Ayat

Terjemahan Per Kata
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
ٱلَّيۡلَ
malam
وَٱلنَّهَارَ
dan siang
ءَايَتَيۡنِۖ
dua tanda
فَمَحَوۡنَآ
maka/lalu Kami hapuskan
ءَايَةَ
tanda
ٱلَّيۡلِ
malam
وَجَعَلۡنَآ
dan kami jadikan
ءَايَةَ
tanda
ٱلنَّهَارِ
siang
مُبۡصِرَةٗ
terang
لِّتَبۡتَغُواْ
agar kamu mencari
فَضۡلٗا
karunia
مِّن
dari
رَّبِّكُمۡ
Tuhan kalian
وَلِتَعۡلَمُواْ
dan supaya kamu mengetahui
عَدَدَ
bilangan
ٱلسِّنِينَ
tahun-tahun
وَٱلۡحِسَابَۚ
dan perhitungan
وَكُلَّ
dan tiap-tiap/segala
شَيۡءٖ
sesuatu
فَصَّلۡنَٰهُ
Kami jelaskannya
تَفۡصِيلٗا
cukup jelas
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
ٱلَّيۡلَ
malam
وَٱلنَّهَارَ
dan siang
ءَايَتَيۡنِۖ
dua tanda
فَمَحَوۡنَآ
maka/lalu Kami hapuskan
ءَايَةَ
tanda
ٱلَّيۡلِ
malam
وَجَعَلۡنَآ
dan kami jadikan
ءَايَةَ
tanda
ٱلنَّهَارِ
siang
مُبۡصِرَةٗ
terang
لِّتَبۡتَغُواْ
agar kamu mencari
فَضۡلٗا
karunia
مِّن
dari
رَّبِّكُمۡ
Tuhan kalian
وَلِتَعۡلَمُواْ
dan supaya kamu mengetahui
عَدَدَ
bilangan
ٱلسِّنِينَ
tahun-tahun
وَٱلۡحِسَابَۚ
dan perhitungan
وَكُلَّ
dan tiap-tiap/segala
شَيۡءٖ
sesuatu
فَصَّلۡنَٰهُ
Kami jelaskannya
تَفۡصِيلٗا
cukup jelas
Terjemahan

Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu dan mengetahui bilangan tahun serta perhitungan (waktu). Segala sesuatu telah Kami terangkan secara terperinci.
Tafsir

(Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda) yang kedua-duanya menunjukkan kekuasaan Kami (lalu Kami hapuskan tanda malam) Kami tutup cahayanya dengan kegelapan malam hari supaya kalian tenang berada di dalamnya; idhafat di sini menunjukkan makna bayan (dan Kami jadikan tanda siang itu terang) seseorang dapat melihat berkat adanya cahaya (agar kalian mencari) pada siang hari (karunia dari Rabb kalian) dengan berusaha (dan supaya kalian mengetahui) melalui malam dan siang hari itu (bilangan tahun-tahun dan perhitungan) waktu-waktu. (Dan segala sesuatu) yang diperlukan (telah Kami terangkan dengan jelas) artinya Kami telah menjelaskannya secara rinci.
Tafsir Surat An-Nahl: 12
Dan Kami jadikan malam dan siang hari sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kalian mencari karunia dari Tuhan kalian, dan supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.
Allah menganugerahkan kepada makhluk-Nya tanda-tanda kekuasaan-Nya yang Maha Besar, antara lain perbedaan malam dan siang hari, supaya mereka beristirahat dengan tenang di malam hari, sedangkan di siang harinya mereka bertebaran untuk mencari penghidupan, bekerja, dan berkarya serta melakukan perjalanan.
Dengan adanya perbedaan itu mereka mengetahui bilangan hari, minggu, bulan, dan tahun. Dan agar mereka mengetahui berlalunya masa yang telah ditetapkan untuk pembayaran utang, juga waktu ibadah, muamalat, sewa-menyewa serta lain-lainnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
“Agar kalian mencari karunia dari Tuhan kalian.” (Al-Isra: 12)
Yakni dalam kerja kalian dan misi perjalanan kalian serta hal-hal lainnya yang serupa.
“Dan supaya kalian mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan (waktu).” (Al-Isra: 12)
Karena sesungguhnya jika semua waktu sama saja, tidak ada perbedaannya, maka tentulah hal-hal ini tidak dapat diketahui. Seperti hal yang disebutkan oleh Allah melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untuk kalian malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepada kalian? Maka apakah kalian tidak mendengar?” Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untuk kalian siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepada kalian yang kalian beristirahat padanya? Maka apakah kalian tidak memperhatikan? Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kalian bersyukur kepada-Nya.” (Al-Qashash: 71-73)
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (Al-Furqan: 61-62)
“Dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang.” (Al-Muminun: 80)
“Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Az-Zumar: 5)
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan (waktu). Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al-An'am: 96)
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Yasin: 37-38)
Sesungguhnya Allah menjadikan tanda bagi malam hari, yaitu munculnya kegelapan dan terbitnya bulan di malam hari. Allah juga menjadikan tanda bagi siang hari, yaitu munculnya cahaya dengan terbitnya matahari yang meneranginya. Dan Allah membedakan antara sinar matahari dan cahaya rembulan agar yang ini dapat dibedakan dengan yang lainnya, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu), Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan kebenaran.” (Yunus:5) sampai dengan firman-Nya: “Benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (Yunus: 6)
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji’.” (Al-Baqarah: 189), hingga akhir ayat.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Katsir sehubungan dengan makna firman-Nya: “Lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang.” (Al-Isra: 12) Bahwa yang dimaksud dengan tanda malam ialah gelapnya malam hari, sedangkan yang dimaksud dengan tanda siang hari ialah terangnya siang hari. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid bahwa matahari adalah tanda siang hari dan rembulan adalah tanda malam hari.
“Lalu Kami hapuskan tanda malam.” (Al-Isra: 12)
Mujahid mengatakan, yang dimaksud ialah bercak-bercak hitam yang ada pada rembulan, dan memang demikianlah keadaannya sejak Allah menciptakannya. Ibnu Juraij telah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, “Dahulu rembulan bersinar seperti matahari bersinar, dan rembulan itu adalah tanda malam hari, sedangkan matahari adalah tanda siang hari.”
“Lalu Kami hapuskan tanda malam.” (Al-Isra: 12)
Yaitu bercak hitam yang ada pada rembulan.
Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui berbagai jalur yang baik, bahwa Ibnul Kawa pernah bertanya kepada Amirul Muminin Ali ibnu Abu Talib r.a. Untuk itu ia berkata, "Hai Amirul Muminin, apakah bercak hitam yang ada pada rembulan itu?" Khalifah Ali r.a. menjawab, "Celakalah kamu, tidakkah kamu pernah membaca firman Allah ﷻ yang menyebutkan: 'Lalu Kami hapuskan tanda malam’.” (Al-Isra: 12). Maka itulah yang dimaksud dengan penghapusannya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Lalu Kami hapuskan tanda malam hari.” (Al-Isra: 12) Kami dahulu selalu memperbincangkan bahwa penghapusan tanda malam hari ialah bercak hitam yang ada pada rembulan.
“Dan Kami jadikan tanda siang itu terang.” (Al-Isra: 12)
Yakni terang benderang. Lalu Allah menciptakan matahari yang bentuk dan sinarnya jauh lebih terang serta lebih besar daripada rembulan.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda.” (Al-Isra: 12) Yaitu silih bergantinya siang dan malam hari, sejak Allah menciptakan keduanya.
Dan kami jadikan malam dan siang dan silih bergantinya keduanya
itu sebagai dua tanda untuk menunjukkan kekuasaan Kami, lalu Kami
hapuskan tanda malam, Kami hapus cahayanya sehingga terjadilah kegelapan dan engkau tidak dapat melihat segala sesuatu di sekitarmu, dan
Kami jadikan tanda siang itu terang, yakni Kami jadikan siang dapat menerangi, sehingga kamu dapat melihat segala sesuatu di sekitarmu.
Demikian itu agar kamu dapat mencari kurnia dari Tuhanmu dengan melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi kehidupanmu. Dan agar dengan kehadiran malam dan siang itu kamu mengetahui bilangan tahuntahun dan perhitungan waktu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Sebagai penutup, ayat ini menyatakan, Dan segala sesuatu
yang bermanfaat bagi kehidupanmu telah Kami terangkan dengan jelas,
tidak ada sesuatu yang terlewati agar menjadi pelajaran bagimu. Ayat yang lalu ditutup dengan pernyataan bahwa segala sesuatu
telah kami rinci dan jelaskan. Salah satu yang dirinci dan dijelaskannya
berupa amal-amal perbuatannya. Ayat ini menyatakan, Dan setiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya sebagaimana tetapnya
kalung pada lehernya, tidak dapat terpisah satu dengan lainnya. Dan
Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang mencatat semua amalnya di dunia yang dijumpainya kitab itu terbuka, tidak ada sesuatu yang ditutupi atau tersembunyi.
Kemudian Allah ﷻ menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada di alam semesta, dengan maksud agar manusia memikirkan dan merenungkan semua ciptaan-Nya di alam ini. Allah ﷻ menjelaskan bahwa Dia menciptakan malam dan siang, masing-masing sebagai tanda kekuasaan-Nya. Siang dan malam merupakan dua peristiwa yang selalu silih berganti yang sangat berguna bagi kemaslahatan hidup manusia dalam menjalankan kewajiban agama dan urusan-urusan duniawi. Pergantian yang teratur seperti itu merupakan tanda kekuasaan Allah yang sangat jelas bagi manusia. Barang siapa yang memperhatikan dan memikirkan pergantian siang dan malam tentu yakin bahwa alam semesta ini ada yang mengaturnya dengan aturan-aturan yang sangat baik dan tepat, dan juga menunjukkan bahwa pengaturnya sangat teliti. Dengan demikian, manusia akan terbimbing untuk mengakui adanya Pencipta jagat raya ini dan seluruh isinya.
Di samping itu, adanya pergantian siang dan malam merupakan anugerah yang dapat dirasakan secara langsung oleh manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari. Di waktu malam mereka dapat beristirahat untuk melepaskan lelah. Allah juga menjadikan tanda-tanda malam datang yaitu hilangnya cahaya matahari dari ufuk barat, sehingga lama kelamaan hari menjadi gelap gulita. Hal ini merupakan tanda kekuasaan-Nya. Allah menjadikan siang yang terang benderang sebagai tanda kekuasaan-Nya pula guna memberikan kesempatan kepada manusia untuk mencari kebutuhan hidup diri mereka sendiri dan keluarganya. Di sisi lain, perubahan siang dan malam itu sangat berguna bagi manusia untuk mengetahui bilangan tahun, bulan, dan hari serta perhitungannya, terkecuali di daerah kutub utara dan selatan.
Dalam Al-Qur'an, Allah tidak saja memberitahu manusia mengenai ciptaan-Nya, namun juga memberikan indikasi-indikasi untuk memanfaat-kannya untuk kesejahteraan manusia. Dalam kaitan dengan matahari dan bulan, Allah memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa siang dan malam, atau dengan kata lain peredaran matahari dan bulan, akan sangat berguna untuk dijadikan patokan dalam membuat penanggalan atau kalender. Ayat yang secara jelas menyatakan mengenai penganggalan adalah ayat 36 Surah at-Taubah/9, yang penggalannya berikut:
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya terdapat empat bulan haram. Itulah agama yang lurus......"
Satu ayat lain yang serupa adalah ayat 5 dari Surah Yunus/10:
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan waktu ............"
Siang dan malam terjadi karena perputaran bumi pada porosnya yang bergerak dari barat ke timur, yang memberikan kesan kepada manusia seolah-olah matahari bergerak dari timur ke barat. Apabila matahari muncul di ufuk timur disebut hari telah siang dan apabila matahari terbenam di ufuk barat disebut hari telah malam.
Dari saat matahari terbenam pada suatu saat, hingga matahari terbenam pada hari berikutnya disebut satu hari satu malam menurut kebiasaan dan anggapan dalam perhitungan tahun qamariah. Tetapi dalam perhitungan tahun syamsiah, yang disebut sehari semalam ialah waktu dari pertengahan malam hingga pertengahan malam berikutnya.
Dengan ditegaskannya tentang pergantian siang dan malam sebagai dasar untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungannya dalam mengharap keutamaan Allah, jelaslah bahwa ayat ini menyiratkan keluwesan penang-galan dalam Islam. Sistem penanggalan yang didasari pada penggantian siang dan malam disusun berdasarkan hanya pergerakan (semu) dari matahari terhadap bumi. Sistem ini sama sekali tidak melibatkan pergerakan bulan terhadap bumi. Ini adalah sistem penanggalan matahari (tahun syamsiah/ solar year) yang menyatakan bahwa satu tahun sama dengan 365 ditambah seperempat kali malam berganti siang dan sebaliknya. Oleh karena itu, menurut sistem ini satu tahun lamanya 365 hari untuk tahun-tahun basithah dan 366 hari untuk tahun-tahun kabisah. Secara umum, satu tahun syamsiah adalah lamanya waktu dari tanggal 1 Januari hingga tanggal 31 Desember. Penghitungannya didasarkan pada waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari. Sistem penanggalan ini identik dengan tahun Masehi yang sekarang digunakan secara meluas dalam pergaulan internasional.
Satu tahun dalam perhitungan tahun qamariah ialah lama waktu dari tanggal 1 Muharram hingga tanggal 30 Zulhijjah, yang lamanya 354 hari untuk tahun-tahun basithah atau 355 hari untuk tahun-tahun kabisah. Perhitungan serupa ini dinamakan hisab urfi. Perhitungan tahun qamariah didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Dari bulan sabit ke bulan sabit berikutnya disebut 1 bulan, dan apabila telah 12 kali terjadi bulan sabit dianggap telah genap satu tahun qamariah.
Ayat ini menegaskan bahwa sistem penanggalan Masehi atau tahun syamsiah boleh digunakan umat Islam dalam pergaulan internasional, terutama dalam melakukan transaksi dan bisnis (muamalah) seperti biasa dengan umat manapun secara nasional. Sistem penanggalan Hijriah yang bersifat tahun bulan (lunar year) secara terbatas dapat digunakan untuk menentukan saat-saat beribadah, yaitu penentuan waktu 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah. Tidak perlu dipaksakan penggunaan tahun Hijriah ini untuk kehidupan muamalah dalam pergaulan dan transaksi sehari-hari secara nasional dan internasional.
Pada kenyataannya penanggalan atau tahun Masehi juga dipakai untuk menentukan waktu ibadah lain, yaitu waktu salat, karena waktu salat ini sepenuhnya ditentukan oleh pergerakan (semu) matahari dan sama sekali tidak berurusan dengan pergerakan bulan terhadap bumi.
Jadi walaupun ada ayat Al-Qur'an yang menyiratkan penggunaan tahun Hijriah (yang notabene tahun qamariah) tetapi ayat ini memfirmankan perintah Allah untuk menggunakan tahun matahari yang manapun untuk muamalah dan secara umum untuk pergaulan dengan umat lain.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 9
“Sesungguhnya Al-Qur'an ini menunjuki kepada jalan yang lebih lurus."
Sebab dia membawa kepada satu tujuan, yaitu Allah Yang Tunggal. Maka tujuan itu satu, tidak berbilang, jalan ke sana yang paling dekat ialah garis lurus. Garis itulah yang dipimpinnya oleh Al-Qur'an, “dan menggembirakan kepada orang-orang yang beriman, yang beramal saleh." Artinya, Ai-Qur'an itu menyampaikan pula berita gembira bagi orang yang beriman."bahwa meieka adalah pahala yang besan."
Pahala kedua ialah nikmat surga di akhirat.
Ayat 10
"Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang tidak percaya akan akhirat, Kami sediakan bagi meraka adzab yang pedih."
Niscaya begitulah timbalan yang akan diterima orang yang tidak percaya akan hari esok. Yang menyangka hidup itu hanya habis hingga ini saja, sebab itu amalnya tidak memikirkan hari depan. Yang dipikirkannya hanya yang akan enak sekarang saja. Maka lebih banyaklah perbuatan merugikan daripada menguntungkan. Di akhirat adzab pula yang akan diterimanya.
Ayat 11
“Dan berdoalah manusia akan kejahatan sepenti doanya dengan kebaikan (jua); karena adalah manusia itu penggegas."
Penggegas artinya ialah mau terburu-buru, mau cepat saja. Dalam ayat ini dijelaskan kelemahan yang asal pada manusia, yaitu jika dia ditimpa kejahatan, kesusahan, dia amat gelisah dan tidak dapat mengendalikan diri. Dia menyumpah, mengeluh, kadang-kadang karena merasa bencana itu terlalu berat, dia minta mati saja. Demikian pula sebaliknya. Kalau mendapat kebaikan yang menggembirakan, dia sudah seperti cacing kena panas, memuji-muji diri mendabik dada. Lupa dia bahwa hidup itu adalah pergantian hujan dan panas, suka dan duka, senang dan susah.
Perangai dasar atau temperamen yang seperti ini, kalau tidak dapat dikembalikan, akan celakalah manusia. Tidak akan naik martabat hidupnya. Ini hanya dapat dikendalikan dengan iman. Sebagai contoh yang telah diberikan oleh Nabi Yusuf. Berkali-kali beliau ditimpa sengsara. Sejak dimasukkan oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur, lalu dijual sebagai budak, lalu dirayu oleh perempuan cantik dalam istana orang besar, hingga kemudian masuk penjara. Namun, tiap-tiap bencana datang, tidaklah beliau mengeluh. Sampai beliau pernah berkata, “Penjara lebih aku sukai daripada menuruti kehendak mereka." Begitu besar-besarnya cobaan, tidaklah dia meminta mati saja sebab tidak tertanggungkan lagi. Kemudian, beliau dikeluarkan dari penjara untuk memangku satu jabatan paling tinggi dalam kerajaan Mesir. Kemudian, dia dapat berdamai dengan saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya itu bersama ayahnya, Nabi Ya'qub, dapatlah berpindah ke Mesir ke bawah lindungan payung panji kebesaran yang telah dicapai Yusuf. Setelah semua tugasnya selesai dan badan terasa mulai tua, barulah pada doanya yang terakhir (surah Yuusuf ayat 101), dia menyediakan dirinya menerima maut, tetapi mati di dalam Islam dan mohon dipertemukan kelak dengan orang-orang yang saleh.
Maka di ujung ayat yang tengah kita tafsirkan ini disindirlah sifat penggegas tergesa-gesa atau terburu nafsu. Hendaklah melatih diri mengurangi sifat itu. Di waktu susah jangan lekas cemas dan di waktu mendapat untung jangan lekas gembira dan lupa diri.
(12) Dan telah Kami jadikan malam dan siang dua tanda. Maka Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, untuk mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu ketahui bilangan tahun-tahun dan hisab (perhitungan). Dan tiap-tiap sesuatu Kami jelaskan sejelas-jelasnya.
Ayat 12
“Dan telah Kami jadikan malam dan siang dua tanda."
Peredaran malam dan siang adalah ayat, atau suatu tanda bukti bahwa alam ini diatur oleh Pengatur yang Mahabijaksana. Apabila kita belajar ilmu falak, akan tahulah betapa telitinya pembagian di antara siang dan malam itu. Di musim panas siang lebih panjang, di musim dingin malam pula yang lebih panjang, dan dapat dipelajari dengan saksama jam, menit, dan detik dari terbit atau terbenamnya matahari."Maka Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang." Tiap pagi dapatlah kita saksikan pergiliran malam kepada siang itu. Mulanya fajar menyingsing, itulah ujung malam dan waktu Shubuh tiba.
Kemudian berangsur terbitlah matahari, hari pun bertambah siang, dan datanglah hari yang baru dan segar."Untuk mencari karunia dari Tuhanmu." Mulailah manusia keluar dari rumahnya dan gubuknya, gedungnya, dan istananya, untuk berusaha mencari re
zeki yang tersimpan di atas permukaan bumi ini. Masing-masing mendapat sekadar yang ditentukan Allah."Dan supaya kamu ketahui bilangan tahun-tahun dan hisab (perhitungan).'' 60 menit jadi satu jam, 24 jam menjadi sehari semalam, 30 atau 31 hari jadi sebulan, 12 bulan jadi setahun. Dan orang pun menghisab sampai kepada yang sehalus-halusnya. Itulah ilmu hisab atau ilmu falak.
“Dan tiap-tiap sesuatu Kami jelas-kan sejelas-jelasnya."
Dengan keterangan di ujung ayat bahwa segala sesuatu dijelaskan Aliah sampai sejelas-jelasnya, batallah jadinya teori ahli-ahli filsafat yang mengatakan bahwa Allah itu hanya me-ngatur garis besar saja, tidak mencampuri soal yang berkecil-kecil (detail).