Ayat
Terjemahan Per Kata
خَلَقَ
Dia menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
بِٱلۡحَقِّۚ
dengan kebenaran
تَعَٰلَىٰ
Maha Tinggi
عَمَّا
dari apa
يُشۡرِكُونَ
mereka persekutukan
خَلَقَ
Dia menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
بِٱلۡحَقِّۚ
dengan kebenaran
تَعَٰلَىٰ
Maha Tinggi
عَمَّا
dari apa
يُشۡرِكُونَ
mereka persekutukan
Terjemahan
Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Tafsir
(Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak) artinya secara sungguh-sungguh. (Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan) bersama-Nya yaitu berhala-berhala.
Tafsir Surat An-Nahl: 3-4
Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak, Mahatinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan. Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. Allah ﷻ menceritakan makhluk-Nya, alam yang ada di atas, yakni langit; dan alam yang ada di bawah, yakni bumi berikut dengan segala sesuatu yang ada padanya, bahwa Dia menciptakan semuanya dengan benar dan tidak sia-sia, bahkan: supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (An-Najm: 31) Kemudian Allah ﷻ membersihkan diri-Nya dari kemusyrikan orang-orang yang menyembah selain Dia di samping Dia, padahal Dialah semata yang menciptakan makhluk, tiada sekutu bagi-Nya.
Karena itu, hanya Dialah yang berhak disembah. Selanjutnya Allah mengingatkan tentang penciptaan makhluk jenis manusia dari nutfah yang hina lagi lemah. Tetapi setelah ia menjadi manusia dan tumbuh dewasa, tiba-tiba ia menjadi pembantah terhadap Tuhannya, mendustakan-Nya, dan memerangi rasul-rasul-Nya; padahal tidaklah ia diciptakan melainkan untuk menjadi hamba Allah, bukan lawan. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah, dan adalah Tuhanmu Mahakuasa.
Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudarat kepada mereka. Adalah orang-orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 54-55) Dan firman Allah ﷻ: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakan kali yang pertama.
Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (Yasin: 77-79) Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ meludah pada telapak tangannya, kemudian bersabda: Allah ﷻ berfirman, "Hai anak Adam, mana mungkin kamu melemahkan-Ku, sedangkan Akulah yang menciptakanmu dari ini, hingga manakala Aku sempurnakan bentukmu dan Aku besarkan kamu, lalu kamu berjalan dengan memakai dua lapis bajumu, sedangkan bumi telah menyediakan tempat pengebumian bagimu. Lalu kamu menghimpun harta dan tidak mau bersedekah, dan manakala roh mencapai tenggorokanmu (menjelang ajal), kemudian kamu katakan, 'Saya akan bersedekah, 'padahal masa bersedekah telah habis.""
Allah mengingatkan manusia bahwa Dia adalah Tuhan yang telah
menciptakan langit tempat kalian berteduh bersama benda-benda yang
menghiasinya, dan menciptakan bumi tempat kalian berpijak bersama
apa saja yang terhampar di atasnya dan terkandung di dalamnya. Semua itu Allah ciptakan dengan kebenaran, yaitu sesuai dengan hikmah
dan kebijaksanaan-Nya. Mahatinggi Allah dalam segala hal, sifat, dan perbuatan-Nya, dari apa yang mereka persekutukan dengan-Nya berupa berhala-berhala itu. Dia Yang Mahaesa dan Mahakuasa itu juga telah menciptakan manusia
dari setetes mani yang secara lahiriah tampak remeh, tidak berarti, dan
tidak berdaya, ternyata dia berubah menjadi manusia yang kuat dan
tangguh, bahkan dia berubah menjadi pembantah yang nyata tentang
Tuhan dan hakikat dirinya.
Allah ﷻ menjelaskan bahwa Dia menciptakan benda-benda yang ada di langit dan benda-benda yang ada di bumi dengan benar. Maksudnya ialah sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya dan tidak ada yang sia-sia. Dia menciptakan semuanya tanpa bantuan dan pertolongan siapa pun. Dia cukup menciptakan benda-benda dan hukum yang berlaku baginya, sehingga benda-benda itu berfungsi sesuai dengan hukumnya. Tidak ada zat yang lain yang berkuasa untuk mencipta, mengatur, dan mengendalikan langit, bumi dan semua isinya. Sebagai konsekuensinya, tidak layak apabila ada orang yang menghambakan dirinya kepada tuhan-tuhan yang lain selain-Nya. Oleh karena itu, Allah menyatakan di akhir ayat ini bahwa Dia Mahasuci dari apa yang mereka persekutukan. (Keterangan lebih lanjut bisa dilihat dalam tafsir Surah Ibrahim/14: 19).
Penciptaan langit dan bumi dengan haq (benar) juga bisa bermakna bahwa Tuhan menciptakan bumi bukan dengan main-main. Semuanya begitu tepat untuk mulainya kehidupan di bumi ini. Bagaimana kenyamanan bumi dibandingkan dengan beberapa planet lain yang ada dalam tatasurya yang sama dapat kita lihat pada uraian di bawah ini. Dalam perbandingan yang dilakukan, terutama pada jarak antara matahari dan masing-masing planet, tampak akan efek jarak dengan masing-masing planet.
Apa yang tertulis di atas hanya sebagian dari "keputusan rancangan" yang dibuat Allah agar kehidupan di bumi dapat eksis dan bertahan. Namun yang sedikit ini pun sudah cukup untuk menunjukkan bahwa keberadaan bumi bukan karena kebetulan. Tidak juga terbentuk oleh serangkaian kejadian acak.
Hal tersebut dan detail lain yang tak berhingga meyakinkan kembali kebenaran yang sederhana dan murni. Allah dan hanya Allah yang menciptakan alam semesta, bintang, planet, pegunungan, dan laut dengan sempurna, memberikan kehidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, dan menempatkan ciptaan-Nya di bawah kendali manusia. Allah dan hanya Allah, sumber pengampunan dan kekuasaan, cukup berkekuatan untuk menciptakan sesuatu dari kehampaan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AN'NAHL
(LEBAH)
SURAH KE-16,128 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-128)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
KEHENDAK ALLAH
Ayat 1
“Pastilah akan datang perintah Allah, maka janganlah kamu meminta dia dilekaskan."
Datang permulaan surah ini dan pangkal ayat ini dengan kepastian bahwa kehendak Allah atau perintah Allah itu pasti datang, pasti berlaku. Tidak diragukan lagi padanya. Sebab turun ayat ini ialah karena kaum musyrikin Mekah itu selalu mendesak, desakan yang timbul dari tantangan dan penolakan. Nabi ﷺ selalu menyampaikan ancaman bahwa kalau mereka tidak juga taat dan menerima apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak juga berhenti menyembah berhala, adzab siksaan Allah pasti datang, kehendak Allah akan berlaku, perintahnya mesti jadi. Mereka mendesak-desak, kalau memang adzab itu mesti datang, datangkanlah sekarang juga. Karena adzab itu tidak segera datang, mereka pun bertambah mengejek dan bertambah menolak. Dan mereka anggaplah bahwasanya segala yang diancamkan oleh Muhammad ﷺ itu adalah omong kosong belaka. Tidak ada hakikatnya dan tidak ada ujudnya. Mereka tidak mau memerhatikan hikmat Allah yang terkandung di dalam perintah-perintah yang datang. Mereka tidak mau merenungkan kejadian alam yang ada di keliling, yang sepatutnya mengetuk hati dan perasaan. Padahal ketundukan kepada kebenaran dengan mempergunakan akal dan perasaan, budi dan sopan adalah lebih mesra daripada menunggu siksaan adzab lebih dahulu baru tunduk. Sebab itu maka pada sambungan ayat diterangkanlah kepada mereka bahwa mereka tidak perlu mendesak-desak supaya adzab itu dilekaskan. Sebab hikmat tertinggi, penentuan waktu dan kebijaksanaan adzab atau menurunkan sa'ah kepastian sudah ada ketentuannya pada Allah sendiri.
“Mahasuci Dia dan Mahatinggi, dari apa yang mereka sekutukan itu."
Allah itu Mahasuci dan Mahatinggi. Tidaklah makhluk yang mesti menentukan perbuatan dan kehendak Allah, tetapi Aliahlah yang menentukan apa kehendak-Nya. Orang yang bisa menyembah berhala atau barang yang lain, memang kerapkali berbuat demikian itu. Mereka perbuat sembahan dengan tangannya sendiri, lalu diperintahnya berhalanya itu supaya memperlakukan apa kehendaknya. Kalau'kehendaknya itu tidak diperlukan oleh berhalanya itu, dia pun marah kepada berhala tadi, lalu disumpah-sumpahinya atau tidak disembahnya lagi. Maka berhubungan dengan Allah adalah hubungan yang teratur daripada hamba yang lemah kepada Allah Yang Mahakuasa.
Ayat 2
“Dia turunkan malaikat dengan ruh, dari perintah-Nya."
Arti ruh dalam ayat ini ialah wahyu. Allah memerintahkan membawa wahyu. Di ayat ini wahyu disebut ruh, sedang arti yang umum kita ketahui ialah nyawa. Maka cocoklah jika wahyu itu kadang-kadang disebut juga ruh; sebab dia adalah nyawa yang sejati dan nyawa sendiri, tegasnya bahwasanya hidup barulah berarti kalau sekiranya manusia mendapat tuntunan ruh dari Allah sendiri dengan wahyu yang Dia turunkan dengan perantaraan malaikat. “Atas barangsiapa yang dikehendaki-Nya daripada hamba-hamba-Nya." Maka dipilihlah oleh Allah sendiri kepada siapa ruh atau wahyu itu akan dihantarkan oleh malaikat. Pemilihan orang-orang utama yang dikehendaki Allah itulah yang disebut Yashthafi (Allah memilih). Maka terpilihlah nabi-nabi yang kita kenal itu. Sejak dari Nabi Adam, kemudian itu Nabi Nuh yang mulai membawa syari'at, diikuti oleh nabi-nabi yang lain, dua puluh lima orangnya tersebut di dalam Al-Qur'an dan ada juga yang namanya tidak disebutkan. Wahyu yang dibawa oleh malaikat dan disampaikan kepada nabi-nabi itulah yang menjadi ruh atau nyawa dari kehidupan manusia.
“Supaya mereka ancamkan bahwa tidak ada Tuhan, selain Allah. Maka takwalah kepada-Ku."
Dengan ujung ayat ini dijelaskanlah kepada kita bahwasanya inti pokok dari segala wahyu yang turun kepada rasul-rasul dan nabi-nabi pilihan Allah itu ialah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan kita hendaklah bertakwa kepada-Nya, Ajaran wahyu yang lain adalah bersumber dari sana. Itulah tauhid dan itulah hidup.
Ini dikuatkan lagi oleh apa yang termaktub di dalam surah al-Anfaal ayat 24, bahwasanya orang-orang yang beriman diseru supaya menuruti perintah yang disampaikan oleh Allah dan rasul. Sebab rasul itu “menyeru kamu kepada apa yang menghidupkan kamu."
Ajaran yang dibawa ruh atau wahyu ini, menjadilah pedoman hidup yang dibawa oleh sekalian rasul, menjadi pegangan umat Manusia selama dunia ini masih berkembang, tiada Tuhan melainkan Allah.
Rasul-rasul dan nabi-nabi itu telah datang dengan berbagai bahasa kepada kaum atau bangsa, tetapi isi kedatangan tidaklah berbagai, hanya satu, yaitu mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah. Inilah yang pokok, sedang syari'at bisa berubah-ubah.
Laa llaha liatlah, tiada Tuhan selain Allah. Untuk mengetahui, untuk memikirkan dan merasakan keesaan Allah itu, bahwa Dia tidak bersekutu dengan yang lain, disuruhlah kita insan ini merenungkan alam yang di sekeliling kita ini sejak langit dari bumi, sampai kepada manusia, sampai kepada binatang-binatang, sampai kepada kegunaan air, kegunaan lautan, kegunaan siang dan malam. Hendak mengenal Allah, kenallah dan perhatikanlah keajaiban penciptaannya.
Ayat 3
“Dia menciptakan semua langit dan bumi dengan benar."
Dengan benar, yaitu menurut peraturan-peraturan yang benar, yang tidak salah sedikit juga. Kalau salah sedikit saja peraturan semua langit dan bumi ini, hancurlah dia. Di antara kebenaran itu ialah adanya imbangan daya tarik, penentuan jarak letak di antara bintang dengan bintang, bulan dengan bumi, bumi dengan matahari. Demikian juga segala yang benar dalam bumi sendiri, misalnya tentang
undang-undang, “Yang berat jatuh ke bawah, yang ringan merapung ke atas", pencampuran kimia dan sebagainya, undang-undang ilmu hitung aljabar, matematika, geometri dan sebagainya. Bertambah direnung bertambah dekatlah kebenaran itu, dan ilmu pengetahuan ialah untuk mendekati kebenaran itu. Kemudian Allah berfirman untuk membentak orang-orang jahil yang memuja yang lain mempersekutukan Allah.
“Mahatinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan."
Ayat 4
“Dia jadikan manusia dari mani."
Bukan dari emas dan perak, bukan dari nur cahaya, bukan sang dewa yang turun dari kayangan, sehingga manusia itu patutlah tunduk kepada Allah.
“Tetapi tiba-tiba dialah pembantah yang nyata."
Manusia yang pembantah perintah Ilahi itu ialah manusia yang lupa akan asal kejadiannya. Orangyangsombong memang selalu orang yang tidak tahu diri.
Ayat 5
“Dan binatang-binatang ternak itu. Dia jadikan Itu buat kamu."
Ada kerbau, ada sapi, kambing, biri-biri dan unta. Semuanya dijadikan atau dijinakkan buat kamu.
“Padanya ada kehangatan dan banyak manfaat dan daripadanya kamu makan."
Kehangatan kamu dapat dari bulunya, yang dapat kamu tenun menjadi pakaian kamu, dan berbagai manfaat yang lain, misalnya kulitnya untuk sepatu dan lain-lain, dan darinya yaitu dari dagingnya kamu makan. Daging menjadi sangat penting sebagai gizi penguat badan.
Ayat 6
“Dan untuk kamu padanya ada keindahan, seketika kamu kembalikan dan seketika kamu keluarkan."
Amatlah indahnya ketika kamu, sebagai yang empunya atau sebagai juga pengem-balanya, mengiringkan binatang-binatang itu di petang hari dari padang kembali ke dalam kandangnya, betapa dia beriring-iring dengan perut kenyang; anak-anaknya mengiringkan induknya, bersinduk-sindukkan dengan gembiranya. Dan amat indahnya lagi ketika dia dikeluarkan pagi-pagi, dibuka pintu kandangnya lalu dihalaukan lagi ke padang rumput yang subur itu. Dengan secara pendek ayat ini telah menanamkan rasa seni dalam jiwa manusia. Alangkah indah kedua peristiwa itu. Misalnya di lereng bukit, rumputnya subur, matahari telah condong ke barat, gembala menghalaukan dengan tongkat di tangan. Apabila itu dilihat, timbullah rasa keindahan dalam jiwa, dan ingatlah kita akan sumber aslinya segala keindahan. AI-Jamal, yang mendapat sebutan terang pada ayat ini, yang dalam bahasa filsafat disebut estetik, adalah penyubur dari iman. Itu baru satu contoh saja, yaitu mengiringkan ternak masuk kandang di petang hari dan mengeluarkannya di pagi hari. Alangkah banyaknya lagi keindahan selain dari itu dalam alam ini. Dan alangkah kasarnya jiwa yang tidak dipupuk untuk mengenal keindahan, padahal keindahan adalah salah satu sifat juga dari Allah sarwa sekalian alam.
Ayat 7
“Dan dia memikul beban berat kamu kepada suatu negeri yang kamu tidak akan sampai kepadanya, kecuali dengan menyusahkan diri.".
Yang dituju oleh ayat ini adalah khusus unta. Betapa pentingnya unta sebagai alat perhubungan beribu tahun lamanya di negeri-negeri padang pasir, di Araba, di gurun pasir Gobi di Cina,*di gunung pasir Sahara di Afrika,
di India dan lain-lain. Binatang yang sabar dan tahan menderita. Mungkin kita menaksir bahwa dengan adanya alat perhubungan modern sekarang ini kepentingan unta telah terdesak, tetapi tampaknya belum. Yaitu masih laksana kepentingan becak di tengah kota Jakarta, meskipun telah diusahakan kendaraan bermotor yang lain, namun becak masih perlu, sebab ada gang-gang atau lorong-lorong yang tidak dapat dimasuki kalau tidak dengan becak. Demikian juga unta. Masih ada kampung-kampung Badwi yang hanya dapat dijelang dengan memakai unta.
“Sesungguhnyalah Tuhan kamu itu Maha Pencipta, Maha Penyayang."
Semuanya itu adalah tanda yang nyata daripada kasih sayang Allah kepada manusia. Kalau tidaklah ada binatang pengangkut beban demikian, bagaimanalah manusia akan berhubungan di antara satu negeri dengan negeri yang lain, padahal satu dengan yang lain sama-sama memerlukan.
Meskipun di dalam ayat ini dikhususkan untuk unta, niscaya di daerah selain Tanah Arab kita memandang juga kepentingan kerbau dan sapi sebagai alat pengangkutan. Di tanah Jawa sapi-sapi benggala yang besar menarik gerobak. Di Minangkabau dan Mandailing kerbau menarik pedari dari satu pekan ke pekan yang lain. Sekarang sudah banyak dipergunakan kendaraan bermotor, namun kegunaan kerbau dengan pedari itu masih tetap ada. Semuanya bekas dari kasih Allah.
Ayat 8
“Dan kuda, baghal dan keledai untuk kamu tunggangi dia dan jadi perhiasan."
Sehingga belum lama berlalu masanya, bahwa kuda tunggangan adalah merangkap jadi kendaraan dan perhiasan. Kendaraan raja-raja dan pahlawan, diberi pelana indah dan sanggurdi. Dilagakkan bahkan dipelajari tuahnya dengan melihat warnanya. Di negeri-negeri Barat terutama Inggris, pacuan kuda adalah permainan orang-orang bangsawan, sampai kini.
“Dan Dia jadikan (pula) apa yang tidak kamu ketahui."
Allah hanya memberi syarat bahwa di samping binatang-binatang ternak yang untuk kendaraan, yaitu kuda, baghal (peranakan di antara keledai betina dengan kuda jantan, sehingga bagal itu badannya sebesar badan kuda, tetapi berbentuk keledai dengan telinga besar), dan keledai, dan ada pula dijadikan Allah kendaraan lain yang kita tidak tahu. Niscaya menjalarlah pikiran kita di dalam menafsirkannya. Apakah yang diketahui Allah ialah yang tidak diketahui manusia di zaman Al-Qur'an turun? Yang di abad kita ini telah diajarkan Allah kepada manusia, yaitu kendaraan bermotor, mobil, kereta api, kapal udara dan akan ada lagi yang lain? Apakah kendaraan lain, yang sampai Kiamat pun manusia tidak akan dapat mengetahuinya, yaitu semacam Buraq Nabi Muhammad ﷺ yang beliau tunggangi seketika Isra', dan tangga emas yang beliau naiki seketika Mi'raj? Wallahu a'lam. Masih lebih banyak yang kita tidak tahu.
ALLAH PENUNJUK JALAN
Ayat 9
“Dan atas tanggungan Allah menunjukkan jalan."
Dengan secara halus sekali Allah mengalihkan pembicaraan dari perjalanan memakai kendaraan kepada perjalanan hidup ke-ruharian.
Dalam melakukan perjalanan dalam dunia ini, di permukaan bumi ini kita memakai ken-daraan; unta, kuda, keledai dan baghal. Kendaraan-kendaraan modern sekarang telah kita pakai pula, yang dahulunya kita tidak tahu. Itulah kereta api, kendaraan bermotor, kapal api, dan kapal-kapal udara. Tetapi di samping perjalanan dari negeri itu, pada hakikatnya pun kita ini adalah dalam perjalanan musafir. Kita hidup menuju mati, kita dalam perjalanan menuju pulang kembali kepada Allah. Maka di dalam ayat ini Allah menegaskan bahwasanya bukanlah kendaraan pengangkutan dari kota ke kota saja yang disediakan oleh Allah, malahan perjalanan yang hakiki itu, perjalanan dari dunia ke akhirat pun Allah sendirilah yang menunjukkan jalan.
Kalau di permulaan surah, Allah telah berfirman bahwa Dia mengutus malaikat membawa ruh, yaitu wahyu untuk disampaikan kepada manusia-manusia yang telah dipilih, yaitu rasul-rasul dan nabi-nabi, maka dalam ayat ini Allah memberikan penjelasan lagi bahwa yang menunjukkan jalan yang bahagia, untuk selamat dunia dan akhirat itu ialah Allah sendiri. Tugas kewajiban sekalian rasul itu ialah menyampaikan firman Allah tentang bagaimana jalan yang harus ditempuh supaya perjalanan itu selamat.
As-Suddi menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan jalan yang ditunjukkan Allah itu ialah Islam. Mujahid menafsirkan ialah jalan kebenaran. Menurut Ibnu Abbas sepanjang yang diriwayatkan oleh al-Aufi, maksud ayat atas tanggungan Allah-lah menunjukkan jalan, yaitu mana jalan pertunjuk yang harus ditempuh dan mana jalan sesat yang mesti dijauhi."Dan setengahnya ada yang bengkok." Artinya bahwasanya di samping jalan yang Allah sendiri me-nunjukkannya, terdapat pula berbagai jalan yang bersimpang-siur dan yang berbelok-belok, ber-bengkok-bengkok, yaitu jalan yang direntangkan oleh iblis, oleh perdayaan setan, oleh hawa nafsu manusia sendiri yang tidak mau patuh kepada jalan yang dituntunkan oleh Allah. Maka tiap-tiap kita menempuh jalan hidup ini akan bertemulah sebuah jalan lurus dan berpuluh jalan bengkok dan jalan kusut yang tak tentu arah. Berkata pula Ibnu Abbas dan lainnya, “Yaitu jalan berbagai-bagai, pendapat berbeda-bedaan dan hawa bersimpang siur, seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi."
“Dan jika dikehendaki-Nya. akan diberi-Nya petunjuklah kamu sekalian"
Tetapi Allah tidak memberi petunjuk semuanya karena ada hikmat yang tertinggi. Sekurangnya yang dapat kita ketahui ialah supaya manusia sendiri berlomba mencari inti hakikat kebenaran di dalam perjuangan hidup itu.
Ayat 10
“Dan Dialah yang menurunkan ain dari langit untuk kamu."
Dengan menyebutkan air hujan yang turun, manusia diajak menengadah ke atasnya untuk mengetahui betapa rapat hidupnya dengan alam di sekelilingnya. Padahal dari air itulah bergantung segenap kehidupan.
“Darinyalah minuman kamu." Sehingga kamu tidak mati kehausan."Dan darinya pohon-pohon." Sejak dari biji atau berih yang tertanam ke bumi, sampai tumbuh dan sampai berurat berakar, berdahan bercabang, beranting berpucuk, semua bergantung pada air.
“yang padanya kamu menggembala."
Air hujan yang turun menimbulkan rumput hijau makanan ternak atau mata air akan diminum ternak itu.
Ayat 11
“Ditumbuhkan-Nya untuk kamu dengan dia."
Yaitu dengan sebab air itu “Tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur-anggur dan dari tiap-tiap macam buah-buahan." Sama sekali sangat bergantung kepada air. Dan aneka ragam buah-buahan itu sangat diperlukan oleh manusia. Sebab itu
“Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda bagi kaum yang berpikir."
Buah-buahan yang berbagai aneka ragam, di barat dan ‘di timur, semuanya tumbuh di
atas bumi dan disiram oleh hanya sejenis air, namun dia jadi berbagai ragam dan rasa. Me-mikirkan kekuasaan Allah, ialah dari sudut ini. Dan melihat bekas ciptaan-Nya, kita meyakini akan kekuasaan-Nya, bahwasanya segala sesuatu tidaklah terjadi dengan kebetulan.
Setelah disebutkan hubungan air hujan dengan segala yang hidup di bumi, manusia, kayu dan pohon, tumbuh-tumbuhan, binatang ternak, kita disuruh berpikir lebih mendalam lagi.
Ayat 12
“Dan Dia mudahkan untuk kamu malam dan siang, matahari dan bulan, dan bintang-bintang itu pun dimudahkan dengan perintah-Nya."
Memang! Manusia lebih mudah memikirkan keajaiban durian dan rambutan, manggis dan langsat, anggur dan kurma, kedondong dan mangga, tetapi manusia kadang-kadang lupa memikirkan peredaran siang dengan malam, matahari dan bulan. Apa sebab? Sebab peredaran siang dan malam, matahari dan bulan sangat dimudahkan oleh Allah. Seperti di negeri-negeri yang sudah sangat teratur, perjalanan kereta api penumpang sampai lupa kepentingan kereta api itu, sebab jam perjalanannya sangat teratur. Kalau tiba-tiba timbul kerusakan di jalan, sehingga kereta api di tempat dia tidak patut berhenti, gelisahlah manusia. Di ayat ini Allah memperingatkan betapa Dia memudahkan urusan siang dan malam, matahari dan bulan, dan juga perjalanan bintang-bintang bagi manusia, karena dimudahkan, atau disediakan jalannya dengan sangat teratur itu. Cuma manusia juga yang kadang-kadang berani mengingkari bahwa yang mengaturnya itu ada. Sebab itu maka di ujung ayat Allah firman,
“Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Alangkah pentingnya ilmu pengetahuan tentang alam cakrawala itu untuk menegakkan iman. Dan orang yang tidak mempergunakan akalnya, yang secara sekarang disebut orang yang tidak berkebudayaan, tidaklah dapat mempergunakan akal untuk itu.
Dengan demikian maka akal dengan ilmu itu sendirilah yang mengambil kesimpulan sendiri tentang pasti ada Maha Pencipta. Sebab itu pula maka sarjana-sarjana modern abad kedua puluh ini telah banyak yang tampil dengan berani, demi ilmu pengetahuan memberi kepastian bahwa Allah itu ada. Sehingga meskipun sarjana itu tidak memeluk suatu agama yang khusus atau telah menyatakan melepaskan diri dari satu agama yang resmi (agama Kristen atau Yahudi di Eropa), akhirnya mereka menyatakan percaya akan adanya Tuhan menurut keyakinan sendiri, takluk kepada hukum ilmiah yang mereka dapat dengan pencarian sendiri.
Niscaya akan datanglah sesuatu masa, yang para sarjana itu mendapat keterangan-keterangan tentang Allah yang disampaikan oleh Allah sendiri dengan perantaraan ruh atau wahyu yang disampaikan dengan perantaraan malaikat kepada para rasul-rasul dan nabi-nabi. Kalau demikian, terbukalah kiranya pintu hati mereka buat memasuki gerbang iman dalam Islam.
Ayat 13
“Dan Dia sediakan untuk kamu di bumi ini bermacam warnanya."
Perhatikan pulalah ayat ini yang telah mengemukakan perihal warna. Aneka warna yang kita lihat di dalam alam ini. Mata menangkap warna, perlainan warna menentukan perbedaan benda. Semua dimudahkan buat kita. Setiap warna ada pengaruhnya sendiri, merah, biru, hijau, lembayung, kuning, jingga, ungu, hitam, putih dan sebagainya (ahli-ahli warna mengatakan bahwa hitam dan putih bukan warna). Kemudian kita melihat gabungan dan
percampuran warna. Setiap pagi ketika matahari terbit dan setiap senja ketika matahari akan terbenam, berbagai warna yang kita lihat. Dan juga kita melihat aneka warna pada bunga.
"Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda bagi kaum yang ingat."
Semuanya menjadi tanda-tanda, menjadi ayat! Alangkah kaya, alangkah ramainya dunia ini dengan warna. Dan alangkah besar pertolongan warna itu bagi menghaluskan perasaan kita.
Warna bunga-bunga atau kembang-kembang, sangatlah menakjubkan. Tidak ada keahlian pada manusia buat mencipta warna sebagai warna di udara. Demikian juga tidaklah puas-puasnya mata kita memandang dan menyaksikan campuran warna pada ikan-ikan apabila ikan-ikan itu dikumpulkan dalam suatu akuarium. Dan lebih menarik perhatian lagi ialah warna dari kupu-kupu atau rama-rama berbagai jenis yang amat menakjubkan. Demikian pula warna dari binatang-binatang, baik liar ataupun jinak; semuanya itu mendidik atau berpengaruh bagi jiwa kita sendiri. Misalnya warna merah yang panas menimbulkan gejala gelora di dalam jiwa. Warna hijau yang lembut itu membawa kedamaian dalam pikiran. Apabila kita berlayar jauh di lautan lepas, dapat kita renungkan pertemuan warna lautan dengan warna langit; laut biru dan langit hijau, kadang-kadang ditatah dengan awan.
Sampai-sampai kepada warna yang dipilih atau warna yang disukai oleh seseorang, se-muanya itu adalah membayangkan sikap jiwa, kecerdasan atau kebebalan. Bangsa-bangsa pun menentukan corak warna dari benderanya, dan semuanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Ini telah berlaku sejak manusia mengenal peradaban.
Oleh sebab itu maka tepat sekalilah ayat 13 surah an-Nahl ini, “Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda bagi kaum yang ingat." Warna-warna adalah salah satu tanda-tanda bahwa pencampur warna dalam alam ini adalah Allah sendiri. Dia menunjukkan sifat jamal, sifat indah dari Allah. Maka tidaklah akan kenal kepada keindahan Allah itu, kalau dalam diri seseorang tidak ada dasar buat mencintai keindahan.