat serta menjauhi perbuatan maksiat. Dengan demikian, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka. Janji Allah seperti ini tentu akan terlaksana dan pasti mereka rasakan.
Tersebut dalam sejarah bahwa pada tahun 614 M yakni sesudah 483 tahun dari peristiwa penghancuran Yerusalem oleh Hadrianus, bangsa Persia di bawah pimpinan Kisra Barwiz merebut kota-kota di Palestina dari tangan bangsa Romawi. Mereka melawan orang Romawi menindas orang Yahudi, dan membatalkan kebiasaan orang-orang Nasrani membuang sampah ke Kuil Sulaeman. Mereka juga menjual orang-orang Nasrani yang berdiam di Yerusalem ke kota orang-orang Yahudi, dan membakar gereja-gereja mereka.
Kemudian pada tahun 624 M, bangsa Romawi di bawah pimpinan Kaisar Heraclius I dapat merebut Palestina kembali dari tangan bangsa Persia. Bahkan, Heraclius dapat memasuki pedalaman kerajaan Persia, dan memadamkan api yang disembah Persia.
Kemenangan bangsa Romawi ini bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar melawan kaum musyrikin Mekah (Ramadan tahun 2 H) atau Januari 624 M, kurang lebih 9 tahun sesudah bangsa Romawi dikalahkan oleh bangsa Persia. Akan tetapi, perdamaian antara bangsa Romawi dan Persia baru terjadi pada tahun 928 M, sesudah Kisra Evermiz dibunuh oleh perwiranya sendiri. Pada tahun tersebut, seluruh Palestina kembali berada di bawah kekuasaan Romawi dan palang salib pun dikembalikan ke Yerusalem.
Nabi Muhammad saw, yang diutus sejak tahun 610 M sebagai nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam, pada tahun 622 M hijrah ke Medinah. Setibanya di Medinah, beliau mengadakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi yang ada di kota itu. Perjanjian itu yang dikenal dengan Piagam Medinah. Isinya menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi adalah warga kota Medinah di samping kaum Ansar dan Muhajirin. Mereka dibiarkan tetap menganut agama mereka. Akan tetapi, mereka berkhianat dan mengadakan makar untuk membunuh Rasulullah. Mereka lalu diperangi oleh Rasulullah, dan di antaranya ada yang diusir dari Medinah, yaitu Bani Nadhir.
Setelah Umar bin Khaththab menjadi khalifah, beliau menaklukkan negeri Syam (Suria) pada tahun 636 Masehi. Penduduk Yerusalem (Baitul Makdis) di bawah pimpinan Patrip Suverianus menyerahkan kota itu kepadanya, dan piagam perdamaian disepakati dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Umar bin Khaththab lalu mendirikan masjid di tempat Kiblat Masjidil Aqsa (Kuil Sulaeman), dan membersihkan kota Yerusalem. Maka kota Yerusalem yang sudah hilang selama ini muncul kembali dengan megah.
Setelah negeri Syam seluruhnya termasuk Palestina jatuh ke tangan kaum Muslimin, Kaisar Romawi Heraclius I naik ke suatu bukit dan menghadap ke Suria. Lalu ia melambaikan tangannya dengan mengucapkan, "Selamat tinggal Suria untuk selama-lamanya."
Dengan demikian, bangsa Yahudi lepas dari cengkeraman, aniaya, dan penindasan bangsa Romawi. Mereka kembali bebas beribadah di sekeliling Kuil Sulaiman (Masjidil Aqsa). Inilah rahmat dari Allah ﷻ yang Maha Besar.
Demikianlah keterangan yang disebutkan dalam buku-buku sejarah. Adapun dalam Al-Qur'an, tidak diterangkan dengan rinci, karena Al-Qur'an bukan buku sejarah.
Sementara itu Allah ﷻ tetap mengingatkan bahwa apabila mereka kembali mengulangi kedurhakaan mereka, seperti yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka, niscaya Allah ﷻ akan menurunkan azab-Nya kembali dengan yang lebih pedih.
Di samping itu, Allah menyediakan azab api neraka Jahanam sebagai penjara yang abadi bagi mereka di akhirat, karena hukuman itulah yang pantas dijatuhkan terhadap orang-orang yang tidak mau beriman.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 7
“Jika kamu berbuat baik, adalah kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka itu pun untuk (celaka) kamu juga. Maka apabila datang (pula) janji yang akhin, niscaya mereka membulukkan muka-muka kamu, dan mereka akan masuk lagi ke masjid, sebagaimana telah mereka masuki dia pertama kali (dahulu), dan supaya mereka hancunkan kamu, selagi mereka berkuasa, sehancur-hancurnya."
Demikianlah jelasnya jaminan yang diberikan Allah kepada mereka. Tetapi, lama kelamaan janji-janji mereka dengan Allah satu demi satu mereka mungkiri. Ayat-ayat Allah mereka tolak, nabi-nabi mereka bunuh tidak bersebab. Malahan ada yang terang-terang mengaku, “Hati kami sudah tertutup!"
Iman sejati sudah hilang, tinggal sedikit sekali. Kemudian, setelah Allah menunjukkan kekayaan-Nya dengan membuntingkan Maryam binti Imran, mereka tuduhlah Maryam dengan tuduhan amat hina. Dituduhnya Isa al-Masih anak zina karena beliau dilahirkan Allah tidak menurut yang teradat, yaitu berbapak. Padahal, Zakariya, seorang rasul Allah dan penghulu Baitul Maqdis, menjadi saksi atas kesucian Maryam. Itu pun tidak mereka percayai. Akhirnya, Isa al-Masih diutus Allah mengajak mereka kembali kepada agama yang benar, kembali kepada Taurat. Mereka tolak seruan al-Masih itu, bahkan sampai mereka fitnah beliau kepada penguasa Romawi. Mereka usulkan supaya Isa al-Masih disalib sebagai orang jahat
Karena desakan mereka itu, Pilatus, penguasa Romawi, mengabulkan permintaan mereka. Tetapi, pertolongan Ailah datang. Nabi Isa terpelihara dari disalib. Yang disalib ialah muridnya yang mengkhianaiti dia, judas Eskhariut. Tetapi mereka, Bani Israil, berkeras mengatakan bahwa memang Isa telah mati mereka salib. Allah mengatakan, “Tidak!" Mereka mengatakan, “Ya!"
Inilah kerusakan hebat kedua kali yang dibawa Bani Israil, yang membawa perpecahan yang paling hebat dalam sejarah agama. Karena bencinya kepada Nabi Isa dan ibunya, mereka tuduh dengan tuduhan hina.
Maka pengikut-pengikut Isa, karena dari terlalu sayang kepada Isa, menentang tuduhan itu dengan memandang Isa al-Masih pula sebagai Tuhan atau anak Allah!
Dengan keras dan penuh kebencian mereka mengatakan Nabi Isa memang telah mati karena mereka salib, padahal bukan dia yang mereka salib. Maka murid-muridnya pun dengan penuh cinta menyatakan bahwa di hari yang ketiga beliau telah bangun dari kubur, dan beberapa hari kemudian telah naik ke langit. Kemudian tampillah seorang Yahudi, yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa, mendakwakan dirinya telah diangkat Nabi Isa menjadi rasul, namanya Paulus. Dia membawa pula ajaran-ajaran yang sama sekali berbeda dari ajaran Nabi Isa , tapi dikatakannya ajarannya itulah ajaran Isa yang sebenarnya! Yaitu bahwa Tuhan adalah satu, tetapi tiga. Dan tiga, tetapi satu. Yang sama kedudukannya. Yang Sang Bapa; itulah Allah sendiri. Sang Putra, itulah Isa al-Masih, dan Ruhul Qudus! Inilah kerusakan kedua kali, yang lebih hebat daripada yang pertama, yang sampai sekarang meliputi dunia, gara-gara Bani Israil. Beberapa puluh tahun sesudah Nabi Isa wafat, dengan wajar, di satu tempat yang hanya Allah yang tahu, bangsa Romawi yang menguasai Jerusalem itu meresmikan menerima agama Kristen ajaran Paulus itu sebagai agama resmi kerajaan Roma. Sejak itu Jerusalem mulailah di bawah perintah Roma-Nasrani. Dan berlaku lagilah tindasan kepada orang Yahudi, pengusiran dan sebagainya. Dan hilanglah untuk selamanya kebesaran Bani Israil.
Hancurlah mereka sehancur-hancurnya, sebagaimana yang diancamkan Allah tersebut di surah al-Israa' ayat 7 ini. Maka, terpecah-belahlah Bani Israil dibawa nasib ke mana-mana, ke Mesir, ke Spanyol, ke India, dan lain-lain. Setengahnya lagi berdiam di Tanah Arab, di Khaibar, di Yatsrib (Madinah), yang terdiri atas Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah. Tetapi, pengharapan mereka akan bangun kembali masih ada. Sebab di dalam Taurat dan kitab nabi-nabi disebut bahwa seorang nabi akhir zaman akan bangkit, mereka namai Messias. Dan pengharapan ini kerapkali mereka terangkan kepada orang-orang Arab di Yatsrib. Tetapi, nabi itu rupanya tidak timbul di kalangan Bani Israil lagi, melainkan di kalangan Bani Isma'il, yaitu Muhammad ﷺ
Dan orang-orang Arab yang diceritai tentang akan datangnya nabi itu oleh orang Yahudi itu dengan sembunyi-sembunyi telah datang menemui nabi itu ke Mekah dan telah percaya. Maka terjadilah Isra' dan Mf raj dekat masa nabi akan hijrah ke Madinah. Sebagai hikmah tertinggi dari Allah, Nabi Muhammad ﷺ Isra' ke Masjid al-Aqsha dalam M i'raj beliau ke langit. Dan kemudian, setelah pindah ke Madinah, dengan resmi dipindahkanlah kiblat ke masjid yang lebih tua, yang didirikan Nabi Ibrahim, dari masjid Baitul Maqdis yang didirikan Nabi Sulaiman. Dengan demikian habislah sejarah nubuwwat Bani Israil. Adapun terhadap Bani Israil yang berdiam di Tanah Arab, khususnya di Madinah, datanglah firman Allah,
“Mudah-mudahan Tuhan kamu akan mengasihari kamu." Asal kamu patuh kepada pimpinan Muhammad."Dan jika kamu kembali" kepada cara-cara yang ditempuh nenek moyangmu dahulu itu.
Ayat 8
"Kami pun kembali" akan menghancurkan kamu, “dan Kami jadikan neraka Jahannam, untuk orang-orang yang tidak mau percaya menjadi kurungan."
Maka setelah Nabi hijrah ke Madinah, beliau buat perjanjian persahabatan dengan mereka. Tetapi, mereka jugalah yang meng-khianati perjanjian itu karena sombong mereka. Dan akibatnya ialah kecelakaan bagi mereka jua.