Al-Kahfi: 1

Ayat

Terjemahan Per Kata
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِ
bagi Allah
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنزَلَ
telah menurunkan
عَلَىٰ
atas/kepada
عَبۡدِهِ
hambaNya
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
وَلَمۡ
dan tidak
يَجۡعَل
Dia menjadikan
لَّهُۥ
baginya
عِوَجَاۜ
bengkok

Terjemahan

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab Suci (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak membuat padanya sedikit pun kebengkokan.

Tafsir

Tafsir Surat Al-Kahfi: 1-5 Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak menjadikannya bengkok, Sebagai bimbingan yang lurus untuk memperingatkan tentang azab yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik, Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memperingatkan orang-orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak". Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Ayat 1 Dalam pembahasan terdahulu pada permulaan kitab tafsir telah disebutkan bahwa Allah ﷻ memuji diri-Nya sendiri Yang Maha Suci pada permulaan dan akhir semua urusan. Sesungguhnya Dia Maha Terpuji dalam semua keadaan; bagi-Nya segala puji, baik di dunia maupun di akhirat. Maka dalam permulaan surat ini Dia memulainya dengan pujian terhadap diri-Nya sendiri, bahwa Dia telah menurunkan KitabNya (Al-Qur'an) yang mulia kepada rasul-Nya yang mulia, yaitu Muhammad ﷺ. Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah nikmat yang paling besar yang dianugerahkan oleh Allah ﷻ kepada penduduk bumi, karena berkat Al-Qur'an mereka dikeluarkan dari kegelapan menuju kepada cahaya terang benderang. Kitab Al-Qur'an adalah kitab yang lurus, tiada kebengkokan dan tiada penyimpangan di dalamnya, bahkan Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan yang lurus. Kitab Al-Qur'an adalah kitab yang jelas, terang, dan gamblang, memberikan peringatan terhadap orang-orang kafir dan menyampaikan berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Karena itulah Allah ﷻ berfirman: “Dan Dia tidak menjadikannya bengkok.” (Al- Kahfi: 1) Artinya Allah tidak menjadikannya mengandung kebengkokan, tidak pula kesesatan, tidak pula penyimpangan, bahkan Al-Qur'an dijadikan-Nya tegak lurus. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Ayat 2 “Sebagai bimbingan yang lurus.” (Al-Kahfi: 2) Yakni lurus tidak bengkok. “Untuk memperingatkan tentang azab yang sangat pedih dari sisi Allah.” (Al-Kahfi: 2) terhadap orang-orang yang menentang-Nya dan mendustakan-Nya serta tidak beriman kepada-Nya. Al-Qur'an, memperingatkan mereka akan pembalasan yang keras dan azab yang disegerakan di dunia serta yang ditangguhkan sampai hari akhirat nanti. “Dari sisi Allah.” (Al-Kahfi: 2) Yaitu dari sisi Allah yang berupa azab yang tiada seorang pun dapat mengazab seperti azab yang ditimpakan oleh-Nya dan tiada seorang pun dapat membelenggu seperti belenggu-Nya. “Dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Kahfi: 2) Maksudnya, dengan Al-Qur'an ini mereka yang imannya dibuktikan dengan amal saleh mendapat berita gembira. “Bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.” (Al-Kahfi: 2) Yakni balasan pahala yang baik dari sisi Allah. Ayat 3 “Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Kahfi: 3) Mereka mendapat pahala yang kekal di sisi Allah, yaitu surga, mereka kekal di dalamnya. “Untuk selama-lamanya.” (Al-Kahfi: 3) Yakni mereka kekal dan abadi di dalamnya untuk selama-lamanya, dan nikmat yang mereka peroleh tidak pernah hilang dan tidak pernah habis. Ayat 4 Firman Allah ﷻ: “Dan untuk memperingatkan orang-orang yang berkata, ‘Allah mengambil seorang anak’.” (Al-Kahfi: 4) Ibnu Ishaq mengatakan, makna yang dimaksud ialah orang-orang musyrik Arab, karena mereka mengatakan, "Kami menyembah malaikat-malaikat, mereka adalah anak-anak perempuan Allah". Ayat 5 "Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan". (Al-Kahfi: 5) Yaitu dengan ucapan yang mereka buat-buat dan mereka membohongi dari diri mereka sendiri itu. “Begitu pula nenek moyang mereka.” (Al-Kahfi: 5) Yakni para pendahulu mereka. “Alangkah jeleknya kata-kata.” (Al-Kahfi: 5) Lafaz kalimatan di-nasab-kan sebagai tamyiz, bentuk lengkapnya ialah 'Alangkah buruknya kalimat mereka ini'. Menurut pendapat lain, ungkapan ini adalah sighat (bentuk) ta'ajjub, bentuk lengkapnya adalah 'Alangkah buruknya kata-kata mereka itu', seperti kalimat "Akrim bizaidin rajulan," yakni alangkah mulianya Zaid sebagai seorang laki-laki. Demikianlah menurut sebagian ulama Basrah, dan sebagian ahli Qiraat Mekah membacanya demikian, yaitu kaburat kalimatan. Keadaannya sama dengan kalimat kabura sya’nuka dan ‘adzhuma qauluka, yakni 'alangkah buruknya keadaanmu' dan 'alangkah buruknya ucapanmu'. Makna yang dimaksud menurut qiraat jumhur ulama lebih jelas bahwa sesungguhnya ungkapan ini dimaksudkan sebagai kecaman terhadap ucapan mereka dan bahwa apa yang mereka katakan itu merupakan kebohongan besar. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: “Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka.” (Al-Kahfi: 5) Yakni tidak berdasarkan kepada suatu bukti pun melainkan hanya semata-mata dari ucapan mereka sendiri yang dibuat-buat oleh mereka sebagai suatu kebohongan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (Al-Kahfi: 5) Muhammad ibnu Ishaq telah menjelaskan tentang latar belakang turunnya ayat ini. Untuk itu ia mengatakan: Telah menceritakan kepadanya seorang syekh (guru) dari kalangan ulama Mesir yang telah tinggal bersama kaumnya sejak empat puluh tahun lalu, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang kafir Quraisy mengutus An-Nadr ibnul Haris dan Uqbah ibnu Abu Mu'ith kepada orang-orang alim Yahudi di Madinah. Kaumnya berpesan kepada mereka, "Tanyakanlah kepada orang-orang Yahudi itu tentang Muhammad dan ceritakanlah kepada mereka tentang sifatnya serta beritahukanlah kepada mereka tentang apa yang diucapkannya, karena sesungguhnya mereka adalah Ahli Kitab yang terdahulu. Mereka mempunyai pengetahuan yang tidak kita miliki tentang para nabi." Keduanya berangkat meninggalkan kota Mekah menuju Madinah. Setelah sampai di Madinah, keduanya bertanya kepada ulama Yahudi tentang Rasulullah ﷺ. dan menceritakan kepada mereka sifat-sifatnya serta sebagian dari ucapannya. Keduanya berkata, "Sesungguhnya kalian adalah Ahli Kitab Taurat, kami datang kepada kalian untuk memperoleh informasi tentang teman kami ini (maksudnya Nabi ﷺ)." Ulama Yahudi itu menjawab, "Tanyakanlah oleh kalian kepada dia tentang tiga perkara yang akan kami terangkan ini. Jika dia dapat menjawabnya, berarti dia benar-benar seorang nabi yang diutus. Tetapi jika dia tidak dapat menjawabnya, berarti dia adalah seseorang yang cuma mengaku-aku saja dirinya sebagai nabi; saat itulah kalian dapat memilih pendapat sendiri terhadapnya. Tanyakanlah kepadanya tentang beberapa orang pemuda yang pergi meninggalkan kaumnya di masa silam, apakah yang dialami mereka? Karena sesungguhnya kisah mereka sangat menakjubkan. Dan tanyakanlah kepadanya tentang seorang lelaki yang melanglang buana sampai ke belahan timur dan barat, bagaimanakah kisahnya. Dan tanyakanlah kepadanya tentang roh, apakah roh itu? Jika dia bisa menceritakannya kepada kalian, berarti dia adalah seorang nabi dan kalian harus mengikutinya.Tetapi jika dia tidak bisa menceritakannya kepada kalian, maka sesungguhnya dia adalah seorang lelaki yang cuma mengaku-aku saja. Bila demikian, terserah kalian, apa yang harus kalian lakukan terhadapnya." Maka An-Nadr dan Uqbah kembali ke Mekah. Setelah tiba di Mekah, ia langsung menemui orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka, "Hai orang-orang Quraisy, kami datang kepada kalian dengan membawa suatu kepastian yang memutuskan antara kalian dan Muhammad. Ulama Yahudi telah menganjurkan kepada kami untuk menanyakan kepadanya beberapa perkara." Lalu keduanya menceritakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada mereka. Mereka datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata, "Hai Muhammad, ceritakanlah kepada kami!" Lalu mereka menanyainya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dianjurkan oleh para pendeta Yahudi tadi. Dan Rasulullah ﷺ menjawab mereka, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian itu besok," tanpa menentukan batas waktunya. Mereka bubar meninggalkan Nabi ﷺ, dan Nabi ﷺ tinggal selama lima belas hari tanpa ada wahyu dari Allah yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Malaikat Jibril pun tidak turun kepadanya selama itu, hingga penduduk Mekah ramai membicarakannya. Mereka mengatakan, "Muhammad telah menjanjikan kepada kita besok, tetapi sampai lima belas hari dia tidak menjawab sepatah kata pun tentang apa yang kami tanyakan kepadanya." Karenanya Rasulullah ﷺ bersedih hati, lantaran wahyu terhenti darinya dan beliau merasa berat terhadap apa yang diperbincangkan oleh penduduk Mekah tentang dirinya. Tidak lama kemudian datanglah Malaikat Jibril kepadanya dengan membawa surat yang didalamnya terkandung kisah Ashabul Kahfi (para penghuni gua), dan surat itu mengandung teguran pula terhadap diri Nabi ﷺ yang bersedih hati atas sikap mereka. Surat itu juga mengandung jawaban dari pertanyaan mereka tentang kisah para pemuda yang menghuni gua serta lelaki yang melanglang buana (Zul Qarnain), juga firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah, "Roh itu….." (Al-Isra: 85) hingga akhir ayat.

Al-Kahfi: 1

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat