Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱذۡكُرُوٓاْ
dan ingatlah
إِذۡ
ketika
أَنتُمۡ
kamu
قَلِيلٞ
sedikit
مُّسۡتَضۡعَفُونَ
orang-orang yang lemah
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
تَخَافُونَ
kamu takut
أَن
bahwa/akan
يَتَخَطَّفَكُمُ
menyambar/menculik kamu
ٱلنَّاسُ
manusia/orang-orang
فَـَٔاوَىٰكُمۡ
maka Dia memberi tempat kamu
وَأَيَّدَكُم
dan Dia menguatkan kamu
بِنَصۡرِهِۦ
dengan pertolonganNya
وَرَزَقَكُم
dan Dia memberi rezki kepadamu
مِّنَ
dari
ٱلطَّيِّبَٰتِ
yang baik-baik
لَعَلَّكُمۡ
agar kalian
تَشۡكُرُونَ
kalian bersyukur
وَٱذۡكُرُوٓاْ
dan ingatlah
إِذۡ
ketika
أَنتُمۡ
kamu
قَلِيلٞ
sedikit
مُّسۡتَضۡعَفُونَ
orang-orang yang lemah
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
تَخَافُونَ
kamu takut
أَن
bahwa/akan
يَتَخَطَّفَكُمُ
menyambar/menculik kamu
ٱلنَّاسُ
manusia/orang-orang
فَـَٔاوَىٰكُمۡ
maka Dia memberi tempat kamu
وَأَيَّدَكُم
dan Dia menguatkan kamu
بِنَصۡرِهِۦ
dengan pertolonganNya
وَرَزَقَكُم
dan Dia memberi rezki kepadamu
مِّنَ
dari
ٱلطَّيِّبَٰتِ
yang baik-baik
لَعَلَّكُمۡ
agar kalian
تَشۡكُرُونَ
kalian bersyukur
Terjemahan
Ingatlah ketika kamu (umat Islam) masih (berjumlah) sedikit lagi tertindas di bumi (Makkah). (Saat itu) kamu takut bahwa orang-orang akan menculikmu, lalu Dia memberimu tempat menetap (Madinah), menjadikanmu kuat dengan pertolongan-Nya, dan memberimu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.
Tafsir
(Dan ingatlah hai para Muhajirin ketika kalian masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi) yakni Mekah (kalian takut orang-orang Mekah akan menculik kalian) mengambil kalian dengan cepat (maka Allah memberi kalian tempat menetap) yaitu kota Madinah (dan didukung-Nya kalian) Dia membuat kalian menjadi kuat (dengan pertolongan-Nya) ketika perang Badar, yaitu melalui bantuan para malaikat (dan diberi-Nya kalian rezeki dari yang baik-baik) berupa ganimah (agar kalian bersyukur) terhadap nikmat-nikmat-Nya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Lubabah alias Marwan bin Abdul Munzir. Nabi ﷺ telah mengutusnya kepada orang-orang Bani Quraizhah dengan membawa pesan darinya, supaya mereka mau tunduk di bawah kekuasaan Nabi ﷺ Maka Abu Lubabah bermusyawarah dengan mereka; akan tetapi ia mengisyaratkan dengan tangannya kepada mereka, bahwa jika mereka tunduk maka hukumannya adalah sembelih (maut). Abu Lubabah sengaja berbuat demikian demi untuk melindungi anak-anak dan harta bendanya yang berada di antara mereka.
Tafsir Surat Al-Anfal: 26
Dan ingatlah (wahai para Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kalian takut orang-orang (Mekah) akan menculik kalian, maka Allah memberi kalian tempat menetap (di Madinah) dan dijadikan-Nya kalian kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kalian rezeki dari yang baik-baik agar kalian bersyukur.
Allah ﷻ mengingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin terhadap nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dan kebajikan-Nya kepada mereka. Pada awalnya mereka berjumlah minoritas, kemudian Allah menjadikan mereka sebagai golongan mayoritas; dan pada mulanya mereka lemah lagi dalam keadaan dicekam rasa takut, kemudian Allah menguatkan mereka dan menolong mereka.
Mereka pun pada mulanya miskin lagi papa, kemudian Allah memberi mereka rezeki dari barang-barang yang baik (halal). Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk bersyukur kepada-Nya, menaati-Nya, dan mengerjakan semua yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Demikianlah keadaan dan kondisi orang-orang mukmin dalam periode Mekah. Mereka minoritas, dicekam oleh rasa takut, tertindas, dan selalu dibayangi oleh rasa takut diculik oleh orang-orang musyrik dari berbagai kawasan, baik mereka orang musyrik ataupun orang Majusi atau orang Romawi, karena semuanya adalah musuh-musuh mereka.
Demikian itu karena jumlah kaum muslim sedikit dan tidak mempunyai kekuatan. Demikianlah keadaan mereka selama itu, hingga Allah mengizinkan mereka untuk hijrah ke Madinah, lalu Allah memberikan tempat tinggal kepada mereka di Madinah, dan menjadikan penduduknya senang kepada mereka, memberikan tempat, dan menolong mereka dalam Perang Badar dan peperangan lainnya. Bahkan penduduk Madinah berbagi harta dengan mereka serta rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Qatadah ibnu Di'amah As-Sudusi rahimahullah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan ingatlah (wahai para Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah).” (Al-Anfal: 26) Kabilah Arab ini pada mulanya adalah manusia yang paling rendah, kehidupannya melarat, perutnya lapar, dan miskin pakaian serta paling jelas kesesatannya. Orang yang hidup di antara mereka kehidupannya celaka dan melarat, dan orang yang mati dari mereka dijerumuskan ke dalam neraka; mereka dimakan dan tidak mendapat makan.
Demi Allah, kami belum pernah mendengar bahwa di masa itu ada penduduk bumi yang lebih buruk kedudukannya daripada mereka. Kemudian hal itu berakhir setelah Allah menurunkan agama Islam kepada mereka. Maka berkat agama Islam itulah Allah menguatkan mereka hingga mempengaruhi di seluruh negeri, dan melalui Islamlah Allah meluaskan rezeki mereka serta menjadikan mereka raja-raja di atas semua manusia.
Berkat Islam pula Allah memberikan banyak hal kepada mereka, seperti yang kalian lihat sendiri. Karena itu, bersyukurlah kalian kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya karena sesungguhnya Tuhan kalian Yang memberikan nikmat suka kepada perbuatan bersyukur, dan orang-orang yang bersyukur selalu beroleh tambahan nikmat dari Allah.
Salah satu bentuk bencana yang menimpa semua pihak'yang terlibat langsung dalam dosa atau tidak'adalah kekacauan dalam masyarakat, kegelisahan dan hilangnya rasa aman, serta penindasan. Ketika hukum itu diabaikan, semua orang merasa cemas sebagaimana pernah dialami masyarakat di Mekah. Oleh karenanya, mereka diingatkan kembali tentang itu agar dapat mensyukuri nikmat Allah. Dan ingatlah wahai kaum muslim'meski saat ini kamu telah menjadi bangsa yang kuat' masa-masa ketika kamu para muhajirin masih berjumlah sedikit, lagi tertindas karena satu dan lain sebab di bumi Mekah, atau di mana saja di persada bumi ini. Dan kamu dicekam rasa takut orang-orang Mekah atau di mana saja yang merupakan musuh-musuhmu akan menculik kamu satu per satu. Kemudian kamu berhijrah atas perintah Allah ke kota Yasrib (Madinah) atau ke mana saja yang ditetapkan Allah, maka Dia memberi kamu tempat menetap di Madinah atau lainnya dan menjadikan kamu kuat dengan pertolongan-Nya, terutama saat terjadi Perang Badar, dan menganugerahkan kepada kamu rezeki berupa harta rampasan perang dan lainnya yang baik-baik agar kamu bersyukur atas pemberian itu dan terus berjuang demi menjunjung tinggi kalimat yang benar.
Bersyukur adalah sebuah keharusan, sebab aneka nikmat tersebut bersumber dari Allah. Tidak bersyukur berarti mengkhianati nikmat tersebut dari Pemberinya, karena itu Allah menyatakan, Wahai orangorang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati, yakni mengurangi sedikit pun hak Allah sehingga mengkufurinya atau tidak mensyukurinya, dan juga jangan mengkhianati Rasul, yakni Nabi Muhammad, tetapi penuhilah seruannya, dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu oleh siapa pun, baik amanat itu ada-lah amanat orang lain maupun keluarga; seperti istri dan anak, muslim atau non-muslim, sedang kamu mengetahui bahwa itu adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara. Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah yang harus dijaga dan dipelihara.
Allah mengingatkan kaum Muslimin kepada nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka pada peristiwa hijrah. Pada saat itu mereka yang berhijrah dari Mekah ke Medinah berjumlah sedikit, dan mereka termasuk golongan yang tertindas. Pada saat permulaan Islam, kaum Muslimin merasa khawatir apabila orang-orang musyrik Quraisy menculik mereka. Kemudian Allah menghilangkan kekhawatiran itu. Allah, memberikan tempat yang aman buat mereka yaitu Medinah. Sesudah itu Allah, memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin sehingga mereka menjadi umat yang kuat, baik berupa pertolongan yang diberikan oleh orang-orang Anshar ketika beliau dan pengikut-pengikutnya berada di Medinah, ataupun bantuan-bantuan Allah yang diberikan ketika mereka berhadapan dengan kaum musyrikin dalam Perang Badar.
Allah juga mengingatkan kepada kaum Muslimin kepada nikmat-Nya yang lain yaitu rezeki yang baik dan halal, baik berupa kemakmuran bumi Medinah yang mereka alami ataupun kemenangan dalam Perang Badar. Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kaum Muslimin yang disebutkan dalam ayat-ayat ini, adalah untuk memberikan rangsangan agar kaum Muslimin mensyukuri nikmat-nikmat itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
AWAS DENGAN BAHAYA FITNAH
Ayat 25
“Dan, jauhilah olehmu suatu fitnah yang tidak akan menimpa orang-orang yang Zalim di antara kamu saja."
Sehubungan dengan peringatan atas kemenangan dalam Peperangan Badar yang dicapai karena ketaatan kepada Allah dan Rasul, persatuan yang bulat, disiplin yang keras laksana baja, lalu diiringi dengan kesediaan tiap-tiap diri menyambut seruan Allah dan Rasul maka di sini diperingatkanlah bahaya besar yang selalu akan mengancam. Yaitu bahaya fitnah. Hendaklah fitnah itu sangat dijauhi dan sangat dijaga jangan sampai kemasukan fitnah, sebab fitnah itu adalah amat berbahaya. Arti yang asal dari fitnah ialah percobaan. Kemudian berartilah dia perpecahan yang timbul di antara sesama sendiri dan keamanan pikiran tidak ada lagi. Di antara sate dengan yang lain timbullah tuduh-menuduh, cemburu-mencem-burui, salah-menyalahkan, sehingga kehancuran timbul dari dalam. Maka, apabila fitnah itu telah menjalar, yang akan kena bukan saja lagi orang yang aniaya atau yang bersalah, atau keladi asal mula fitnah, melainkan meratalah mengenai semua orang, baik orang curang atau pun orang jujur. Yang bersalah atau tidak bersalah, semua terlibat dalam fitnah.
Inilah bahaya besar yang merusakkan kesatuan agama atau kesatuan suatu bangsa atau keteguhan suatu pemerintahan. Sebab, pokok kesatuan suatu umat ialah karena persatuan kepercayaan dan lebih mementingkan kebesaran Allah dari kepentingan diri dan golongan. Jika kepentingan diri dan golongan sudah lebih terkemuka daripada kebesaran Allah, fitnah mesti datang. Akan terjadi huru-hara dan berkecamuk di antara kamu sesama kamu. Maka, yang dibangun selama ini akan runtuh dan hancur.
Berbagai macam riwayat telah diterangkan berkenaan dengan ayat ini. Apa yang di-peringatkan oleh ayat ini telah terjadi setelah Rasulullah ﷺ wafat. Fitnah yang paling besar ialah mati terbunuhnya khalifah yang ketiga, Utsman bin Affan, karena telah ti mbul golongan-golongan yang tidak puas dengan pemerintahan beliau, lalu mengadakan desakan-desakan ke-pada beliau agar gubernur di Mesir diganti, agar gubernur di tempat lain ditukar. Agar beliau jangan terlalu mementingkan mengangkat keluarga beliau sendiri untuk jabatan-jabatan penting. Kemudian setelah beberapa permintaan mereka dikabulkan, datang fitnah besar karena surat yang dikirimkan orang atas nama beliau, memakai cap tanda tangan beliau, menyuruh bunuh utusan yang membawa surah pencopotan gubernur Mesir dan menentukan ganti gubernur baru. Padahal, setelah surat itu diperlihatkan kepada beliau, beliau tidak mengakui, atau tidak tahu-menahu dan tidak pernah memerintahkan membuat surat seperti demikian. Sedang cincin cap beliau dipegang oleh sekretaris beliau, Marwan bin Hakam. Setelah Marwan ditanyai, dia pun mengatakan bahwa tidak ada dia menyuruh buat atau membuat sendiri surat itu. Orang percaya, bahwa dengan menilai keadaan Sayyidina Utsman selama ini, bahwa apa yang beliau katakan adalah benar, yaitu bahwa surat itu dibuat orang atas namanya, padahal beliau tidak tahu-menahu. Akan tetapi, pemberontak tidak mau percaya, sampai rumah beliau dikepung dan beliau dibunuh.
Untuk menetapkan tuduhan kepada Marwan bin Hakam pun tidak ada bukti yang nyata, sehingga sampai kepada zaman kita sekarang ini, ahii-ahli sejarah masih tetap mengakui bahwa siapa sebenarnya yang membuat surat palsu itu adalah gelap. Akan tetapi, kaum pemberontak yang datang dari Mesir itu sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Akhirnya Sayyidina Utsman, Khalifah yang sudah berumur itu mati dibunuh sedang membaca Al-Qur'an. Istri beliau, Nailah, yang mencoba mempertahankan suaminya putus jari-jari tangannya kena pedang. Inilah pangkal fitnah besar yang hebat. Sayyidina Ali diangkat dengan terburu-buru menjadi khalifah oleh suara kaum pemberontak. Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidullah lari meninggalkan Madinah, menuruti ibu kita Aisyah yang sedang pergi naik haji ke Mekah; lalu ketiganya menggabungkan satu kekuatan buat menentang Sayyidina Ali; sebab menurut mereka dia diangkat dengan paksaan, bukan dengan suara sukarela. Dalam pada itu, Muawiyah di Syam (Damaskus) belum mau mengakui keangkatan Ali, dengan dalih menuntut bela atas kematian Utsman, sebab dia adalah keluarga Utsman yang terdekat sama-sama Bani Umaiyah.
Akhirnya tentara Muslimin yang ada di Madinah terpaksa dikerahkan oleh Ali buat menaklukkan Aisyah, Zubair, dan Thalhah terlebih dahulu, sehingga terjadilah Peperangan Unta yang terkenal. Sebab, Aisyah pemimpin peperangan itu dengan menaiki seekor unta.
Sayang sekali Zubair dan Thalhah terbunuh dalam peperangan itu dan Aisyah tertawan, lalu diiringkan kembali ke Madinah.
Selesai itu Ali menghadapkan kekuataan-nya memerangi Muawiyah, yang telah me-nyatupadukan kekuataannya dengan kekuatan Amr bin Ash di Syam. Maka, terjadi pulalah Peperangan Shiffin yang terkenal, yang memusnahkan 35.000 tentara Ali dan 45.000 orang tentara Muawiyah.
Kemudian terjadilah gencatan senjata dan perundingan di Daumatul Jandai di antara utusan Muawiyah dengan utusan Ali. Utusan Muawiyah ialah Amr bin Ash dan utusan Ali ialah Abu Musa al-Asy'ari. Dalam perundingan itu Abu Musa kalah siasat dan Amr bin Ash menang diplomasi. Maka, timbullah satu haluan pemuda yang berhaluan sangat kiri yang bernama “gerakan Khawarij", yang memandang bahwa sebab-sebab timbulnya perpecahan umat ialah tiga orang, yaitu Ah, Mu'awiyah, dan Amr bin Ash. Mereka ber-mufakat hendak membunuh ketiga orang ini. Akan tetapi, yang berhasil sampai terbunuh ialah Ali di Kufah. Amr bin Ash tidak pergi ke masjid di pagi yang nahas itu sebab dia sakit lalu digantikan oleh Kharijah. Maka, Kharijah yang terbunuh. Mu'awiyah keluar juga pagi itu, tetapi ketika diserbu oleh si pembunuh, tidaklah tepat kenanya, hanya mendapat luka enteng.
Maka, dengan sebab fitnah pertama yang timbul di Madinah tadi tidak diawasi permulaan terjadinya, pecah-belahlah kaum Muslimin, yang sampai sekarang ini bekasnya masih dirasai, yaitu dengan timbulnya firqah-firqah dan golongan. Perpecahan di antara kaum Syi'ah dengan kaum Ahlus Sunnah dan kaum Khawarij.
Sebagai tersebut dalam ayat ini, dia telah diperingatkan oleh Allah pada sehabis Peperangan Badar supaya awas, waspada dan pelihara benar-benar jangan sampai kemasukan fitnah, atau provokasi yang akan melemahkan kekuatan. Cobalah perhatikan orang-orang yang sebagai Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidullah. Ketiganya termasuk sahabat pilihan dan termasuk “Sahabat yang Sepuluh". Ikut dalam Peperangan Badar, semua tewas karena perselisihan sesama sendiri. Dan, orang-orang yang masuknya ke dalam Islam terkemudian, terutama Muawiyah, dengan dalih menuntut darah Utsman merebut kuasa mendirikan kerajaan dari keluarganya sendiri Bani Umaiyah.
Di ujung ayat berfirmanlah Allah, “
Dan ketahuilah bahwasanya Allah amatlah pedih siksaan-Nya."
Adzab siksaan Allah yang timbul karena fitnah merupakan adzab dunia yang paling pedih.
Bukan mainlah siksaan batin yang menimpa kaum Muslimin sesudah terjadi fitnah besar pembunuhan Sayyidina Utsman. Seluruh umat terlibat ke dalam kancah perpecahan bertahun-tahun lamanya. Orang-orang penting sebagai pembangun Islam, sejak Utsman, Ali, Zubair, Thalhah, tewas bukah karena perang dengan musuh dari luar, melainkan karena pedang kawan sendiri.
Hanya dua saja orang besar yang tidak mau campur, lalu mengundurkan diri dari sekalian kegiatan politik, yaitu: Sa'ad bin Abu Waqqash dan Abdullah bin Umar.
Padahal ini semuanya terjadi belum 25 tahun setelah Rasulullah ﷺ wafat. Di dalam sebuah riwayat dikabarkan bahwa pernah orang bertanya tentang ayat peringatan fitnah ini kepada Zubair bin Awwam.
Dengan mengeluh beliau menjawab, kami tidak sadar bahwa kamilah rupanya yang dituju oleh ayat ini.
Maka, pada tahun ke-40 Hijriyah, Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan, untuk meredakan suasana dan mencapai keamanan. Tahun ini dinamai orang “Tahun Persatuan" (‘aamul jama'ah).
Namun, ‘aamu) jama'ah itu kemudian terganggu lagi. Sebab, setelah Hasan meninggal, yang kata setengah riwayat kena racun, muncul adiknya H usai n menentang Yazid, anak Mu'awiyah, yang telah diangkat saja oleh ayahnya akan menjadi penggantinya di kala dia masih hidup, dengan kekuatan pedang. Akan tetapi, Husain dengan tentaranya yang kecil, dapat dihancurkan oleh tentara Yazid di Padang Karbala dan Husain sendiri mati terbunuh. Kematian Husain menjadi buah ratap kaum Syi'ah sampai sekarang ini. Dan, Abdullah bin Zubair mendirikan pemerintahan sendiri di Mekah, tidak mengakui kekuasaan Bani Umaiyah di Syam. Dia pun dihancurleburkan oleh tentara Bani Umaiyah di bawah pimpinan Hajjaj bin Yusuf.
Berlarut-larut ujung fitnah itu, sampai kerajaan Bani Umaiyah yang telah berdiri 80 tahun dapat ditumbangkan lagi oleh kekuatan Bani Abbas.
Bekas dan jejak daripada fitnah besar yang pertama, surat palsu yang dibuat orang atas nama Utsman, dan berpangkal dari pemerintahan beliau yang terlalu mengutamakan keluarga, sampai sekarang masih dirasai oleh Dunia Islam. Sebab itu, ayat ini menjadi peringatan bagi kaum Muslimin sebelum terjadinya. Dan, banyak hadits Rasulullah ﷺ memberi peringatan akan bahaya fitnah. Sesudah peringatan Al-Qur'an dan Hadits-hadits Rasulullah ﷺ itu, sudah empat belas abad usia Islam sampai sekarang. Musuh yang paling berbahaya ialah fitnah dari dalam, prasangka, tuduh menuduh, dan provokasi atau intimidasi dari dalam dan dari luar. Melihat betapa besar dan hebatnya fitnah yang datang, sepintas lalu dapatlah dipikirkan sudah lama Islam ini akan hancur dan hilang dari muka bumi, karena tikam menikam sesama sendiri. Syukurlah dia masih utuh dan di dalam hebatnya fitnah sesama sendiri, masih ada yang tidak terlibat, yang terus menjalankan rencana perluasan Islam ke Afrika, bahkan ke Andalusia dan juga ke Asia Tengah, daerah-daerah Samarkand dan Isfahan, Kabul, bahkan sampai masuk ke anak benua India.
Sehingga fitnah-fitnah itu tidaklah sampai merusakkan kepada pokok Islam sendiri, sebab Al-Qur'an masih ada. Namun, demikian, peringatan Allah dalam ayat ini perlulah menjadi pedoman bagi umat Islam di mana-mana, bahwasanya fitnah adalah amat berbahaya. Yang kena bukan saja yang zalim, bahkan meliputi juga kepada orang-orang yang tidak bersalah, dan adzab siksanya amat mendalam bekasnya ke dalam jiwa, telah meremukkan kekuatan Islam di zaman lampau. Sehingga pernah kejadian ada khalifah Bani Abbas di Baghdad, ada khalifah Bani Umaiyah di Andalusia, dan ada khalifah keturunan Ali di Mesir.
Semuanya saling cemburu-mencemburui, yang satu tidak mengaku yang lain, sehingga akhirnya khalifah Baghdad dihancurkan Houlako Khan dari bangsa Mongol. Khalifah Bani Umaiyah di Andalusia runtuh karena orang-orang besarnya tak ada lagi, lalu berganti dengan kerajaan-kerajaan Islam kecil-kecil di tiap-tiap kota, sehingga mudah bagi kerajaan Nasrani mematahkan satu demi satu. Dan, khalifah Fathimiyah di Mesir akhirnya hancur juga karena tidak mendapat sokongan rakyatnya yang bermadzhab Sunnah. Dan, yang paling menyedihkan atas kejatuhan khalifah Bani Abbas di Baghdad, ialah karena perdana menteri adalah orang Syi'ah dan khalifah sendiri orang Sunni. Perdana Menteri berkhianat, memudahkan masuknya musuh ke negeri yang jaya itu. Padahal, dia sendiri pun mati dibunuh oleh tentara musuh yang telah menghancurkan negerinya, karena musuh memandang bahwa orang seperti ini tidak ada perlunya dihidupi.
Islam masih ada dan hidup. Al-Qur'an pun masih utuh. Kita akan membangkitkan Islam kembali. Maka, ayat ini adalah pedoman penting bagi kita, yaitu awaslah bahaya fitnah.
Ayat 26
“Dati, ingatlah olehmu seketika kamu masih sedikit dan ditindas orang di bumi, takut akan diperkucilkan orang."
Ayat ini adalah sambungan, peringatan kepada kaum Muslimin sehabis Peperangan Badar. Sesudah diberi peringatan supaya berawas diri dari bahaya fitnah, diperingatkan bagaimana nasib mereka sebelum Islam tegak dengan kekuasaannya yang gemilang itu. Tidak ada lagi satu bahagian pun dari jazirah Arab itu pada masa itu yang tegak berdiri merdeka, kecuali di Mekah yang sedikit itu. Di timur, Arabia sudah di bawah kekuasaan Parsi, di utara di bawah kekuasaan Romawi, di selatan di bawah kekuasaan Habsyi. Yang tinggal merdeka hanya sedikit di sebelah barat, yaitu Mekah dan sekitarnya. Hanya yang sedikit itulah, itu pun ditindas orang pula, sehingga pernah Ka'bah hendak dihancurkan oleh tentara Abrahah, Panglima Perang Habsyi yang datang dari Yaman. Sehingga sejak itu rasa takutlah yang meliputi hati penduduk, takut akan diperculikkan orang, yaitu bangsa Parsi, Romawi, dan Habsyi.
“Maka, Dia telah memperlindungi kamu dan menyokong kamu dengan pertolongan-Nya dan dikaruniai-Nya kamu dengan sebagian yang baik-baik; supaya kamu berterima kasih."
Inilah peringatan Allah kepada kaum Muslimin, dan peringatan lagi bagi kaum Musyrikin yang masih menentang Islam bahwa sesudah peperangan Badar keadaan telah berubah. Bangkitnya Islam adalah satu zaman baru bagi bangsa Arab. Kepada orang Muhajirin yang terpaksa pindah dari Mekah ke Madinah, ayat ini memperingatkan nikmat Allah kepada mereka, sebab Allah telah melindungi mereka dari sebab kaum Anshar telah bersedia menerima mereka supaya hidup bersama menegakkan Islam di Madinah. Dan, Allah menyokong kamu, yaitu dengan kemenangan yang gilang-gemilang di Peperangan Badar itu; dan mereka, Muhajirin dan Anshar diberi rezeki yang baik-baik, yaitu rampasan perang yang benar-benar diambil dengan tenaga perjuangan. Semuanya itu hendaklah mereka syukuri.
Menurut riwayat dari Ibnul Mundzir dan Abusy-Syaikh dan Ibnu jarir, dari Qatadah, ketika beliau menafsirkan ayat ini, “Dan ingatlah olehmu ketika kamu masih sedikit" dan seterusnya, beliau berkata, “Penduduk negeri ini (Mekah, peny) dahulunya adalah rendah serendah-rendahnya, hidup yang paling melarat, perut yang paling lapar, badan telanjang, otak pun gelap. Tertegun di atas puncak batu, di antara dua kekuasaan, yaitu Parsi dan Romawi." Tidak ada, demi Allah, di dalam negeri mereka apa yang akan dikagumkan orang; yang hidup hiduplah dalam kemelaratan. Yang mati pergilah masuk neraka. Hanya dimakan orang saja, tidak pernah memakan. Tidak ada, demi Allah, satu kabilah pun di muka bumi ini yang lebih sengsara kehidupannya daripada mereka, sampai datangnya Islam. Maka, setelah Islam datang, berkuasalah mereka dalam negeri dan diluaskanlah oleh Allah rezeki untuk mereka, dan telah dijadikan-Nya kamu jadi raja di atas leher manusia. Dengan sebab Islamlah Allah Ta'aala telah memberikan kepada kamu apa yang kamu lihat sekarang ini. Oleh sebab itu, syukurilah Allah atas nikmat-Nya itu kepada orang-orang yang bersyukur; dan orang-orang yang bersyukur selalu akan ditambahi oleh Allah nikmatnya atas mereka." Demikian tafsiran Qatadah.
Menurut riwayat Abusy-Syaikh pula, bahwa Ibnu Jarir menafsirkan bunyi ayat: “Di-perkucilkan orang kamu." Dilarikan orang ke sana kemari, ditentukan, bukan menentukan, yaitu di Mekah di zaman jahiliyyah. “Maka, Dia telah melindungi kamu," yaitu dengan sebab datangnya agama Islam. Dan, menurut Ibnu Abbas pula, ditanyai orang Rasulullah ﷺ siapakah yang dimaksud dengan kata diper-kucilkan orang? Dan siapa yang dimaksud dengan orang itu? Rasulullah menjawab, “Ialah orang Parsi!"
As-Suddi menafsirkan “diberiperlindungan kamu" ialah perlindungan karena terbuka hati orang Anshar menerima mereka di Madinah dan “menyokong kamu dengan pertolongan-Nya," ialah pertolongan karena kemenangan di Perang Badar.
Maka, kumpulan ayat ini, sejak dari peringatan supaya berawas diri dari bahaya fitnah, lalu disambut dengan ayat ini, memperingatkan kepada kaum Muslimin di zaman Rasul tentang perubahan nasib mereka, daripada bangsa yang hina-dina, tidak dihargai orang, malahan ditindas dan diperkucilkan; kemudian menjadi bangsa besar karena Islam, sampai menguasai sebahagian besar dunia, patutlah menjadi peringatan lagi bagi seluruh kaum Muslimin di zaman kita. Berpuluh bahkan beratus tahun negeri-negeri Islam jatuh dalam cengkeraman bangsa-bangsa lain yang kuat dan gagah, diperkucilkan dan ditindas.
Maka, sekarang, Alhamdulillah, telah merdekalah sebagian besar dari negeri Islam, dan termasuklah negeri Islam Indonesia. Maka, awaslah diri dri fitnah dan syukuri Allah atas nikmat kemerdekaan yang telah diberikan, dan jadikanlah kemerdekaan itu menjadi jembatan emas untuk mencapai tujuan yang terakhir, yaitu menegakkan ridha Allah dalam negeri sendiri dan untuk memancarkan pula sinarnya ke seluruh dunia.
Al-Qur'an sebagai pedoman pertama masih ada. Dan, kita akan bangkit kembali, menyambung perjuangan Muhammad ﷺ menegakkan kebenaran dan keadilan di atas permukaan bumi ini.