Al-Qamar: 2

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَإِن
Dan jika
يَرَوۡاْ
melihat
ءَايَةٗ
tanda (mu'jizat)
يُعۡرِضُواْ
mereka berpaling
وَيَقُولُواْ
berkata
سِحۡرٞ
(Ini adalah) sihir
مُّسۡتَمِرّٞ
yang terus menerus

Terjemahan

Jika mereka (kaum musyrik Makkah) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.”

Tafsir

Tafsir Surat Al-Qamar: 1-5 Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). Itulah suatu hikmat yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka) Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang dekatnya hari kiamat dan habisnya usia dunia serta keruntuhannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Telah pasti datangnya ketetapan Allah. (An-Nahl: l) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Banyak hadits yang menerangkan hal ini. Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mus'anna dan Amr ibnul Ala. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah ﷺ di suatu hari berkhotbah kepada para sahabatnya di saat mentari hampir saja tenggelam, dan tiada yang masih kelihatan darinya kecuali hanya sebagian kecil saja. Maka beliau bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, tiada yang tersisa dari usia dunia ini terhadap masa-masa yang telah dilaluinya, melainkan seperti tersisanya waktu dari hari kalian sekarang terhadap waktu-waktu yang telah dilaluinya, dan tiada yang dapat kita lihat dari mentari ini kecuali hanya sebagian kecilnya. Menurut hemat kami, hadits ini bersumber dari Khalaf ibnu Musa ibnu Khalaf yang tuna netra, dari ayahnya. Ibnu Hibban telah menyebutkannya di antara perawi-perawi yang berpredikat siqah, dan mengatakan bahwa barangkali dia keliru (ada hadits lain yang menguatkan dan menafsirkan pengertiannya). Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Dakin, telah menceritakan kepada kami Syarik, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan, "Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Nabi ﷺ di saat mentari berada di atas Qu'aiqa'an selepas waktu atsar, maka bersabdalah beliau ﷺ: 'Tiadalah usia kalian bila dibandingkan dengan usia orang-orang yang sebelum kalian melainkan seperti waktu yang tersisa dari siang hari ini dibandingkan dengan waktu-waktu yang telah dilaluinya (sejak pagi hari)'." " (1) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mitraf, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Aku diutus sedangkan (antara) aku dan hari kiamat seperti ini. seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengahnya. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadits ini melalui Abu Hazim alias Salamah ibnu Dinar. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Khalid, dari Wahb As-Siwa'i yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Aku diutus sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat sama dengan jarak antara jari ini dan jari ini, yang hampir saja mendahuluiku. Yakni sangat dekat. Al-A'masy (perawi) mengatakan hadits ini seraya menggabungkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Ubaidillah yang mengatakan bahwa Anas ibnu Malik datang kepada Al-Walid ibnu Abdul Malik, lalu bertanya kepadanya tentang apa yang pernah ia dengar dari Rasulullah ﷺ tentang hari kiamat. Maka Al-Walid ibnu Abdul Malik menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Kalian dan hari kiamat sama dengan (jarak) kedua (jari) ini. Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini secara tunggal, dan hadits ini mempunyai syahid (bukti) yang membenarkannya di dalam kitab shahih tentang nama-nama Nabi Muhammad ﷺ, bahwa beliau ﷺ adalah Al-Hasyir, artinya seorang manusia yang digiring di bawah kedua telapak kakinya (kelak di hari kiamat). Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Hilal, dari Khalid ibnu Umairyang mengatakan bahwa Atabah ibnu Gazwan berkhotbah. Bahz mengatakan bahwa Atabah mengatakan bahwa sebelumnya Rasulullah ﷺ berkhotbah kepada kami, beliau memulainya dengan membaca hamdalah dan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala, lalu bersabda, "Amma Ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah dekat akan berakhirnya dan habis usianya serta tiada yang tersisa melainkan hanya tinggal seperti satu tegukan lagi yang diteguk oleh pemiliknya dari wadahnya, dan sesungguhnya kalian bakal pindah darinya ke negeri yang tidak akan fana selamanya. Maka berpindahlah kalian kepadanya, kami hanya berharap semoga kalian dalam keadaan baik-baik. Karena sesungguhnya telah diceritakan kepada kami bahwa batu yang dilemparkan dari tepi Jahanam, lalu batu itu terjatuh ke dalamnya selama tujuh puluh tahun, masih juga belum sampai ke dasarnya. Demi Allah, kalian benar-benar akan memenuhinya, tentu kalian merasa heran mengapa. Dan demi Allah, telah diriwayatkan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang kepadanya suatu hari yang di hari itu pintu surga penuh sesak (dengan orang-orang yang memasukinya)," hingga akhir hadits. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini secara munfarid. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami ‘Atha’ ibnus Sa'ib, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami yang mengatakan, "Kami turun istirahat di dekat Mada-in sejauh satu farsakh darinya. Maka datanglah hari Jumat, lalu ayahku dan juga aku menghadiri shalat Jumat, sedangkan berkhotbah adalah Huzaifah. Ia mengatakan dalam khotbahnya, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya hari kiamat itu telah dekat. Dan ingatlah, sesungguhnya telah terbelah bulan. Ingatlah, sesungguhnya dunia ini akan berakhir. Dan ingatlah bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi dan besok adalah hari perlombaan.' Maka aku bertanya kepada ayahku, "Apakah benar besok manusia berlomba-lomba?" Ayahku menjawab, 'Wahai anakku; betapa bodohnya kamu, sesungguhnya yang dimaksud dengan perlombaan adalah perlombaan dengan amal perbuatan masing-masing.' Kemudian datanglah Jumat berikutnya, dan kami pun menghadirinya. Lalu Huzaifah kembali berkhotbah, yang antara lain mengatakan, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya dunia ini telah dekat masa akhirnya. Ingatlah, sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi dan besok hari berlomba. Ingatlah, sesungguhnya tujuan itu adalah neraka dan orang yang selamat adalah orang yang lebih dahulu ke surga'." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Hal ini terjadi di masa Rasulullah ﷺ, seperti yang disebutkan di dalam hadits-hadits mutawatir dengan sanad-sanad yang shahih. Di dalam kitab shahih telah disebutkan dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Ada lima perkara yang telah berlalu (terjadi), yaitu (kemenangan) Romawi (atas Persia), Ad-Dukhan (awan putih), Al-Lizam, Al-Batsyah, dan Al-Qamar (terbelahnya rembulan)." Dan sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa terbelahnya rembulan telah terjadi di masa Nabi ﷺ, dan peristiwa tersebut merupakan salah satu dari mukjizat yang cemerlang. Riwayat Anas ibnu Malik. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa penduduk Mekah (kaum musyrik) pernah meminta kepada Nabi ﷺ untuk memperlihatkan suatu tanda (mukjizat), maka terbelahlah rembulan di Mekah sebanyak dua kali, dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Oamar: 1) Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Muhammad ibnu Rafi, dari Abdur Razzaq. Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mufaddal, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa penduduk Mekah pernah meminta kepada Rasulullah ﷺ untuk memperlihatkan kepada mereka suatu mukjizat yang membenarkan kenabiannya, maka Nabi ﷺ memperlihatkan kepada mereka rembulan terbelah menjadi dua bagian sehingga mereka melihat kekosongan di antara keduanya. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadits Yunus ibnu Muhammad Al-Mu'addib, dari Syaiban, dari Qatadah. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadits Abu Dawud At-Tayalisi dan Yahya Al-Qattan serta selain keduanya, dari Syu'bah, dari Qatadah dengan sanad yang sama. Riwayat Jabir ibnu Mut'im Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang mengatakan bahwa di masa Rasulullah ﷺ rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian; satu bagian di atas suatu bukit, dan bagian yang lain berada di atas bukit yang lain. Lalu mereka (orang-orang musyrik) mengatakan, "Muhammad telah menyihir kami." Sebagian dari mereka menjawab, "Jika apa yang dilakukan Muhammad itu adalah sihir, tidak mungkin ia dapat menyihir kita semuanya." Imam Ahmad meriwayatkannya dari jalur ini secara tunggal; dan Imam Baihaqi meng-isnad-kannyadi dalam kitab Dala-il-nya melalui jalur Muhammad ibnu Kasir, dari saudaranya Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur Rahman. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadits Muhammad ibnu Fudail dan lain-lainnya, dari Husain dengan sanad yang sama. Imam Baihaqi telah meriwayatkannya pula melalui jalur Ibrahim ibnuTahman dan Hasyim, keduanya dari Husain, dari Jubair ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya, dari kakeknya, lalu disebutkan hal yang semisal. Riwayat Abdullah ibnu Abbas Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Bakr, dari Ja'far, dari Irak ibnu Malik, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa rembulan terbelah di masa Nabi ﷺ Imam Al-Bukhari serta Imam Muslim telah meriwayatkan pula hadits ini melalui Bakr ibnu Mudar, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Irak dengan sanad dan lafal yang semisal. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mus'anna, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (Mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.(Al-Qamar: 1-2) Bahwa hal itu telah berlalu, kejadiannya sebelum masa Hijrah, rembulan terbelah hingga mereka melihat kedua belahannya. Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syakar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pernah terjadi gerhana rembulan di masa Rasulullah ﷺ, maka mereka mengatakan bahwa rembulan telah disihir, lalu turunlah firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Sampai dengan firman-Nya: yang terus-menerus. (Al-Qamar: 2) Riwayat Abdullah ibnu Umar. Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafidzh dan Abu Bakar alias Ahmad ibnul Hasan Al-Qadi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Al-Asam, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Jarir, dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Bahwa hal ini terjadi di masa Rasulullah ﷺ, rembulan terbelah menjadi dua; yang sebelah seakan-akan berada di depan bukit, dan yang sebelahnya lagi seakan-akan berada di belakang bukit. Maka Nabi ﷺ bersabda: Ya Allah, saksikanlah. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam At-Tirmidzi melalui berbagai jalur dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid dengan sanad yang sama. Imam Muslim mengatakan seperti riwayat Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud, dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Riwayat Ibnu Mas'ud. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu AbuNajih, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah menjadi dua di masa Rasulullah ﷺ hingga mereka menyaksikannya. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Saksikanlah oleh kalian! Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim melalui hadits Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Keduanya telah mengetengahkan pula melalui hadits Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar alias Abdullah ibnu Sakhbarah, dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ais ibnu Usman ibnu Ais Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami pamanku Yahya ibnu Ais, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari seorang lelaki, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa dahulu kami bersama dengan Rasulullah ﷺ di Mina, lalu rembulan terbelah, yang salah satunya berada di balik bukit. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Saksikanlah, saksikanlah! Imam Al-Bukhari mengatakan bahwa Abud Duha telah meriwayatkan dari Masruq, dari Abdullah di Mekah; Abu Dawud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Al-Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah ﷺ, maka orang-orang Quraisy berkata, "Ini adalah perbuatan sihir Ibnu Abu Kabsyah (yakni Nabi ﷺ)." Maka orang-orang mengatakan, "Sekarang tunggulah apa yang akan disampaikan oleh kaum musafir itu, karena sesungguhnya Muhammad tidak akan dapat menyihir semua orang." Ketika kaum musafir itu datang kepada mereka, ternyata mereka menyaksikan hal yang sama. Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafidzh, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas alias Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan terbelah di Mekah hingga menjadi dua belahan. Lalu orang-orang kafir Quraisy penduduk Mekah berkata, "Ini adalah perbuatan sihir yang dilancarkan terhadap kalian oleh Ibnu Abu Kabsyah. Sekarang tunggulah para musafir itu; jika ternyata mereka menyaksikan hal yang sama dengan kalian, berarti dia (Nabi ﷺ) benar. Dan jika mereka tidak menyaksikan seperti apa yang kalian saksikan, berarti itu adalah sihir yang dilancarkan olehnya terhadap kalian." Kemudian ketika kaum musafir itu tiba dari berbagai arah, mereka ditanya, dan ternyata mereka pun telah melihat hal yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadits Al-Mugirah dengan sanad yang sama, tetapi ditambahkan bahwa lalu Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Muhammad ibnu Sirin; ia pernah mendapat berita bahwa Ibnu Mas'ud telah mengatakan bahwa sesungguhnya rembulan pernah terbelah. Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang telah menceritakan bahwa sesungguhnya ia menyaksikan bukit pada saat rembulan terbelah dari celah belahannya. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Mu'ammal, dari Israil, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah ﷺ hingga ia melihat bukit di antara belahan rembulan itu. Al-Laits telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah ﷺ Maka Nabi ﷺ bersabda kepada Abu Bakar: Saksikanlah, wahai Abu Bakar! Maka orang-orang musyrik berkata, "Rembulan telah disihir sehingga terbelah." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda. (Al-Qamar: 2) Yakni dalil, keterangan, dan bukti. mereka berpaling. (Al-Qamar: 2) Yaitu tidak mau tunduk kepadanya, bahkan berpaling darinya dan membuangnya jauh-jauh ke belakang mereka. dan berkata.(Ini adalah) sihir yang terus-menerus." (Al-Qamar: 2) Mereka mengatakan, "Bukti-bukti yang kita lihat ini adalah sihir yang dia lancarkan terhadap kami." Makna mustamir artinya yang segera akan lenyap. Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah serta selain keduanya. Makna yang dimaksud ialah batil lagi akan menyurut, tidak kekal. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka. (Al-Qamar: 3) Mereka mendustakan kebenaran bila kebenaran itu datang kepada mereka, dan mereka hanya mengikuti pendapat dan hawa nafsu mereka sendiri sebagai akibat dari kebodohan dan piciknya akal mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3) Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah bahwa kebaikan itu hanya dilakukan oleh ahli kebaikan, dan keburukan itu hanya dilakukan oleh ahli keburukan. Ibnu Juraij mengatakan bahwa tiap-tiap urusan itu telah ditetapkan atas ahlinya masing-masing. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3) Yakni kelak di hari kiamat. As-Suddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan mustaqar ialah pasti terjadi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah. (Al-Qamar: 4) Yaitu berita-berita dan kisah-kisah tentang umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya dan pembalasan, siksa dan azab yang menimpa mereka, yang semuanya itu telah terdapat di dalam Al-Qur'an yang dibacakan kepada mereka. yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). (Al-Qamar: 4) Maksudnya, pelajaran yang mencegah mereka dari kemusyrikan dan terus-menerus mendustakan rasul-rasul-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: itulah suatu hikmah yang sempurna. (Al-Qamar: 5) Yakni untuk menyatakan mengapa Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia beri petunjuk, dan mengapa Dia menyesatkan orang yang Dia sesatkan. maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5) Artinya, tiada gunanya lagi peringatan-peringatan itu bagi orang yang telah ditakdirkan celaka oleh Allah dan hatinya telah dikunci mati, lalu siapakah lagi yang dapat memberinya petunjuk selain dari Allah? Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.(Al-An'am: 149) Juga seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala: Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: 101)"

Al-Qamar: 2

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat