An-Nahl: 62

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَيَجۡعَلُونَ
dan mereka menjadikan
لِلَّهِ
bagi Allah
مَا
apa
يَكۡرَهُونَۚ
mereka benci
وَتَصِفُ
dan mengucapkan
أَلۡسِنَتُهُمُ
lidah mereka
ٱلۡكَذِبَ
kedustaan
أَنَّ
bahwasanya
لَهُمُ
bagi mereka
ٱلۡحُسۡنَىٰۚ
kebaikan
لَا
tidak
جَرَمَ
diragukan
أَنَّ
bahwasanya
لَهُمُ
bagi mereka
ٱلنَّارَ
neraka
وَأَنَّهُم
dan bahwasanya mereka
مُّفۡرَطُونَ
orang-orang yang segera dimasukkan

Terjemahan

Mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya dan lidah mereka mengucapkan kebohongan bahwa sesungguhnya bagi merekalah (balasan) yang terbaik (surga). Tidak diragukan bahwa nerakalah (tempat yang layak) bagi mereka dan sesungguhnya mereka segera akan dimasukkan (ke dalamnya).

Tafsir

Tafsir Surat An-Nahl: 61-62 Seandainya Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi satu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka,mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak bisa (pula) mempercepatnya. Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kebohongan, yaitu bahwa sesungguhnya mereka akan mendapat kebaikan. Tidak diragukan lagi bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya). Ayat 61 Allah ﷻ menyebutkan sifat penyantun-Nya dalam menghadapi makhluk-Nya yang banyak berbuat zalim, bahwa seandainya Allah menghukum mereka karena perbuatan mereka, tentulah semua makhluk yang melata di bumi ini tidak akan ada karena habis ditumpas-Nya. Dengan kata lain, semua binatang yang melata di muka bumi ini ikut binasa karena semua manusia dibinasakan. Akan tetapi, Tuhan Yang Maha Penyantun mempunyai sifat Penyantun; karenanya Dia menghadapi mereka dengan sifat penyantun-Nya serta pemaaf, dan menangguhkan mereka sampai batas waktu yang telah ditentukan (yakni hari kiamat). Dengan kata lain, Allah tidak menyegerakan hukuman-Nya terhadap mereka, karena seandainya Dia melakukan hal tersebut, niscaya tidak akan ada seorang manusia pun yang hidup. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu lshaq, dari Abul Ahwas yang mengatakan bahwa hampir-hampir binatang landak ikut diazab karena dosa manusia. Lalu ia membacakan firman-Nya: “Seandainya Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi satu pun dari makhluk yang melata.” (An-Nahl: 61) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah yang mengatakan bahwa Abdullah (Ibnu Mas'ud) pernah mengatakan, "Hampir saja landak binasa di dalam liangnya disebabkan dosa manusia." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Hakim Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jabir Al-Hanafi, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah yang mengatakan bahwa sahabat Abu Hurairah pernah mendengar seorang lelaki berkata, "Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak membahayakan kecuali terhadap dirinya sendiri." Maka Abu Hurairah berpaling ke arah lelaki itu dan berkata, "Tidak demikian, demi Allah, melainkan sesungguhnya ayam kalkun benar-benar mati di dalam sarangnya karena perbuatan zalim orang yang zalim." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Syurahbil, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ata, dari Salamah ibnu Abdullah, dari pamannya (Abu Misyja'ah ibnu Rib'i), dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa kami berbincang-bincang di hadapan Rasulullah ﷺ, lalu beliau ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak memberikan masa tangguh kepada satu pun bila telah tiba ajalnya, dan sesungguhnya bertambahnya usia itu hanyalah karena anak cucu yang saleh yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba, lalu mereka mendoakannya sesudah ia tiada, maka doa mereka sampai ke kuburnya. Yang demikian itulah penambahan umur.” Ayat 62 Firman Allah ﷻ: “Dan mereka memperuntukkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya.” (An-Nahl: 62) Yakni anak-anak perempuan dan sekutu-sekutu yang pada hakikatnya mereka pun adalah hamba-hamba Allah juga, padahal orang-orang musyrik itu tidak suka bila seseorang di antara mereka mempunyai sekutu dalam harta miliknya. Firman Allah ﷻ: “Dan lidah mereka mengucapkan kebohongan, yaitu bahwa sesungguhnya mereka akan mendapat kebaikan.” (An-Nahl: 62). Hal itu sebagai pengingkaran terhadap pengakuan mereka yang mengatakan bahwa mereka beroleh kebaikan di dunia; dan jika ada hari kemudian, maka mereka beroleh kebaikan pula. Ayat ini sekaligus sebagai pemberitaan tentang apa yang diucapkan oleh sebagian di antara mereka (yang kafir), seperti yang disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, ‘Telah hilang bencana-bencana itu dariku.’ Sesungguhnya dia sangat gembira lagi sombong.” (Hud: 9-10) “Dan jika Kami rasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, ‘Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.’ Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.” (Fushshilat: 50) “Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan, ‘Pasti aku akan diberi harta dan anak’.” (Maryam: 77) Demikian pula dalam firman Allah ﷻ yang menceritakan perkataan salah seorang lelaki dari dua orang lelaki, yaitu: “Dan dia memasuki kebunnya, sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu’." (Al-Kahfi: 35-36). Mereka menggabungkan antara perbuatan buruk dan harapan kosong seraya mengatakan bahwa mereka akan beroleh balasan kebaikan dari kekafirannya; hal ini jelas mustahil. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Ishaq telah menceritakan bahwa ketika mereka membongkar Ka'bah untuk memperbaharui bangunannya, mereka menjumpai sebuah batu pada batu fondasinya. Pada batu itu tertulis kata-kata bijak dan nasihat-nasihat, yang antara lain mengatakan, "Apakah kalian mengerjakan keburukan, lalu dibalas dengan kebaikan? Ya, perumpamaannya sama dengan memetik buah anggur dari pohon yang berduri." Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan lidah mereka mengucapkan kebohongan, yaitu bahwa sesungguhnya mereka akan mendapat kebaikan.” (An-Nahl: 62) Yakni para pelayan. Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Bahwa sesungguhnya mereka akan mendapat kebaikan.” (An-Nahl: 62) Yaitu kelak di hari kiamat, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, dan inilah pendapat yang benar. Untuk itulah Allah ﷻ membantah mereka sehubungan dengan angan-angan mereka itu melalui firman-Nya: “Tidak diragukan lagi.” (An-Nahl: 62) Maksudnya, memang benar dan pasti. “Bahwa nerakalah bagi mereka.” (An-Nahl: 62) Yakni di hari kiamat kelak. “Dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya).” (An-Nahl: 62) Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, serta yang lainnya mengatakan bahwa makna lafaz mufarratun ialah terlupakan dan tersia-sia di dalam neraka. Pengertian ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini.” (Al-A'raf: 51) Dari Qatadah, disebutkan pula sehubungan dengan makna firman-Nya, "Mufarratun" yakni mereka disegerakan masuk ke neraka, berasal dari al-fart yang artinya paling dahulu sampai. Di antara pendapat-pendapat yang disebutkan di atas tidak ada pertentangan, karena pada hakikatnya mereka disegerakan masuk ke dalam neraka pada hari kiamat nanti, lalu mereka terlupakan di dalam neraka, yakni tinggal di dalam neraka selama-lamanya (kekal).

An-Nahl: 62

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat