Al-Anfal: 27

Ayat

Terjemahan Per Kata
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
لَا
janganlah
تَخُونُواْ
kamu mengkhianati
ٱللَّهَ
Allah
وَٱلرَّسُولَ
dan Rasul
وَتَخُونُوٓاْ
dan kamu mengkhianati
أَمَٰنَٰتِكُمۡ
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu
وَأَنتُمۡ
dan kalian
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui

Terjemahan

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.

Tafsir

Tafsir Surat Al-Anfal: 27-28 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-(Nya) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui. Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai ujian, dan sesungguhnya hanya di sisi Allah-lah pahala yang besar. Ayat 27 Abdur Razzaq ibnu Abu Qatadah dan Az-Zuhri mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Lubabah ibnu Abdul Munzir ketika Rasulullah ﷺ mengutusnya kepada Bani Quraizah untuk menyampaikan pesan beliau agar mereka tunduk di bawah hukum Rasulullah ﷺ. Lalu orang-orang Bani Quraizah meminta saran dari Abu Lubabah mengenai hal tersebut, maka Abu Lubabah mengisyaratkan kepada mereka dengan tangannya ke arah tenggorokannya, yang maksudnya ialah disembelih, yakni mati. Kemudian Abu Lubabah sadar bahwa dengan perbuatannya itu berarti dia telah berbuat khianat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka ia bersumpah bahwa dirinya tidak akan makan hingga mati atau Allah menerima tobatnya. Lalu Abu Lubabah pergi ke masjid Madinah dan mengikat dirinya di salah satu tiang masjid. Dia tinggal dalam keadaan demikian selama sembilan hari hingga tak sadarkan dirinya karena kepayahan. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya bahwa tobat Abu Lubabah diterima. Kemudian orang-orang datang kepadanya menyampaikan berita gembira bahwa Allah telah menerima tobatnya. Mereka bermaksud akan melepaskan ikatannya dari tiang masjid itu, tetapi Abu Lubabah bersumpah bahwa jangan ada seorang pun yang melepaskannya dari tiang masjid itu selain Rasulullah ﷺ dengan kedua tangannya sendiri. Akhirnya Rasulullah ﷺ melepaskan ikatannya, lalu berkatalah Abu Lubabah, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah bernazar bahwa seluruh hartaku akan aku habiskan untuk sedekah." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Cukuplah bagimu dengan menyedekahkan sepertiga darinya.” Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnul Haris At-Taifi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Aun As-Saqafi, dari Al-Mughirah ibnu Syu'bah yang mengatakan bahwa ayat berikut diturunkan berkenaan dengan terbunuhnya Usman , yaitu firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Anfal: 27), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnu Bisyr ibnu Ma'ruf, telah menceritakan kepada kami Syababah ibnu Siwar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Muharram yang mengatakan bahwa ia pernah berjumpa dengan ‘Atha’ ibnu Abu Rabah, lalu ‘Atha’ menceritakan kepadanya bahwa Jabir ibnu Abdullah pernah menceritakan kepadanya bahwa Abu Sufyan keluar dari Mekah (mengadakan perjalanan). Lalu Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ dan menyampaikan kepadanya bahwa Abu Sufyan berada di tempat anu dan anu. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Abu Sufyan sekarang telah berada di tempat anu dan anu. Maka berangkatlah kalian untuk menyerangnya, tetapi rahasiakanlah misi kalian." Tetapi ada seorang munafik berkirim surat kepada Abu Sufyan, bahwa Muhammad sedang mencarinya, maka dia diminta waspada. Maka Allah menurunkan firman-Nya: “Janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul(Nya) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian.” (Al-Anfal: 27), hingga akhir ayat. Hadits ini gharib sekali, dan sanad serta teksnya masih perlu dipertimbangkan lagi. Di dalam kitab Shahihain disebutkan kisah mengenai Hatib ibnu Abu Balta'ah, bahwa ia menulis surat kepada orang-orang Quraisy untuk memberitahukan tentang rencana Rasulullah ﷺ terhadap mereka di tahun kemenangan atas kota Mekah. Maka Allah memperlihatkan hal itu kepada Rasul-Nya. Lalu Rasulullah ﷺ mengirimkan suatu pasukan untuk mengejar pengirim surat tersebut, hingga surat itu berhasil dicegah dan dikembalikan, lalu Hatib dihadapkan kepada Rasulullah ﷺ. Dan Hatib mengakui perbuatannya itu. Saat itulah Umar ibnul Khattab bangkit, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah saya memenggal batang lehernya, karena sesungguhnya dia telah berkhianat terhadap Allah dan Rasul-Nya serta kaum mukmin?" Rasulullah ﷺ bersabda: “Biarkanlah dia karena sesungguhnya dia telah ikut dalam Perang Badar. Tahukah kamu, mudah-mudahan Allah memperhatikan ahli Badar dan Dia berfirman, "Berbuatlah sesuka kalian, sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian." Menurut kami, pendapat yang shahih ialah yang mengatakan bahwa ayat ini bermakna umum, sekalipun benar bahwa ayat ini diturunkan karena latar belakang yang bersifat khusus. Menurut jumhur ulama, hal yang terpakai adalah keumuman dari makna yang dikandungnya, bukan latar belakangnya yang khusus. Perbuatan khianat bersifat umum mencakup semua dosa kecil dan dosa besar yang bersifat permanen dan yang tidak permanen. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan juga janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian.” (Al-Anfal: 27) Amanat artinya sesuatu yang dipercayakan oleh Allah kepada hamba-Nya, yakni hal-hal yang fardu. Dikatakan la takhunu artinya janganlah kalian merusak amanat. Menurut riwayat lain disebutkan: “Janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-(Nya).” (Al-Anfal: 27) Yang dimaksud dengan amanat ialah meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan kemaksiatan. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ja'far ibnuz Zubair, dari Urwah ibnuz Zubair sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu 'janganlah kalian menampakkan kebenaran di hadapan orang yang membuatnya rela kepada kalian, kemudian kalian menentangnya dalam hati kalian dan cenderung kepada selainnya; karena sesungguhnya hal tersebut merusak amanat kalian dan merupakan suatu pengkhianatan terhadap diri kalian sendiri.’ As-Suddi mengatakan bahwa apabila mereka mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, berarti mereka mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada diri mereka. Selanjutnya ia mengatakan pula bahwa dahulu mereka mendengar pembicaraan dari Nabi ﷺ, lalu mereka membocorkannya kepada kaum musyrik. Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan, Allah melarang kalian berbuat khianat terhadap Allah dan Rasul-Nya, janganlah kalian berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Ayat 28 Firman Allah ﷻ: “Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai ujian.” (Al-Anfal: 28) Yakni merupakan cobaan dan ujian dari Allah bagi kalian, karena semuanya itu Dialah yang memberikannya kepada kalian untuk melihat secara nyata, apakah kalian bersyukur kepada-Nya atas semuanya itu dan menggunakannya dalam jalan ketaatan kepada-Nya, ataukah kalian sibuk dengan semuanya itu hingga kalian melalaikan-Nya dan menjadikan semuanya sebagai ganti-Nya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah ujian (bagi kalian); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At-Taghabun: 15) “Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian (yang sebenar-benarnya).” (Al-Anbiya: 35) “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9) “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka.” (At-Taghabun: 14), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: “Dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal:28) Yakni pahala-Nya, pemberian-Nya, dan surga-surga-Nya; semuanya lebih baik bagi kalian daripada harta-harta dan anak-anak kalian. Karena sesungguhnya adakalanya kalian menjumpai di kalangan mereka musuh bagi kalian sendiri, dan kebanyakan dari mereka tidak dapat memberikan manfaat apa pun kepada kalian. Sedangkan Yang mengatur lagi Yang memiliki dunia dan akhirat adalah Allah, hanya di sisi-Nya-lah pahala yang berlimpah kelak di akhirat. Di dalam sebuah atsar disebutkan seperti berikut: “Wahai anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan menjumpai-Ku. Jika engkau menjumpai-Ku, niscaya engkau akan menjumpai segala sesuatu. Dan jika engkau tidak menjumpai-Ku, niscaya segala sesuatu tidak engkau dapati. Dan Aku (pahala Allah) adalah yang paling engkau sukai ketimbang segala sesuatu (yang ada).” Di dalam sebuah hadits shahih dari Rasulullah ﷺ disebutkan bahwa beliau ﷺ pernah bersabda: “Ada tiga perkara, barang siapa yang di dalam dirinya terdapat ketiga-tiganya niscaya dia akan menjumpai manisnya iman, yaitu: orang yang Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada selain keduanya dan orang yang menyukai seseorang hanyalah karena Allah semata, dan orang yang lebih suka dilemparkan ke dalam api daripada dia harus kembali kepada kekufuran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekufuran.” Bahkan cinta kepada Rasulullah ﷺ harus lebih diprioritaskan daripada cinta kepada anak-anak dan harta benda serta diri sendiri, seperti yang disebutkan di dalam kitab Shahih, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya, tidak beriman seseorang di antara kalian sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, keluarganya, harta bendanya, dan semua manusia.”

Al-Anfal: 27

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat