Al-Kahfi: 14

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَرَبَطۡنَا
dan Kami meneguhkan
عَلَىٰ
atas
قُلُوبِهِمۡ
hati mereka
إِذۡ
tatkala
قَامُواْ
mereka berdiri
فَقَالُواْ
maka/lalu mereka berkata
رَبُّنَا
Tuhan kami
رَبُّ
Tuhan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
لَن
tidak
نَّدۡعُوَاْ
kami menyeru
مِن
dari
دُونِهِۦٓ
selain Dia
إِلَٰهٗاۖ
Tuhan
لَّقَدۡ
sesungguhnya
قُلۡنَآ
kami telah mengatakan
إِذٗا
jika demikian
شَطَطًا
jauh dari kebenaran

Terjemahan

Kami meneguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak akan menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”

Tafsir

Tafsir Surat Al-Kahfi: 13-16 Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian tentu telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka itu)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhan kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian. Ayat 13 Dari sini dimulailah penjabaran kisah tentang mereka secara rinci. Allah menyebutkan bahwa mereka adalah sekelompok kaum muda yang menerima kebenaran dan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus dari guru-guru mereka yang saat itu telah berubah jadi durhaka dan tenggelam ke dalam agama kebatilan menjadi sesat. Karena itulah kebanyakan orang yang menyambut baik seruan Allah dan Rasul-Nya adalah dari kalangan kaum muda. Adapun orang-orang tuanya, sebagian besar dari mereka tetap berpegang pada agamanya dan tidak ada yang masuk Islam dari kalangan mereka kecuali sedikit. Demikianlah Allah ﷻ menceritakan tentang para penghuni gua bahwa mereka semua terdiri dari kalangan kaum muda. Mujahid mengatakan, telah sampai berita kepadaku bahwa sebagian dari kalangan mereka ada yang memakai anting-anting. Lalu Allah memberi mereka jalan petunjuk dan menggerakkan hati mereka untuk bertakwa kepada-Nya sehingga mereka beriman kepada Tuhannya, yakni mengakui keesaan Allah dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. “Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13) Berlandaskan kepada dalil ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang semakna, sebagian para imam seperti Imam Bukhari dan lain-lain berpendapat bahwa iman itu berbeda-beda tingkatannya dan iman itu dapat bertambah serta dapat berkurang. Karena itulah disebutkan dalam ayat ini: “Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13). Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah tambahkan petunjuk kepada mereka dan memberi mereka (balasan) ketakwaannya.” (Muhammad: 17). “Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya dan mereka merasa gembira.” (At-Taubah: 124). “Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al-Fath: 4) Dan masih banyak ayat lainnya yang semakna. Menurut suatu kisah, mereka memeluk agama Al-Masih Isa putra Maryam. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Akan tetapi, makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa mereka berada di masa sebelum adanya agama Nasrani. Seandainya mereka memeluk agama Nasrani, tentulah orang-orang Yahudi dari kalangan pendetanya tidak mau mencatat cerita mereka dan hal ikhwal yang dialami oleh para pemuda penghuni gua itu, karena orang-orang Yahudi bertentangan dengan orang-orang Nasrani. Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mengirimkan utusannya kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah dengan maksud meminta berbagai saran dari mereka untuk menguji kebenaran Rasulullah ﷺ. Maka mereka mengutus beberapa orang kaumnya untuk menanyakan kepada Rasulullah ﷺ tentang kisah para pemuda penghuni gua itu, kisah tentang Zul Qarnain dan pertanyaan mengenai roh. Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa kisah para pemuda itu tercatat di dalam kitab-kitab Ahli Kitab dan peristiwa itu terjadi jauh sebelum agama Nasrani lahir. Ayat 14 Firman Allah ﷻ : “Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata, ‘Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi’." (Al-Kahfi: 14) Allah ﷻ menceritakan tentang mereka, "Kami buat mereka dapat bertahan dalam menentang kaumnya dan seluruh penduduk kota tempat tinggal mereka, serta Kami jadikan mereka dapat bersabar dan rela meninggalkan kehidupan makmur dan mewah yang bergelimang dengan kenikmatan di kalangan kaumnya." Kalangan Mufassirin baik dari golongan ulama Salaf maupun Khalaf, tidak hanya seorang dari mereka, mengatakan bahwa para pemuda itu terdiri atas kalangan anak-anak para pembesar Kerajaan Romawi dan pemimpinnya. Disebutkan pula bahwa pada suatu hari mereka keluar menuju tempat perayaan kaumnya; setiap tahun kaumnya selalu mengadakan perayaan di suatu tempat yang terletak di luar kota mereka. Mereka adalah para penyembah berhala dan Thaghut, dan selalu mengadakan kurban penyembelihan hewan untuk berhala sesembahan mereka. Raja mereka saat itu adalah seorang diktator yang keras kepala bernama Dekianus. Ia menganjurkan rakyatnya untuk melakukan hal tersebut, menyeru serta memerintah mereka untuk menyembah berhala dan berkurban untuk berhala. Ketika orang-orang keluar menuju tempat pertemuan mereka di hari raya itu, para pemuda tersebut ikut keluar bersama bapak-bapak mereka dan kaumnya untuk menyaksikan apa yang diperbuat oleh kaumnya dengan mata kepala sendiri. Setelah menyaksikan perayaan itu, mereka menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya yaitu bersujud kepada berhala dan berkurban untuknya tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Maka para pemuda itu meloloskan diri masing-masing dari kaumnya dan memisahkan diri ke tempat yang terpisah jauh dari mereka. Pada mulanya seorang dari mereka duduk bernaung di bawah pohon, lalu datanglah pemuda lain ikut duduk bergabung dengannya. Kemudian datang lagi pemuda yang lain. Demikianlah seterusnya hingga semuanya berkumpul di tempat tersebut, tanpa saling mengenal di antara sesama mereka. Sesungguhnya motivasi yang mendorong mereka berkumpul di tempat itu tiada lain dorongan hati mereka yang beriman, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta'liq, melalui hadits Yahya ibnu Said, dari Amrah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Roh-roh itu bagaikan pasukan yang terlatih; maka yang saling kenal diantara mereka akan menjadi rukun dan yang tidak saling kenal akan bertentangan.” Imam Muslim telah mengemukakan pula hadits ini di dalam kitab shahihnya melalui riwayat Suhail, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ. Dan orang-orang mengatakan bahwa kebangsaan adalah motivasi persatuan. Masing-masing mereka menutup diri dari yang lainnya karena takut rahasia pribadinya terbuka, sedangkan dia tidak mengetahui apakah temannya itu seakidah dengannya atau bukan. Akhirnya salah seorang dari mereka memberanikan diri berkata, "Hai kaumku, kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya tiada yang menjauhkan kalian dari kaum kalian hingga kalian memisahkan diri dari mereka kecuali karena suatu alasan, maka hendaklah kita mengutarakan tujuannya masing-masing." Seorang dari mereka menjawab, "Sesungguhnya saya, demi Allah, setelah melihat apa yang dilakukan oleh kaumku saya menyimpulkan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah batil. Karena sesungguhnya yang berhak disembah semata dan tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatupun hanyalah Allah, yang telah menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya." Yang lainnya juga berkata, "Saya pun mempunyai pemikiran yang sama dengan apa yang dia katakan," dan yang lainnya lagi mengatakan hal yang sama, hingga mereka semua sepakat dalam satu kalimat dan ternyata mereka senasib dan sepenanggungan; mereka menjadi bersaudara yang sebenarnya dalam ikatan iman. Lalu mereka membangun sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Allah. Tetapi kaum mereka mengetahuinya dan melaporkan keadaan mereka kepada raja mereka. Raja memanggil mereka, lalu menanyai urusan mereka dan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka menjawab dengan jawaban yang benar dan menyeru raja untuk menyembah Allah ﷻ. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya: "Dan Kami teguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, ‘Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia’." (Al-Kahfi: 14). Kata 'lan' menunjukkan makna negatif untuk selamanya, yakni kami sama sekali tidak akan melakukan penyembahan kepada selain-Nya untuk selama-lamanya. Karena sesungguhnya jika kami berbuat demikian, maka tentulah apa yang kami lakukan itu adalah hal yang batil. Maka pada akhir ayat ini disebutkan dalam firman-Nya: "Sesungguhnya kami kalau demikian tentu telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran" (Al-Kahfi: 14) yakni batil, dusta, dan bohong. Ayat 15 “Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka itu)?” (Al-Kahfi: 15). Dengan kata lain, mereka tidak bisa mengemukakan alasan yang jelas dan benar untuk membuktikan kebenaran pendapat mereka itu. “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15). Sebenarnya merekalah orang-orang yang zalim lagi dusta dalam ucapannya itu. Alkisah, tatkala raja mereka diseru dan diajak oleh mereka untuk beriman kepada Allah, ia menolak dan bahkan mengancam serta menakut-nakuti mereka dengan mengeluarkan perintah agar pakaian tradisi kaum mereka dilucuti dari mereka. Kemudian raja memberi mereka masa tangguh untuk memikirkan keadaan mereka, barangkali saja mereka mau kembali kepada agama kaumnya. Kesempatan ini merupakan belas kasih dari Allah kepada mereka, yang kemudian mereka jadikan peluang untuk melarikan diri dari raja mereka dengan membawa agama mereka agar selamat dari fitnah. Memang sikap demikianlah yang diperintahkan oleh syariat di saat fitnah melanda manusia, yaitu hendaknya seseorang melarikan diri dari kaumnya demi menyelamatkan agamanya, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis berikut ini: “Sudah dekat masanya akan terjadi harta yang paling baik bagi seseorang di antara kalian adalah ternak yang ia bawa menelusuri lereng-lereng bukit dan tempat-tempat turunnya hujan, melarikan diri dari fitnah demi menyelamatkan agamanya.” Dalam keadaan seperti itu disyariatkan untuk mengisolasi diri dari manusia, lain dari itu tidak, karena kalau begitu berarti memisahkan diri dari jamaah dan persatuan. Setelah tekad mereka bulat untuk lari meninggalkan kaumnya, maka Allah ﷻ memudahkan mereka melakukan itu seperti yang dikisahkan dalam firman-Nya: Ayat 16 “Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah” (Al-Kahfi: 16) Yakni bila kalian menentang mereka dan memisahkan diri dari mereka dalam hal beragama, maka pisahkanlah diri kalian dari mereka. “Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhan kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya” (Al-Kahfi: 16). Artinya, Tuhan kalian pasti akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian dan menyembunyikan kalian dari kaum kalian. “Dan menyediakan bagi kalian dalam urusan kalian” (Al-Kahfi: 16) yang sedang kalian kerjakan. “Sesuatu yang berguna” (Al-Kahfi: 16). Yakni hal yang berguna dan bermanfaat bagi tujuan kalian. Maka pada saat itulah mereka melarikan diri dari kaumnya dan berlindung di dalam sebuah gua. Ketika kaum mereka merasa kehilangan mereka, raja mereka mencari-cari mereka. Menurut suatu riwayat, si raja tidak berhasil menemukan mereka karena Allah menjadikan mata raja itu tidak dapat melihat mereka, seperti yang Dia lakukan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan sahabat Abu Bakar As-Siddiq saat keduanya bersembunyi di dalam gua Sur. Orang-orang musyrik Quraisy datang mencari mereka berdua, tetapi mereka tidak dapat menemukan keduanya, padahal mereka melewati jalan yang dilalui keduanya. Saat itu Nabi ﷺ melihat ketakutan yang mencekam diri sahabat Abu Bakar melalui ucapannya, "Wahai Rasulullah, seandainya seorang dari mereka melihat ke arah tempat telapak kakinya tentulah dia dapat melihat kita." Tetapi Rasulullah ﷺ bersabda: "Hai Abu Bakar, apakah yang mengkhawatirkanmu terhadap dua orang, sedangkan yang ketiganya adalah Allah?" Peristiwa itu diabadikan Allah ﷻ melalui firman-Nya: “Jika kalian tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mekah), sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,‘Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah beserta kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya. Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah dan kalimat Allah itu tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 40). Kisah gua tempat Nabi ﷺ bersembunyi lebih mulia, lebih terhormat, lebih agung dan lebih mengagumkan daripada kisah para pemuda penghuni gua itu. Menurut suatu pendapat, kaum para pemuda itu dapat menemukan mereka, lalu mereka berdiri di depan pintu gua tempat para pemuda itu bersembunyi. Kaum mereka berkata, "Kami tidak mau menghukum mereka dengan hukuman yang lebih berat daripada apa yang mereka perbuat terhadap diri mereka sendiri." Kemudian raja mereka memerintahkan agar gua itu ditimbun dan ditutup pintunya agar mereka binasa di dalamnya. Maka kaum para pemuda itu melaksanakan perintah rajanya. Akan tetapi, pendapat ini perlu dipertanyakan kebenarannya. Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya, karena sesungguhnya Allah telah menceritakan bahwa matahari dapat menyinari mereka melalui pintu gua di setiap pagi dan petang seperti yang disebutkan di dalam ayat berikut.

Al-Kahfi: 14

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat