Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya hanyalah
يَسَّرۡنَٰهُ
Kami memudahkannya
بِلِسَانِكَ
dengan lisan/bahasamu
لِتُبَشِّرَ
agar kamu memberi kabar gembira
بِهِ
dengannya
ٱلۡمُتَّقِينَ
orang-orang yang bertakwa
وَتُنذِرَ
dan kamu memberi peringatan
بِهِۦ
dengannya
قَوۡمٗا
kaum
لُّدّٗا
membantah/membangkang
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya hanyalah
يَسَّرۡنَٰهُ
Kami memudahkannya
بِلِسَانِكَ
dengan lisan/bahasamu
لِتُبَشِّرَ
agar kamu memberi kabar gembira
بِهِ
dengannya
ٱلۡمُتَّقِينَ
orang-orang yang bertakwa
وَتُنذِرَ
dan kamu memberi peringatan
بِهِۦ
dengannya
قَوۡمٗا
kaum
لُّدّٗا
membantah/membangkang
Terjemahan
Sesungguhnya Kami telah memudahkan (Al-Qur’an) itu dengan bahasamu (Nabi Muhammad) agar dengannya engkau memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa dan memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.
Tafsir
(Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan dia) Al-Qur'an itu (dengan bahasamu) bahasa Arab (agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa) yaitu orang-orang yang beruntung memperoleh iman (dan agar kamu memberi peringatan) menakut-nakuti (dengannya kepada kaum yang membangkang). Lafal Luddan adalah bentuk jamak dari lafal Aladdun artinya banyak membantah dengan kebatilan, mereka adalah orang-orang kafir Mekah.
Tafsir Surat Maryam: 96-98
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka.
Adakah kalian melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar Allah ﷻ menyebutkan bahwa Dia menjadikan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh, yaitu amal-amal yang diridai oleh Allah ﷻ karena mengikuti tuntunan syariat Nabi Muhammad ﷺ sebagai orang-orang yang dikasihi dan dicintai di kalangan hamba-hamba-Nya yang saleh. Hal ini merupakan suatu kepastian yang telah ditetapkan oleh-Nya, dan telah disebutkan perihalnya oleh banyak hadis sahih dari Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan melalui berbagai jalur. ". ". ". ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, telah menceritakan kepada kami Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah ﷻ apabila mencintai seorang hamba-(Nya), maka Dia memanggil Malaikat Jibril dan berfirman kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya Aku menyukai si Fulan, maka cintailah dia.Jibril mencintainya, kemudian ia berseru ke segenap penduduk langit, bahwa sesungguhnya Allah menyukai si Fulan, makasukailah dia oleh kalian.
Maka seluruh penduduk langit mencintainya, kemudian diletakkanlah baginya cinta dan kasih sayang di bumi dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba-(Nya), maka Dia memanggil Malaikat Jibril dan berfirman kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia olehmu. Maka Malaikat Jibril membencinya, kemudian ia berseru ke segenap penduduk langit, bahwa sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah dia oleh kalian.
Maka seluruh penduduk langit membencinya, kemudian diletakkanlah baginya kebencian di bumi. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Suhail. Dan Imam Ahmad serta Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Juraij, dari Musa ibnu Atabah, dari Nafi' maula Ibnu Umar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ dengan lafaz yang semisal. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Maimun Abu Muhammad Al-Mura-i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abbad Al-Makhzumi, dari Sauban r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Bilamana seorang hamba mencari rida Allah ﷻ dan terus-menerus mencarinya tanpa henti, maka Allah ﷻ berfirman kepada Jibril, "Sesungguhnya si Fulan, hamba-Ku, sedang mencari rida-Ku. Ingatlah, sesungguhnya rahmat-Ku tercurahkan kepadanya. Maka Malaikat Jibril berkata, "Rahmat Allah tercurahkan kepada si Fulan.
Lalu kalimat yang sama dikatakan oleh para malaikat penyanggah Arasy, dan dikatakan pula oleh para malaikat yang di sekeliling mereka, hingga semua penduduk langit yang tujuh mengatakannya. Kemudian Malaikat Jibril turun ke bumi. Hadis berpredikat garib, mereka tidak mengetengahkannya melalui jalur ini. -: ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Muhammad ibnu Sa'd Al-Wasiti, dari Abu Zabyah, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya cinta itu berasal dari Allah dan ketenarannya dari langit.
Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia berfirman kepada Malaikat Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai Fulan. Maka Jibril berseru, Sesungguhnya Tuhan kalian mencintai si Fulan, maka cintailah dia oleh kalian. (Aswad ibnu Amir mengatakan, ia teringat bahwa Syarik mengatakan bahwa lalu turunlah kecintaan baginya di bumi). Dan apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia berfirman kepada Jibril, "Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia olehmu.
Kemudian Jibril berseru (ke segenap malaikat yang ada di langit), "Sesungguhnya Tuhan kalian membenci si Fulan, maka bencilah dia oleh kalian. (Syarik mengatakan), bahwa lalu diturunkanlah kebencian baginya di bumi. Hadis berpredikat garib, mereka (para ahli hadis) tidak ada yang mengetengahkannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, dari Sahl ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ bersabda: Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.
Lalu Jibril berseru ke segenap penduduk langit, setelah itu diturunkanlah baginya kecintaan di bumi. Yang demikian itu adalah makna dari firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Abdullah ibnu Qutaibah, dari Ad-Darawardi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi sahih.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Bahwa wuddan artinya kasih sayang. Mujahid mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan kasih sayang kepada mereka, yakni manusia di dunia mencintai mereka. Sa!id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mencintai orang-orang mukmin dan orang-orang mukmin mencintai mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, serta lain-lainnya. Al-Aufi telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa kasih sayang dari orang-orang muslim di dunia dan rezeki yang baik serta lisan yang benar. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Bahwa demi Allah, yang dimaksud ialah kasih sayang di dalam hati ahli iman.
Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Haram ibnu Hayyan pernah mengatakan, "Tidak sekali-kali seorang hamba menghadapkan segenap kalbunya kepada Allah, melainkan Allah akan menjadikan kalbu hamba-hamba-Nya yang beriman menyukainya, sehingga Allah memberinya rezeki kasih sayang kepadanya dari mereka." Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang hamba pun yang beramal baik atau amal buruk, melainkan Allah memakaikan kepadanya buah dari amal perbuatannya yang melekat pada tubuhnya bagai kain selendang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan Al-Basri rahimahullah yang mengatakan bahwa seorang lelaki berkata, "Demi Allah, aku benar-benar akan beribadah kepada Allah yang kelak membuat diriku menjadi buah bibir orang banyak." Sejak itu tidaklah ia terlihat di waktu salat, melainkan sedang dalam keadaan mengerjakan salat.
Dan ia selalu menjadi orang pertama yang masuk ke dalam masjid serta orang terakhir yang ke luar darinya; ia lakukan semuanya itu tanpa rasa sombong. Tujuh bulan telah berlalu, sedangkan ia dalam keadaan demikian; dan bila ia lewat di hadapan kaum, maka kaum mengatakan, "Lihatlah orang yang pamer dengan ibadahnya ini." Kemudian ia sadar, lalu berjanji kepada dirinya sendiri bahwa perbuatannya itu hanyalah membuat dirinya disebut-sebut dengan sebutan yang buruk.
Maka ia berjanji bahwa sungguh sejak saat itu ia mengikhlaskan amalnya karena Allah ﷻ semata. Setelah membalikkan niatnya itu, ia beramal sebagaimana biasanya tanpa menambah dari apa yang ia amalkan sebelumnya. Kemudian pada suatu hari ia melewati kaum itu, dan ternyata mereka mengatakan, "Semoga Allah merahmati si Fulan sekarang." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membaca firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah asar bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan hijrah yang dilakukan oleh Abdur Rahman ibnu Auf; pendapat yang mengatakan demikian adalah keliru, karena sesungguhnya surat ini seluruhnya adalah Makkiyyah, tidak ada suatu ayat pun dari surat ini diturunkan sesudah hijrah.
Bila ada riwayat yang mengatakan demikian, maka sanadnya lemah dan tidak sahih. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah ﷻ: Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu. (Maryam: 97) Hai Muhammad, sesungguhnya Kami mudahkan Al-Qur'an ini dengan bahasa Arab yang jelas, fasih lagi sempurna. agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa. (Maryam: 97) Yakni orang-orang yang taat kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya.
dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. Maryam: 97) Yaitu kaum yang menyimpang dari jalan yang hak dan cenderung kepada kebatilan. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa makna kaum yang membangkang ialah kaum yang tidak lurus. As-Sauri telah meriwayatkan dari Ismail (yakni As-Saddi), dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yakni kaum yang menyimpang dari jalan yang hak.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-aladd ialah kaum yang bersikap memusuhi. Al-Qurazi mengatakan bahwa al-aladd artinya pendusta. Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yaitu kaum yang tuli. Sedangkan menurut lainnya adalah tuli pendengaran hatinya, yakni hatinya menolak perkara yang hak dan tidak mau mendengarkannya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Quraisy.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yaitu kaum yang pendurhaka. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid. Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-aladd artinya banyak berbuat aniaya, lalu ia membaca firman-Nya: padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204) Adapun firman Allah ﷻ: Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. (Maryam: 98) yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya.
Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? (Maryam: 98) Yakni apakah kamu melihat seseorang dari mereka. atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar. (Maryam: 98) Menurut Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid, Rikzan artinya suara. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan, bahwa apakah kamu melihat seseorang atau mendengar suara (mereka). Ar-rikzu menurut istilah bahasa artinya suara yang samar-samar, seperti pengertian yang ada dalam bait syair yang mengatakan: ..... Ia merindukan bisikan kekasih yang telah pergi darinya, kini ia dilanda sakit rindu."
Wahai Nabi, maka sampaikanlah janji Allah kepada umatmu bahwa sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu. Yang demikian ini agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira tentang janji dan rahmat Allah kepada orang-orang yang bertakwa yang selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan agar engkau dapat memberi peringatan tentang murka dan hukuman-Nya kepada kaum yang membangkang dan mengingkari ajaran-Nya. 98. Wahai Nabi, sebagai peringatan dan pelajaran bagi para pembangkang itu, kabarkan kepada mereka berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka akibat keingkaran dan kedurhakaan mereka. Kami hancurkan mereka, lalu adakah engkau melihat salah seorang dari mereka atau engkau mendengar bisikan mereka' Tidak! Maka, sebagaimana Kami binasakan umat terdahulu itu, Kami pasti akan membinasakan kaummu yang ingkar.
Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad dan kaumnya gunanya adalah agar mudah bagi Nabi untuk menyampaikan isi dan maksudnya dan mudah pula dipahami oleh kaumnya, karena kepada merekalah pertama kali seruan Islam disampaikan kemudian baru kepada manusia seluruhnya dari berbagai jenis suku dan bahasanya. Al-Qur'an yang berisi peringatan dan kabar gembira, perintah dan larangan, bertujuan memberi hidayah kepada manusia agar bertakwa kepada Allah yaitu beriman kepada-Nya tanpa mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun dan menaati perintahNya, menghentikan larangan-Nya dan selalu mencari keridaan-Nya. Orang-orang yang demikian sifatnya akan dikaruniai Allah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Adapun orang-orang yang ingkar kepada-Nya dan mendustakan Rasul-Nya, mereka akan menerima balasan yang setimpal atas keingkaran dan kedurhakaannya itu baik di dunia maupun di akhirat kelak. Keingkaran umat-umat yang dahulu mendapat balasan di dunia ini dengan menghancurkan dan membinasakan mereka dengan berbagai macam siksa, ada yang berupa gempa yang dahsyat, angin topan, suara keras yang mengguntur dan lain sebagainya, seperti yang ditimpakan kepada kaum `Ad, samud dan kaum Nabi Nuh. Sedangkan bagi umat Muhammad siksaan di dunia ini tidaklah berupa penghancuran dan pembinasaan tetapi dengan menurunkan cobaan dan malapetaka, dengan harapan mereka akan sadar dan insaf lalu kembali kepada kebenaran. Pembalasan di akhirat ialah dengan melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang mukmin yang bertakwa dengan memasukkan mereka ke dalam surga Jannatun Na'im yang penuh nikmat dan kesenangan serta mendapat kasih sayang dan keridaan-Nya.
Bagi orang-orang yang ingkar dan kafir disediakan azab yang pedih yaitu neraka. Sebagai bukti kebenaran ancaman-Nya. Allah menerangkan bahwa telah banyak umat-umat dahulu yang durhaka yang dimusnahkan dan bekas-bekas peninggalan mereka ada yang masih dapat dilihat dan disaksikan sampai sekarang dan ada pula yang tidak ada bekasnya sama sekali. Tetapi yang jelas umat-umat itu telah hancur binasa tiada seorang pun yang tersisa sampai masa kini yang ada hanya beritanya yang dihikayatkan orang secara turun temurun. Berita tentang mereka diceritakan dalam Al-Qur'an dengan jelas, maka kita wajib meyakininya karena sumbernya adalah wahyu Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
IMAN MENIMBULKAN CINTA
Ayat 96
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh."
Iman berkembang di dalam hatinya dan amal yang saleh menjadi gerak dari hidupnya, karena bekas dari iman itu. Sehingga pertemuan di antara iman dan amal saleh itu menyebabkan pribadi Mukmin itu bersih luar dalam.Apayangadadalambatinnya itulah yang terbukti pada sepak terjang kehidupannya.
“Niscaya akan diartikan untuk mereka oleh Allah Pengasih suatu pencintaan."
Arti percintaan di ujung ayat ini ialah bahwa orang beriman dan beramal saleh itu dengan sendirinya tumbuh rasa cinta di hati orang sesama Mukmin terhadap kepada dirinya. Sebab Iman itu menimbulkan sinar dalam batin, dan sinar batin itu melimpah keluar, memancarlah sinar itu kepada wajah, kepada mata, kepada rambut dan kepada seluruh diri, cahaya yang menimbulkan cinta. Sebagaimana tersebut di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Tirmidzi dari Sa'ad bin Abu Waqash dan Abu Hurairah.
“Bahwasanya Nabi ﷺ berkata, “Apabila Allah telah mencintai seorang hamba, dipanggil-Nya Jibril: “Sesungguhnya Aku telah mencintai si Fulan, maka cintai pulalah dia." Berkata ﷺ, Maka menyerulah Jibril itu di langit. Kemudian turunlah kepadanya cinta itu pada penduduk bumi. Itulah maksud sabda Allah, “Akan dijadikan untuk mereka oleh Allah Pengasih suatu percintaan." Dan apabila telah benci Allah kepada seorang hamba, dipanggil-Nya pula Jibril: “Aku telah benci kepada si Fulan," maka diserukannya pulalah di langit, kemudian turunlah kepadanya kebencian itu ke atas bumi." (Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini Hasan, dan dikeluarkan juga hadits dengan arti seperti ini oleh Bukhari dan Muslim dan ditulis juga oleh Imam Malik di dalam al-Muwaththa')
Dan ada pula satu hadits yang dirawikan oleh Abu Bakar bin Sabiq al-Amawi, dengan sanadnya dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
Said bin Jubair menjelaskan pula, “Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai dia, artinya sesama orang beriman."
Al-Aufi menjelaskan lagi menurut riwayat yang diterimanya dari Ibnu Abbas, “Dicintai oleh kaum Muslimin di dunia ini, mendapat rezeki yang baik dan lidah yang jujur."
Sayyidina Ustman bin Affan berkata pula, “Tidaklah seorang hamba mengerjakan amal yang baik ataupun amal yang buruk, melainkan pastilah Allah Yang Mahakuasa akan memperlihatkan bekas amal itu pada laku perangainya."
“Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang yang Mukmin itu rasa dekat dan muka jernih dan rasa cinta dalam hati orang-orang yang saleh dan malaikat-malaikat."
Ibnu Abbas menceritakan tentang kecintaan orang kepada orang yang beriman dan beramal saleh itu demikian."Dijadikan Allah dalam hati hamba-hamba Allah rasa sayang kepadanya. Tidak bertemu dengan dia seorang yang ada iman pula, melainkan terus merasa hormat. Bahkan orang-orang musyrik dan munafik pun terpaksa membesarkannya."
Haram bin Hayyan berkata pula, “Apabila seseorang telah menghadapkan hatinya kepada Allah, Allah pun akan menghadapkan hati orang-orang yang beriman pula kepadanya, sehingga dia mendapat rezeki dengan cinta mereka dan kasih sayang mereka"
Al-Qurthubi memberikan penafsirannya pula: “Bila seseorang telah dicintai orang di dunia ini, di akhirat pun dia akan dicintai juga. Karena Allah tidaklah mencintai, kecuali terhadap orang yang beriman dan bertakwa, dan tidak Dia ridha kecuali kepada orang yang ikhlas dan bersih hati. Moga-moga kita dimasukkan Allah dalam golongan itu dengan karunia dan kasihnya."
Mujahid menjelaskan pula arti cinta Mukmin itu: “Dicintai dia oleh manusia di dunia ini."
Ayat 97
“Maka Kami mudahkan dia dengan lidah engkau."
Yaitu Kami mudahkan Al-Qur'an itu, tidak Kami persukar. Buktinya ialah karena dia diturunkan dengan engkau. Yaitu dengan bahasa engkau. Bahasa yang dipakai itu disebut lidah. Language dalam bahasa Inggris, artinya yang asal ialah lidah juga. Kemudian dipakai untuk pengertian bahasa. Memang dengan lidahlah bahasa itu diucapkan. Orang yang lidahnya kelu tidaklah bersih bahasanya. Apatah lagi lidah dalam membaca AI-Qur'an. Huruf-huruf yang keluar dari sepenuh mulut kita. Tiap-tiap tempat keluar huruf itu dinamai makhraj. Kita disuruh memakai tajwid, yaitu melatih lidah agar kena bacaan huruf itu dan tepat menurut yang dipakai oleh bangsa Arab. Bacaan yang baik itu dinamai Fashih. Dan Nabi Muhammad sendiri pun memang fasih lidahnya mengucapkan Al-Qur'an yang diterimanya sebagai wahyu dari Ilahi itu, sehingga bahasa wahyu yang indah diucapkan oleh lidah yang indah pula.
“Tidak lain ialah supaya engkau timbulkan kegembiraan dengan dia terhadap orang-orang yang bertakwa." Artinya bahwa dengan susun kata wahyu yang indah, dalam bahasa Arab yang dimengerti oleh yang mendengarkan, Rasulullah dapat mencapai hati orang-orang yang bertakwa itu. Karena akan menjadi lebih gembira mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk karena pujian wahyu dengan bahasa mereka sendiri.
“Dan supaya engkau ancam dengan dia orang-orang yang berkeras kepala"
Karena bahasa yang dipakai buat mengancam itu adalah bahasa mereka sendiri, mudah-mudahan mereka pun akan insaf. Dan kalau tidak insaf dan masih saja berkeras kepala, dengan tidak semena-mena menolak kebenaran kecelakaan jualah yang akan menimpa diri mereka.
Keras kepala. Menyeleweng dan jalan yang benar. Membuta tuli.
Ayat 98
“Dan berapa banyak telah Kami binasakan sebelum mereka dari golongan-golongan."
“Dan berapa banyak," artinya telah banyak sekali kurun-kurun, golongan-golongan atau generasi demi generasi yang sebelum kaum Quraisy yang menghalang-halangi merintangi dan menantang Rasul Allah itu yang dibinasakan oleh Allah. Sebabnya sama saja, yaitu bahwa umat-umat atau golongan-golongan yang dibinasakan itu menantang rasul-rasul tidak mau percaya kepada risalah yang dibawa oleh nabi-nabi. Segala daya upaya mereka lakukan, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy sekarang ini, yaitu ketika Rasulullah menyampaikan seruannya. Apa yang kejadian?
Satu demi satu golongan dan generasi itu dihancur-binasakan oleh Allah. Ada yang negerinya seluruhnya dihancurleburkan, baik dengan letusan gunung merapi sehingga mereka ditimpa lahar habis mati. Atau datang angin keras dan dahsyat “si kukut bulu", sehingga bulu pun dapat dikukutnya dari badan karena saking hebatnya. Ada yang dimusnahkan dengan pekik atau teriakan malaikat. Ada yang ditunggang-balikkan negeri itu oleh gempa bumi, yang di atas dikebawahkan dan yang di bawah dikeataskan, dan seluruh penduduk habis binasa. Sedang nabi yang mereka usir dan mereka tolak selamat bersama pengikutnya.
Penghalang nabi-nabi itu telah hilang lenyap, “Adakah (masih) engkau dapati agak seorang dari mereka?" Mana dia Fir'aun yang menjadi kepala bala bencana melawan seruan Nabi Musa dan Harun? Mana dia Raja Namrud yang menolak keras seruan Nabi Ibrahim? Mana dia kelompok penantang Nabi Saleh dalam negeri Tsamud dan kelompok penantang Nabi Hud dalam negeri ‘Ad? Mana dia yang mengancam Nabi Syu'aib karena beliau menyerukan agar kaum saudagar berlaku jujur? Alangkah gagah perkasanya mereka di waktu hidup. Sampai ada yang mendakwakan diri jadi Tuhan. Adakah masih engkau dapati agak seorang di antara mereka?
Tidak ada lagi? Mereka telah hilang di dalam kabut sejarah, namun yang menang ialah kebenaran yang dibawa nabi-nabi juga.
“Atau engkau dengan suara bagi mereka?"
Suara lantang berapi-api mempropagandakan kebesaran diri semasa hidup: mana lagi sekarang? Sorak-sorak riuh-rendah menyambut kebesaran beliau atau menyoraki orang banyak agar takluk kepada kekuasaan beliau: di mana lagi suara itu sekarang? Mengapa tidak kedengaran lagi? Mengapa kalau ada orang yang mengingat itu kembali, orang pun tersenyum mengenangkan kesombongan manusia tertindas habis oleh kebesaran Ilahi.
Memanglah benar apa yang dikatakan orang bahwasanya, “Yang batil itu tidak ada hakikatnya."
Yang batil adalah laksana buih. Mengembang naik dibawa oleh air bah yang mengalir deras, karena derasnya pula hujan di hulu. Namun beberapa saat kemudian, air bah itu pun susut, lalu kering, dan buih air bah itu tidak ditemui orang lagi. Mana yang ada manfaatnya bagi manusia, itulah yang tinggal. Adapun yang buih sirnalah dia diembus angin.
Inilah ayat peringatan dan penutup surah. Peringatan bagi Nabi Muhammad sendiri di dalam beliau menghadapi kesombongan kaum yang musyrik penantang kebenaran. Dan ini pun peringatan bagi setiap orang yang bercita-cita hendak meneruskan perjuangan
nabi-nabi dan rasul-rasul di dunia ini. Karena benarlah sebagai apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali, “Apabila suatu cita-cita besar dan mulia, sulitlah jalannya dan banyaklah yang akan menghalanginya"
Wallahu a'lam bishshawab.