Yusuf: 107

Ayat

Terjemahan Per Kata
أَفَأَمِنُوٓاْ
apakah mereka merasa aman
أَن
bahwa
تَأۡتِيَهُمۡ
datang kepada mereka
غَٰشِيَةٞ
meliputi
مِّنۡ
dari
عَذَابِ
siksa
ٱللَّهِ
Allah
أَوۡ
atau
تَأۡتِيَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلسَّاعَةُ
kiamat
بَغۡتَةٗ
dengan tiba-tiba
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari

Terjemahan

Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari?

Tafsir

Tafsir Surat Yusuf: 105-107 Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui (saksikan), namun mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya? Ayat 105 Allah ﷻ menceritakan tentang kelalaian kebanyakan manusia dari memikirkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah dan bukti-bukti keesaan-Nya melalui makhluk yang diciptakan oleh Allah di langit dan di bumi, yaitu berupa bintang-bintang yang cemerlang sinarnya, yang tetap dan yang beredar serta gugusan-gugusan bintang-bintang lainnya, semuanya itu ditundukkan oleh kekuasaan Allah. Betapa banyak di bumi ini bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun, taman-taman, gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya, laut-laut yang luas dengan ombaknya yang berdebur, serta padang sahara yang luas-luas. Betapa banyak pula di bumi ini makhluk hidup dan benda mati, juga berbagai jenis hewan, tumbuh-tumbuhan, dan buah-buahan yang berbeda-beda rasa, bau, warna, dan spesifikasinya. Maha Suci Allah Yang Maha Esa, Pencipta semua makhluk, Yang Maha Menyendiri dengan sifat kekal dan abadi-Nya, serta Maha Sumber bagi asma dan sifat-Nya. Ayat 106 Firman Allah ﷻ: "Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah kecuali dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (Yusuf: 106) Ibnu Abbas mengatakan, termasuk pengertian 'iman' di kalangan mereka yang memiliki sifat ini ialah apabila ditanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit, siapakah yang menciptakan bumi, dan siapakah yang menciptakan gunung-gunung itu?" Mereka menjawab, "Allah," padahal mereka masih dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ikrimah, Asy-Sya'bi, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Di dalam kitab Shahihain disebutkan bahwa kaum musyrik di masa lalu mengatakan dalam talbiyah mereka, "Labbaika, tiada sekutu bagi-Mu, kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu; Engkau memilikinya, sedangkan dia tidak memiliki." Di dalam kitab Shahih Muslim disebutkan bahwa dahulu apabila kaum musyrik mengatakan, "Labbaika, tiada sekutu bagi-Mu," maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Cukup, cukup!" Maksudnya, jangan diteruskan dan jangan dilebihkan dari itu. Dan Allah ﷻ telah berfirman: "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Luqman: 13) Inilah yang disebutkan syirik yang paling besar, yaitu menyembah Allah dengan selain-Nya. Di dalam kitab Shahihain disebutkan sebuah hadits melalui Ibnu Mas'ud, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Rasul ﷺ menjawab, "Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia-lah yang menciptakan kamu." Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: "Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (Yusuf: 106) Bahwa hal tersebut berkenaan dengan orang munafik. Apabila dia beramal, maka amalnya adalah karena riya (pamer); hal itu berarti dia musyrik dalam amalnya. Maksudnya adalah seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (An-Nisa: 142) Masih ada satu jenis syirik lagi, yaitu syirik khafi yang kebanyakan pelakunya tidak menyadarinya, seperti yang diriwayatkan oleh Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Urwah yang mengatakan bahwa Huzaifah menjenguk seorang yang sedang sakit. Lalu Huzaifah melihat di lengan si sakit itu ada tambangnya, maka Huzaifah memutuskan atau melepaskan tali itu, kemudian Huzaifah membacakan firman-Nya: "Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (Yusuf: 106) Di dalam sebuah hadits disebutkan: "Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, berarti dia telah musyrik." Hadits ini merupakan riwayat Imam Turmuzi yang dinilainya hasan melalui Ibnu Umar. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, serta lain-lainnya disebutkan melalui Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya ruqyah (jampi), tamimah (kalung penangkal), dan tiwalah (jimat) adalah perbuatan syirik." Menurut lafaz yang ada pada Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan seperti berikut: "Tiyarah (ramalan kesialan) adalah perbuatan syirik yang tiada kaitannya dengan agama kita, tetapi Allah menghapuskannya dengan bertawakal kepada-Nya." Imam Ahmad meriwayatkannya secara lebih rinci daripada ini. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Yahya Al-Jazzar, dari anak lelaki saudara Zainab, dari Zainab istri Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan, "Kebiasaan Abdullah apabila datang dari suatu keperluan, lalu sampai di depan pintu rumah pintu rumah, terlebih dahulu ia berdehem dan meludah, karena dia tidak suka bila melihat kami dalam keadaan yang tidak disukai olehnya. Pada suatu hari ia datang dari suatu urusan, lalu ia berdehem; saat itu di dekatku ada seorang nenek-nenek yang mengobatiku dengan ruqyah (jampi) karena aku sedang sakit humrah (demam). Maka aku memasukkan jimat yang diberikannya ke bawah ranjang. Abdullah masuk ke dalam rumah, lalu duduk di sampingku; maka ia melihat benang di leherku, lalu ia bertanya, 'Benang apakah ini?' Aku menjawab, 'Benang ruqyahku.' Abdullah ibnu Mas'ud menarik benang itu dan memutuskannya, lalu berkata, 'Sesungguhnya keluarga Abdullah benar-benar tidak membutuhkan perbuatan syirik. Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah perbuatan syirik.’ Aku bertanya, 'Mengapa engkau berkata demikian, padahal dahulu mataku selalu belekan, dan aku bila mengalaminya selalu pergi ke Fulan orang Yahudi itu untuk me-ruqyah-nya. Apabila telah di-ruqyah olehnya, maka mataku normal kembali.' Ibnu Mas'ud menjawab, 'Sesungguhnya hal itu dari setan, dialah yang meludahinya dengan tangannya. Apabila setan telah me-ruqyah-nya, maka sembuhlah penyakit mata itu. Padahal cukuplah bagimu mengucapkan doa seperti yang pernah diucapkan oleh Nabi ﷺ, yaitu: 'Lenyapkanlah penyakit ini, wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah (penyakitku). Engkaulah Yang menyembuhkannya, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan suatu penyakit pun'.” Di dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Waki', dari Ibnu Abu Laila, dari Isa ibnu Abdur Rahman disebutkan bahwa ia (Isa ibnu Abdur Rahman) masuk menjenguk Abdullah ibnu Ukaim yang sedang sakit. Lalu ada yang berkata, "Sebaiknya engkau memakai kalung penangkal penyakit." Abdullah ibnu Ukaim menjawab, "Apakah engkau biasa menggunakan tamimah, padahal Rasulullah ﷺ pernah bersabda: 'Barang siapa menggantungkan sesuatu (jimat), maka nasibnya diserahkan kepadanya'." Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Hurairah. Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan hadits Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa yang menggantungkan tamimah, sesungguhnya dia telah berbuat syirik." Di dalam riwayat lain disebutkan seperti berikut: "Barang siapa yang memakai kalung tamimah, maka semoga Allah tidak menjadikannya sebagai penangkal sakitnya. Dan barang siapa yang memakai kalung wada'ah, Disebutkan dari Al-'Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Allah berfirman, ‘Akulah yang memberikan kecukupan kepada orang-orang yang mempersekutukan-(Ku) dengan perbuatan syiriknya. Barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang di dalamnya ia mempersekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia bersama perbuatan syiriknya’." Hadits ini merupakan riwayat Imam Muslim. Dari Abu Sa'id ibnu Abu Fudalah, disebutkan bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila Allah telah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan yang terkemudian untuk menghadiri suatu hari yang tiada keraguan padanya (hari kiamat), maka berserulah (malaikat) penyeru: ‘Barang siapa berbuat syirik dalam suatu amal yang dikerjakannya bagi Allah, maka hendaklah ia meminta pahalanya dari selain Allah. Karena sesungguhnya Allah-lah Yang memberikan kecukupan kepada orang-orang musyrik dengan perbuatan syiriknya’." Hadits riwayat Imam Ahmad. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Yazid (yakni Ibnul Had), dari Amr, dari Mahmud ibnu Labid, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya hal yang sangat aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik kecil." Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Riya (pamer). Allah ﷻ berfirman di hari kiamat bila manusia diberi balasan amal perbuatannya, 'Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian pamer kepada mereka ketika di dunia, lalu lihatlah, apakah kalian menjumpai balasan amal kalian dari sisi mereka?'." Ismail ibnu Ja'far telah meriwayatkannya dari Amr ibnu Abu Amr maula Al-Muttalib, dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, dari Mahmud ibnu Labid dengan sanad yang sama. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hubairah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa yang tidak jadi melakukan sesuatu karena tiyarah-nya (alamat kesialannya) maka sesungguhnya dia telah syirik." Ketika mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kifarat perbuatan tersebut?" Rasulullah ﷺ bersabda: "Hendaknya seseorang di antara kalian mengucapkan, ‘Ya Allah, tiada kebaikan kecuali hanya kebaikan-Mu, dan tiada tiyarah kecuali hanya tiyarah-Mu, dan tiada Tuhan selain Engkau’." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman Al-Azrami, dari Abu Ali (seorang lelaki dari Bani Kahil) yang menceritakan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari pernah berkhotbah kepada kami yang isinya antara lain mengatakan, "Hai manusia, peliharalah diri kalian dari perbuatan syirik ini, karena sesungguhnya perbuatan syirik itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut." Maka berdirilah Abdullah ibnu Harb dan Qais ibnul Mudarib, lalu keduanya berkata, "Demi Allah, kamu harus mengeluarkan bukti apa yang kamu ucapkan atau kami benar-benar akan melaporkannya kepada Umar, baik kami diberi izin ataupun tidak." Abu Musa Al-Asy'ari menjawab, "Aku akan mengeluarkan bukti dari apa yang aku ucapkan tadi, bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ berkhotbah kepada kami, antara lain beliau bersabda: 'Hai manusia, peliharalah diri kalian dari perbuatan syirik ini, karena sesungguhnya perbuatan syirik itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut.' Lalu ada seseorang yang ditakdirkan oleh Allah bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimanakah kami menjaganya, padahal perbuatan itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut?' Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabdanya: "Katakanlah oleh kalian, 'Allahumma inna na’udzubika min an nusyrika bika syai-an na’lamuh wa nastaghfiruka lima la na’lamuh’ (Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan mempersekutukan Engkau dengan sesuatu yang kami ketahui, dan memohon ampun kepada-Mu terhadap perbuatan syirik yang tidak kami ketahui)." Menurut riwayat dari jalur lain, orang yang bertanya itu adalah Abu Bakar As-Siddiq, seperti yang telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli melalui hadits Abdul Aziz ibnu Muslim, dari Lais ibnu Abu Salim, dari Abu Muhammad, dari Ma'qal ibnu Yasar yang mengatakan bahwa ia menyaksikan Nabi ﷺ; atau ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Bakar As-Siddiq, dari Rasulullah ﷺ yang bersabda: "Syirik lebih tersembunyi di antara kalian daripada langkah-langkah semut.” Maka Abu Bakar bertanya, "Bukankah syirik itu hanyalah perbuatan orang yang menyeru Allah bersama tuhan lain-Nya?” Rasulullah ﷺ bersabda, "Syirik lebih tersembunyi di antara kalian daripada langkah-langkah semut." Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang dapat melenyapkan darimu hal yang paling kecil dan yang paling besar dari perbuatan syirik itu? Yaitu ucapkanlah, 'Allahumma a’udzubika an usyrika bika wa ana a’lam wa astaghfiruka mimma la a’lam' (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan mempersekutukan Engkau dengan sesuatu yang aku ketahui dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui)." Al-Hafiz Abul Qasim Al-Bagawi telah meriwayatkannya melalui Syaiban ibnu Farukh, dari Yahya ibnu Kasir, dari As-Sauri, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazim, dari Abu Bakar As-Siddiq yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Syirik lebih tersembunyi di kalangan umatku daripada langkah-langkah semut di atas Bukit Safa." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Abu Bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah jalan selamat dan jalan keluar dari hal tersebut?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Maukah aku ceritakan kepadamu sesuatu yang apabila kamu mengucapkannya tentulah kamu terbebaskan dari yang sedikit dan dari yang banyaknya, serta dari yang kecil dan yang besarnya?" Abu Bakar menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah." Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabdanya: "Katakanlah, 'Allahumma inni a’udzubika min an usyrika bika wa ana a’lam wa astaghfiruka lima la a’lam' (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan mempersekutukan Engkau dengan sesuatu yang aku ketahui dan aku memohon ampun kepada-Mu dari perbuatan syirik yang tidak aku ketahui)." Imam Daruqutni mengatakan bahwa Yahya ibnu Abu Kasir dikenal dengan nama julukan Abun Nadr, haditsnya matruk (tidak terpakai). Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi di dalam kitab shahih-nya, dan Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadits Ya'la ibnu Ata; ia mendengar Amr ibnu Asim yang mendengar dari Abu Hurairah bahwa Abu Bakar As-Siddiq bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu doa yang aku ucapkan di pagi hari, petang hari, dan bila aku akan pergi ke peraduanku." Rasulullah ﷺ bersabda: "Katakanlah, ‘Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan hawa nafsuku dan dari kejahatan setan serta kemusyrikannya’." Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkannya, dan dinilai sahih oleh Imam Nasai. Menurut Imam Ahmad dalam salah satu riwayat yang bersumber darinya melalui hadits Lais ibnu Abu Salim, dari Mujahid, dari Abu Bakar As-Siddiq, "Abu Bakar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ menganjurkan kepadaku untuk mengucapkan doa berikut." Kemudian disebutkan doa di atas, dan di akhirnya ditambahkan kalimat berikut: "Dan (aku berlindung kepada Engkau) agar aku tidak melakukan kejahatan atas diriku sendiri, atau aku menimpakannya kepada seorang muslim." Ayat 107 Firman Allah ﷻ: "Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka." (Yusuf: 107), hingga akhir ayat. Yakni apakah mereka yang musyrik kepada Allah merasa aman akan kedatangan azab Allah yang meliputi mereka, sedangkan mereka tidak menyadari kedatangan azab itu? Ayat ini semakna dengan yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu merasa aman dari (bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). "Maka sesungguhnya Tuhan kalian adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (An-Nahl: 45-47) “Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al-A'raf: 97-99)

Yusuf: 107

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat