Maryam: 98

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَكَمۡ
dan berapa banyak
أَهۡلَكۡنَا
telah Kami binasakan
قَبۡلَهُم
sebelum mereka
مِّن
dari
قَرۡنٍ
umat-umat
هَلۡ
apakah
تُحِسُّ
kamu merasa/melihat
مِنۡهُم
dari antara mereka
مِّنۡ
dari
أَحَدٍ
seseorang
أَوۡ
atau
تَسۡمَعُ
kamu mendengar
لَهُمۡ
bagi mereka
رِكۡزَۢا
suara pelan/samar-samar

Terjemahan

Betapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka. Apakah engkau (Nabi Muhammad) melihat salah seorang dari mereka atau mendengar bisikan mereka?

Tafsir

Tafsir Surat Maryam: 96-98 Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang. Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kalian melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar Ayat 96 Allah ﷻ menyebutkan bahwa Dia menjadikan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh, yaitu amal-amal yang diridai oleh Allah ﷻ karena mengikuti tuntunan syariat Nabi Muhammad ﷺ sebagai orang-orang yang dikasihi dan dicintai di kalangan hamba-hamba-Nya yang saleh. Hal ini merupakan suatu kepastian yang telah ditetapkan oleh-Nya, dan telah disebutkan perihalnya oleh banyak hadis sahih dari Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan melalui berbagai jalur. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, telah menceritakan kepada kami Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang bersabda: Sesungguhnya Allah ﷻ apabila mencintai seorang hamba-(Nya), maka Dia memanggil Malaikat Jibril dan berfirman kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya Aku menyukai si Fulan, maka cintailah dia. Jibril mencintainya, kemudian ia berseru ke segenap penduduk langit, bahwa sesungguhnya Allah menyukai si Fulan, maka cintailah dia oleh kalian. Maka seluruh penduduk langit mencintainya, kemudian diletakkanlah baginya cinta dan kasih sayang di bumi dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba-(Nya), maka Dia memanggil Malaikat Jibril dan berfirman kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia olehmu. Maka Malaikat Jibril membencinya, kemudian ia berseru ke segenap penduduk langit, bahwa sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah dia oleh kalian. Maka seluruh penduduk langit membencinya, kemudian diletakkanlah baginya kebencian di bumi. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Suhail. Dan Imam Ahmad serta Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Juraij, dari Musa ibnu Atabah, dari Nafi' maula Ibnu Umar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ dengan lafaz yang seruoa. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Maimun Abu Muhammad Al-Mura-i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abbad Al-Makhzumi, dari Sauban r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Bilamana seorang hamba mencari rida Allah ﷻ dan terus-menerus mencarinya tanpa henti, maka Allah ﷻ berfirman kepada Jibril, "Sesungguhnya si Fulan, hamba-Ku, sedang mencari rida-Ku. Ingatlah, sesungguhnya rahmat-Ku tercurahkan kepadanya.” Maka Malaikat Jibril berkata, "Rahmat Allah tercurahkan kepada si Fulan.” Lalu kalimat yang sama dikatakan oleh para malaikat penyanggah Arasy, dan dikatakan pula oleh para malaikat yang di sekeliling mereka, hingga semua penduduk langit yang tujuh mengatakannya. Kemudian Malaikat Jibril turun ke bumi. Hadis berpredikat garib, mereka tidak mengetengahkannya melalui jalur ini. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Muhammad ibnu Sa'd Al-Wasiti, dari Abu Zabyah, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya cinta itu berasal dari Allah dan ketenarannya dari langit. Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia berfirman kepada Malaikat Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai Fulan.” Maka Jibril berseru, Sesungguhnya Tuhan kalian mencintai si Fulan, maka cintailah dia oleh kalian. (Aswad ibnu Amir mengatakan, ia teringat bahwa Syarik mengatakan bahwa lalu turunlah kecintaan baginya di bumi). Dan apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia berfirman kepada Jibril, "Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia olehmu.” Kemudian Jibril berseru (ke segenap malaikat yang ada di langit), "Sesungguhnya Tuhan kalian membenci si Fulan, maka bencilah dia oleh kalian.” (Syarik mengatakan bahwa) lalu diturunkanlah kebencian baginya di bumi. Hadis berpredikat garib, mereka (para ahli hadis) tidak ada yang mengetengahkannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, dari Sahl ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ bersabda: Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.” Lalu Jibril berseru ke segenap penduduk langit, setelah itu diturunkanlah baginya kecintaan di bumi. Itu adalah makna dari firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96) Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Abdullah ibnu Qutaibah, dari Ad-Darawardi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi sahih. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96) Bahwa wuddan artinya kasih sayang. Mujahid mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan rasa kasih sayang kepada mereka, yakni manusia di dunia mencintai mereka. Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mencintai orang-orang mukmin dan orang-orang mukmin mencintai mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, serta lain-lainnya. Al-Aufi telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa rasa kasih sayang dari orang-orang muslim di dunia dan rezeki yang baik serta lisan yang benar. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96) Bahwa demi Allah, yang dimaksud ialah rasa kasih sayang di dalam hati orang-orang beriman. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Haram ibnu Hayyan pernah mengatakan, "Tidak sekali-kali seorang hamba menghadapkan segenap kalbunya kepada Allah, melainkan Allah akan menjadikan kalbu hamba-hamba-Nya yang beriman menyukainya, sehingga Allah memberinya rezeki kasih sayang kepadanya dari mereka." Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang hamba pun yang beramal baik atau amal buruk, melainkan Allah memakaikan kepadanya buah dari amal perbuatannya yang melekat pada tubuhnya bagai kain selendang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan Al-Basri rahimahullah yang mengatakan bahwa seorang lelaki berkata, "Demi Allah, aku benar-benar akan beribadah kepada Allah yang kelak membuat diriku menjadi buah bibir orang banyak." Sejak itu tidaklah ia terlihat di waktu salat, melainkan sedang dalam keadaan mengerjakan salat. Dan ia selalu menjadi orang pertama yang masuk ke dalam masjid serta orang terakhir yang ke luar darinya; ia lakukan semuanya itu tanpa rasa sombong. Tujuh bulan telah berlalu, sedangkan ia dalam keadaan demikian; dan bila ia lewat di hadapan kaum, maka orang-orang mengatakan, "Lihatlah orang yang pamer dengan ibadahnya ini." Kemudian ia sadar, lalu berjanji kepada dirinya sendiri bahwa perbuatannya itu hanyalah membuat dirinya disebut-sebut dengan sebutan yang buruk. Maka ia berjanji bahwa sungguh sejak saat itu ia mengikhlaskan amalnya karena Allah ﷻ semata. Setelah membalikkan niatnya itu, ia beramal sebagaimana biasanya tanpa menambah dari apa yang ia amalkan sebelumnya. Kemudian pada suatu hari ia melewati orang-orang itu, dan ternyata mereka mengatakan, "Semoga Allah merahmati si Fulan sekarang." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membaca firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96) Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah atsar bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan hijrah yang dilakukan oleh Abdur Rahman ibnu Auf; pendapat yang mengatakan demikian adalah keliru, karena sesungguhnya surat ini seluruhnya adalah Makkiyyah, tidak ada suatu ayat pun dari surat ini diturunkan sesudah hijrah. Bila ada riwayat yang mengatakan demikian, maka sanadnya lemah dan tidak sahih. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Ayat 97 Firman Allah ﷻ: “Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu.” (Maryam: 97) Hai Muhammad, sesungguhnya Kami mudahkan Al-Qur'an ini dengan bahasa Arab yang jelas, fasih lagi sempurna. “Agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa.” (Maryam: 97) Yakni orang-orang yang taat kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya. “Dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” (Maryam: 97) Yaitu kaum yang menyimpang dari jalan yang benar dan cenderung kepada kebatilan. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa makna kaum yang membangkang ialah kaum yang tidak lurus. As-Sauri telah meriwayatkan dari Ismail (yakni As-Saddi), dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” (Maryam: 97) Yakni kaum yang menyimpang dari jalan yang benar. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-aladd ialah kaum yang bersikap memusuhi. Al-Qurazi mengatakan bahwa al-aladd artinya pendusta. Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Kaum yang membangkang.” (Maryam: 97) Yaitu kaum yang tuli. Sedangkan menurut lainnya adalah tuli pendengaran hatinya, yakni hatinya menolak kebenaran dan tidak mau mendengarkannya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Kaum yang membangkang.” (Maryam: 97) Bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Quraisy. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Kaum yang membangkang.” (Maryam: 97) Yaitu kaum yang durhaka. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid. Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-aladd artinya banyak berbuat zalim, lalu ia membaca firman-Nya: “Padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (Al-Baqarah: 204) Ayat 98 Adapun firman Allah ﷻ: “Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka.” (Maryam: 98) Umat-umat yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya. “Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?” (Maryam: 98) Yakni apakah kamu melihat seseorang dari mereka. “Atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar.” (Maryam: 98) Menurut Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid, Rikzan artinya suara. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan, bahwa apakah kamu melihat seseorang atau mendengar suara (mereka). Ar-rikzu menurut istilah bahasa artinya suara yang samar-samar, seperti pengertian yang ada dalam bait syair yang mengatakan: “Ia merindukan bisikan kekasih yang telah pergi darinya, kini ia dilanda sakit rindu.”

Maryam: 98

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat