Al-Munafiqun: 10

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَأَنفِقُواْ
dan nafkahkan/belanjakan
مِن
dari
مَّا
apa
رَزَقۡنَٰكُم
Kami rizkikan kepadamu
مِّن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَ
datang
أَحَدَكُمُ
salah satu dari kamu
ٱلۡمَوۡتُ
kematian
فَيَقُولَ
lalu dia berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
لَوۡلَآ
mengapa tidak
أَخَّرۡتَنِيٓ
Engkau akhirkan/undurkan aku
إِلَىٰٓ
sampai
أَجَلٖ
waktu
قَرِيبٖ
dekat
فَأَصَّدَّقَ
maka aku akan bersedekah
وَأَكُن
dan jadilah aku
مِّنَ
dari
ٱلصَّـٰلِحِينَ
orang-orang yang saleh

Terjemahan

Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.”

Tafsir

Tafsir Surat Al-Munafiqun: 9-11 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk banyak berzikir mengingat-Nya, dan melarang mereka menyibukkan diri dengan harta dan anak-anak sehingga melupakan zikir kepada Allah. Dan juga Allah memberitahukan kepada mereka bahwa barang siapa yang terlena dengan kesenangan dunia dan perhiasannya hingga melupakan ketaatan kepada Tuhannya dan mengingat-Nya yang merupakan tujuan utama dari penciptaan dirinya, maka sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang merugi. Yakni merugikan dirinya sendiri dan keluarganya kelak di hari kiamat. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menganjurkan mereka untuk berinfak dijalan ketaatan kepada-Nya. Untuk itu Allah berfirman: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Munafiqun: 10) Setiap orang yang melalaikan kewajiban pasti akan merasa menyesal di saat meregang nyawanya, dan meminta agar usianya diperpanjang sekalipun hanya sebentar untuk bertobat dan menyusul semua amal yang dilewatkannya. Tetapi alangkah jauhnya, karena nasi telah menjadi bubur, masing-masing orang akan menyesali kelalaiannya. Adapun terhadap orang-orang kafir, keadaan mereka adalah sebagaimana disebutkan oleh firman-Nya: Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikan kami ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan), "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (Ibrahim: 44) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Muminun: 99-100) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Munafiqun: 11) Yakni tidak memberi tangguh kepada seorang pun bila telah datang saat ajalnya. Dan Dia mengetahui terhadap orang yang berkata sejujurnya dalam permintaannya dari kalangan orang-orang yang seandainya dikembalikan niscaya akan mengulangi perbuatan jahat yang sebelumnya Karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Munafiqun: 11) Abu Isa At-Turmirzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Abu Janab Al-Kalabi, dari Adh-Dhahhak ibnu Muzahim, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa barang siapa yang mempunyai harta yang cukup untuk menghantarkannya sampai ke tempat suci guna menunaikan ibadah haji, atau mempunyai harta yang telah wajib dizakati, lalu dia tidak mengerjakannya, niscaya dia akah meminta untuk dikembalikan hidup ke dunia lagi di saat menjelang kematiannya. Maka ada seorang lelaki yang memotong, "Wahai Ibnu Abbas, bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya orang yang meminta untuk dikembalikan ke dunia itu hanyalah orang-orang kafir." Maka Ibnu Abbas menjawab, "Aku akan membacakan kepadamu hal yang menerangkannya dari Kitabullah," yaitu firman-Nya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harictmu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, '' Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Munafiqun: 9-10) sampai dengan firman-Nya: Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Munafiqun: 11) Lelaki itu bertanya, "Berapakah jumlah harta yang wajib dizakati?" Ibnu Abbas menjawab, "Apabila telah mencapai jumlah dua ratus (dirham) dan selebihnya." Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang mewajibkan seseorang harus menunaikan ibadah haji?" Ibnu Abbas menjawab, "Bila telah mempunyai bekal dan kendaraan." Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ats-Tsauri, dari Yahya ibnu Abu Hayyah alias Abu Janab Al-Kalabi, dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ dengan sanad yang semisal. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Sufyan ibnu Uyaynah dan lain-lainnya dari Abu Janab Al-Kalabi, dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas dan dikategorikan termasuk perkataan Ibnu Abbas; dan riwayat inilah yang paling shahih. Abu Janab Al-Kalabi dinilai dha’if. Menurut hemat kami, riwayat Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas terdapat inqita' (mata rantai perawi yang terputus); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Nufail, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu ‘Atha’, dari Maslamah Al-Juhani, dari pamannya (yakni Abu Misyja'ah ibnu Rib'i), dari Abu Darda yang mengatakan bahwa kami membincangkan tentang penambahan usia di hadapan Rasulullah ﷺ Maka beliau ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menangguhkan usia seseorang apabila telah tiba saat ajalnya. Sesungguhnya penambahan usia itu hanyalah bila Allah memberi kepada seseorang hamba keturunan yang saleh yang mendoakan untuknya, maka doa mereka sampai kepadanya di alam kuburnya. Demikianlah akhir tafsir surat Al-Munafiqun, segala puji dan karunia adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya dimohonkan taufik dan pemeliharaan."

Al-Munafiqun: 10

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat