Hud: 114

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَأَقِمِ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
طَرَفَيِ
pada kedua tepi
ٱلنَّهَارِ
siang
وَزُلَفٗا
dan sebagian
مِّنَ
dari
ٱلَّيۡلِۚ
malam
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡحَسَنَٰتِ
perbuatan baik
يُذۡهِبۡنَ
menghapuskan
ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ
perbuatan buruk
ذَٰلِكَ
demikian itu
ذِكۡرَىٰ
peringatan
لِلذَّـٰكِرِينَ
bagi orang-orang yang mau ingat

Terjemahan

Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).

Tafsir

Tafsir Surat Hud: 114-115 Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (Allah). Dan bersabarlah karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Ayat 114 Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang.” (Hud: 114) Yakni shalat Subuh dan shalat Magrib. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Al-Hasan telah mengatakan dalam suatu riwayat dari Qatadah dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya, bahwa yang dimaksud ialah shalat Subuh dan shalat Asar. Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan shalat pada permulaan siang adalah shalat Subuh, tetapi di lain kesempatan ia mengatakan shalat Zuhur dan shalat Asar. “Dan pada permulaan malam.” (Hud: 114) Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud adalah shalat Isya. Al-Hasan dalam riwayat Ibnul Mubarak dari Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: “Dan pada permulaan malam.” (Hud: 114) Maksudnya adalah shalat Magrib dan shalat Isya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Keduanya berada pada permulaan malam hari, yaitu shalat Magrib dan shalat Isya.” Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, Qatadah, dan Ad-Dahhak, bahwa yang dimaksud adalah shalat Magrib dan shalat Isya. Tetapi dapat pula diartikan bahwa ayat ini diturunkan sebelum shalat lima waktu difardukan pada malam isra. Karena sesungguhnya shalat yang diwajibkan saat itu hanyalah shalat sebelum matahari terbit dan shalat sebelum tenggelamnya, sedangkan shalat qiyam di malam hari dianjurkan atas Nabi, juga atas umatnya. Kemudian kewajiban atas umatnya melakukan qiyamul lail di-mansukh, tetapi wajib atas Nabi ﷺ. Tetapi menurut suatu pendapat lain, kewajiban melakukan qiyamul lail atas Nabi pada akhirnya di-mansukh pula. Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114) Sesungguhnya mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik itu dapat menghapuskan dosa-dosa yang terdahulu, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para pemilik kitab Sunnah melalui Amirul Muminin Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan, "Aku apabila mendengar dari Rasulullah ﷺ suatu hadis secara langsung, maka Allah memberikan manfaat kepadaku dengan melaluinya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Yakni aku mengamalkannya secara langsung. Tetapi apabila aku mendengar suatu hadis dari orang lain, maka terlebih dahulu aku minta orang itu untuk bersumpah tentang kebenarannya. Apabila orang itu mau bersumpah kepadaku, maka aku baru mempercayainya (dan mengamalkannya).” Telah menceritakan kepadaku Abu Bakar, dan benarlah Abu Bakar dengan apa yang diceritakannya, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak sekali-kali seorang mukmin melakukan suatu dosa (kecil), lalu ia melakukan wudu dan shalat dua rakaat, melainkan diberikan ampunan baginya (atas dosanya itu)." Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Amirul Muminin Usman ibnu Affan, bahwa dia berwudu di hadapan mereka seperti wudu yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ, kemudian ia mengatakan, "Demikianlah wudu yang pernah aku lihat Rasulullah ﷺ melakukannya, lalu Rasulullah ﷺ bersabda (sesudahnya): 'Barang siapa yang melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat tanpa berbicara kepada dirinya sendiri dalam dua rakaatnya (yakni ia lakukan keduanya dengan khusyuk), maka diberilah ampunan baginya atas dosa-dosanya yang terdahulu'." Imam Ahmad dan Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Abu Uqail Zahrah ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris maula Usman mengatakan, "Pada suatu hari Usman duduk, dan kami duduk bersama-sama dengannya, lalu juru azan shalat datang kepadanya, maka Usman meminta air dalam sebuah wadah. Menurut pendapatku (perawi), air itu sebanyak satu mud. Kemudian Usman melakukan wudu dan berkata, bahwa ia pernah melihat Rasulullah ﷺ melakukan wudu seperti wudu yang diperagakannya itu, setelah itu Rasulullah ﷺ bersabda: 'Barang siapa yang melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian ia bangkit dan mengerjakan shalat Zuhur, maka diampunilah baginya semua dosa yang dilakukannya antara shalat Zuhur dan shalat Subuhnya. Kemudian (bila) ia melakukan shalat Asar, maka diampunilah baginya dosa yang ia lakukan antara shalat Asar dan shalat Zuhurnya. Kemudian (bila) ia shalat Magrib, maka diampunilah baginya semua dosa yang ia lakukan antara shalat Magrib dan shalat Asarnya. Kemudian (bila) ia shalat Isya, maka diampunilah baginya dosa yang ia lakukan antara shalat Isya dan shalat Magribnya. Kemudian barangkali ia tidur lelap di malam harinya; dan jika ia bangun, lalu wudu dan melakukan shalat Subuh, maka diampunilah baginya semua dosa yang ia kerjakan antara shalat Subuh dan shalat Isyanya. Semuanya itu adalah perbuatan-perbuatan baik yang dapat menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan buruk’.” Di dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan melalui Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Bagaimanakah pendapat kalian seandainya di depan rumah seseorang di antara kalian terdapat sebuah sungai yang airnya berlimpah, lalu ia mandi lima kali sehari di dalamnya setiap harinya, apakah masih ada yang tersisa dari kotoran yang ada pada tubuhnya? Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah.” Rasulullah ﷺ bersabda, "Demikian pula halnya shalat lima waktu, Allah menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan dengannya." Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami AbutTahir, yaitu Ibnu Sa'id; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari AbuSakhr, bahwa Umar ibnu Ishaq maula Zaidah pernah menceritakan hadis berikut dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Shalat lima waktu dan shalat Jumat hingga shalat Jumat berikutnya, dan bulan Ramadan sampai dengan bulan Ramadan berikutnya dapat menghapuskan semua dosa yang dilakukan di antaranya, selagi dosa-dosa besar dihindari.” Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abbas, dari Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, bahwa Abu Rahm As-Sam'i pernah menceritakan hadis berikut kepadanya: Abu Ayyub Al-Ansari pernah menceritakan hadis berikut kepadanya, dari Rasulullah ﷺ, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya setiap shalat dapat menghapuskan dosa yang dilakukan sebelumnya.” Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ubay, dari Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Shalat-shalat itu dijadikan sebagai penghapus dosa yang dilakukan di antaranya. Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman: ‘Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk’.” (Hud: 114) Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Ibnu Mas'ud, bahwa pernah ada seorang lelaki mencium seorang wanita, lalu ia datang kepada Nabi ﷺ dan menceritakan apa yang telah dilakukannya itu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114) Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus bagiku?" Rasulullah ﷺ menjawab: "Untuk seluruh umatku.” Demikianlah menurut riwayat Imam Bukhari di dalam Kitabus shalatnya. Imam Bukhari mengetengahkannya pula di dalam kitab Tafsir-nya dari Musaddad, dari Yazid ibnu Zurai' dengan lafaz yang serupa. Imam Muslim dan Imam Ahmad serta para penulis kitab Sunnah kecuali Abu Daud telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu Usman An-Nahdi yang nama aslinya Abdur Rahman ibnu Mal dengan sanad yang sama. Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dengan lafaz seperti berikut melalui berbagai jalur dari Samak ibnu Harb: Ia pernah mendengar Ibrahim Ibnu Yazid menceritakannya dari Alqamah ibnu Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah ﷺ, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita di dalam sebuah kebun, lalu aku melakukan segala sesuatu terhadapnya, hanya aku tidak menyetubuhinya. Aku menciuminya dan memeluknya, lain itu tidak; maka hukumlah aku menurut apa yang engkau sukai." Rasulullah ﷺ tidak menjawab sepatah kata pun, lalu lelaki itu pergi. Dan Umar berkata, "Sesungguhnya Allah memaafkannya jika dia menutupi perbuatan dirinya (yakni tidak menceritakannya)." Pandangan Rasulullah ﷺ mengikuti kepergian lelaki itu, kemudian beliau bersabda, "Panggillah lelaki itu untuk menghadap kepadaku." Lalu mereka memanggilnya, dan Rasulullah ﷺ membacakan kepadanya ayat berikut, yaitu firman Allah ﷻ: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (Allah).” (Hud: 114) Mu'az mengatakan menurut riwayat yang lainnya, bahwa Umar berkata, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus baginya, ataukah bagi semua orang?" Rasulullah ﷺ menjawab: “Tidak, bahkan bagi semua orang.” Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Ishaq, dari As-Sabbah ibnu Muhammad, dari Murrah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah membagi di antara kalian akhlak kalian sebagaimana Dia membagi di antara kalian rezeki kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan dunia ini kepada orang yang disukai-Nya dan orang yang tidak disukai-Nya. Tetapi Dia tidak memberi agama kecuali kepada orang yang disukai-Nya. Maka barang siapa yang diberi agama oleh Allah, berarti Allah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah seorang hamba menjadi muslim sebelum hati dan lisannya Islam, dan tidaklah seorang hamba menjadi mukmin sebelum tetangganya aman dari perbuatan jahatnya. Kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Nabi Allah, apakah yang dimaksud dengan bawaiq-nya (perbuatan jahatnya)?" Rasulullah ﷺ bersabda: “Yaitu menipu dan menganiaya. Dan tidaklah seorang hamba menghasilkan sejumlah harta haram, lalu ia membelanjakannya dan diberkati baginya dalam belanjaannya itu; dan tidaklah ia menyedekahkannya), lalu diterima sedekahnya. Dan tidaklah ia meninggalkan harta haramnya itu di belakang punggungnya (untuk ahli warisnya), melainkan akan menjadi bekalnya di neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan, tetapi Dia menghapuskan keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya hal yang buruk itu tidak dapat menghapuskan yang buruk.” Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Ibrahim yang mengatakan, "Fulan ibnu Mu'tib adalah seorang lelaki dari kalangan ansar, ia pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, saya pernah menggauli seorang wanita dan memperoleh darinya seperti apa yang diperoleh seorang lelaki dari istrinya, hanya saya tidak menyetubuhinya.' Rasulullah ﷺ tidak mengetahui jawaban apa yang harus dikatakan kepadanya, hingga turunlah ayat ini: ‘Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (Allah).’ (Hud: 114) Maka Rasulullah ﷺ memanggil lelaki itu dan membacakan ayat ini kepadanya." Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas, lelaki itu bernama Amr ibnu Gazyah Al-Ansari At-Tammar. Menurut Muqatil, lelaki itu adalah Abu Nafil alias Amir ibnu Qais Al-Ansari. Al-Khatib Al-Bagdadi menyebutkan bahwa lelaki itu adalah Abul Yusr alias Ka'b ibnu Amr. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus dan Affan; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad (yakni Ibnu Salamah), dari Ali ibnu Zaid. Dan Affan mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa seorang lelaki datang kepada Umar, lalu ia bertanya, "Sesungguhnya pernah ada seorang wanita datang kepadaku untuk melakukan jual beli denganku, lalu aku memasukkannya ke dalam kemah, maka aku mengerjainya kecuali bersetubuh." Umar berkata, "Celakalah kamu, barangkali suaminya sedang pergi berjihad di jalan Allah." Lelaki itu menjawab, "Memang benar." Umar berkata, "Datanglah kepada Abu Bakar dan bertanyalah kepadanya!" Lalu lelaki itu datang kepada Abu Bakar. Abu Bakar berkata, "Barangkali dia adalah wanita yang ditinggal suaminya pergi berjihad di jalan Allah." Ternyata Abu Bakar mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Umar. Lelaki itu datang kepada Nabi ﷺ. Nabi pun mengatakan hal yang sama, yaitu: "Barangkali dia sedang ditinggal pergi berjihad di jalan Allah oleh suaminya." Lalu turunlah firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114), hingga akhir ayat. Lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus bagiku, ataukah umum bagi semua orang?" Maka Umar memukul dadanya dengan tangannya dan berkata, "Tidak, tidak, bahkan untuk semua orang." Dan Rasulullah ﷺ bersabda, "Benarlah apa yang dikatakan Umar." Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Qais ibnur Rabi', dari Usman ibnu Mauhid Musa ibnu Talhah, dari Abul Yusr Ka'b ibnu Amr Al-Ansari yang mengatakan, "Pernah ada seorang wanita datang kepadaku untuk membeli buah kurma sebanyak satu dirham. Lalu aku berkata kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam rumah terdapat sejumlah buah kurma yang jauh lebih baik daripada ini. Wanita itu masuk ke dalam rumah, lalu aku memeluk dan menciuminya. Setelah itu aku datang menemui Umar dan bertanya kepadanya mengenai masalah itu. Maka Umar berkata, 'Bertakwalah kamu kepada Allah, dan tutupilah perbuatanmu itu, jangan kamu ceritakan kepada seorang pun.' Tetapi aku tidak sabar, lalu aku datang kepada Abu Bakar untuk menanyakan hal itu kepadanya. Abu Bakar menjawab, 'Bertakwalah kamu kepada Allah, tutupilah perbuatanmu itu, dan jangan sekali-kali kamu menceritakannya kepada seorang pun.' Aku tidak sabar, maka aku datang kepada Nabi ﷺ dan menceritakan hal itu kepadanya. Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Apakah kamu berani berbuat demikian terhadap keluarga seorang lelaki yang sedang pergi berjihad di jalan Allah?' Sehingga aku menduga bahwa diriku termasuk ahli neraka, dan aku berangan-angan seandainya saja aku baru masuk Islam saat itu. Rasulullah ﷺ menundukkan kepalanya sesaat, dan Jibril turun." Abul Yusr mengatakan bahwa lalu ia datang menghadap Rasulullah ﷺ (di lain waktu). Maka Rasulullah ﷺ membacakan kepadanya ayat berikut: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114) Lalu ada seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus baginya ataukah umum bagi semua orang?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Umum bagi semua orang." Al-Hafiz Abul Hasan Ad-Daruqutni mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Sahl Al-Muhamili, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Mu'az ibnu Jabal, bahwa ketika ia sedang duduk di hadapan Nabi ﷺ, tiba-tiba datang menghadap kepada Nabi ﷺ seorang lelaki dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang mengerjai wanita yang tidak halal baginya; dia tidak menyia-nyiakan suatu kesempatan ini barang sedikit pun, perihalnya sama seperti apa yang dilakukan oleh seorang lelaki terhadap istrinya, hanya saja dia tidak menyetubuhinya?" Maka Nabi ﷺ bersabda kepadanya: “Lakukanlah wudu dengan baik lalu berdirilah dan kerjakanlah shalat.” Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang).” (Hud: 114) Lalu Mu'az bertanya, "Apakah ayat ini khusus baginya ataukah bagi seluruh kaum muslim?" Nabi ﷺ menjawab, "Tidak, bahkan buat seluruh kaum muslim." Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu muslim, dari Amr ibnu Dinar, dari Yahya ibnu Ja'dah, bahwa seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi ﷺ teringat akan seorang wanita. Saat itu lelaki tersebut sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ. Lalu lelaki itu meminta izin kepada Rasulullah ﷺ untuk suatu keperluannya, dan Rasulullah ﷺ mengizinkannya. Kemudian lelaki itu pergi mencari wanita yang diingatnya tadi, tetapi tidak menjumpainya. Lelaki itu kembali dengan maksud akan memberitahukan kepada Nabi ﷺ berita gembira akan datangnya hujan. Di tengah perjalanan ia menjumpai wanita itu sedang duduk di atas pancuran air. Lalu ia mendorong wanita itu hingga telentang dan menindihinya di antara kedua kakinya, sehingga penisnya lemas seperti ujung kain (karena telah mengeluarkan air mani). Kemudian ia bangkit dengan rasa menyesali perbuatannya, dan ia langsung pergi hingga datang ke hadapan Nabi ﷺ, menceritakan apa yang telah diperbuatnya itu. Maka Nabi ﷺ bersabda kepadanya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu dan kerjakanlah shalat empat rakaat!” Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi ﷺ membacakan firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam.” (Hud: 114), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ahmad ibnu Sibawaih, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Salim, dari Az-Zubaidi Salim ibnu Amir; ia pernah mendengar Abu Umamah mengatakan bahwa sesungguhnya pernah ada seorang lelaki datang menghadap kepada Nabi ﷺ, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, laksanakanlah hukuman had Allah atas diriku," sebanyak sekali atau dua kali, tetapi Rasulullah ﷺ berpaling darinya. Tidak lama kemudian shalat didirikan; dan setelah Rasulullah ﷺ merampungkan shalatnya, beliau bertanya, "Ke manakah orang yang tadi meminta agar aku menegakkan hukuman had Allah atas dirinya?" Lelaki itu menjawab, "Inilah saya." Rasulullah ﷺ bersabda, "Apakah engkau telah melakukan wudumu dengan baik dan shalat bersama kami tadi?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka sesungguhnya engkau telah dibersihkan dari dosa-dosamu seperti pada hari engkau dilahirkan oleh ibumu, maka janganlah kamu ulangi perbuatan itu!” Dan Allah ﷻ menurunkan atas Rasul-Nya firman berikut: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (Allah).” (Hud: 114) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Abu Usman yang mengatakan bahwa ketika ia sedang bersama Salman Al-Farisi di bawah sebuah pohon, lalu Salman mengambil salah satu dari rantingnya yang kering dan ia menggoyah-goyahkannya sehingga berguguranlah dedaunannya. Kemudian Salman berkata, "Hai Abu Usman, mengapa engkau tidak bertanya kepadaku tentang apa yang aku lakukan tadi?" Ia bertanya, "Mengapa engkau melakukannya?" Salman menjawab, bahwa demikianlah ia pernah melihat Rasulullah ﷺ melakukannya, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya orang muslim itu apabila berwudu dan ia lakukan wudunya itu dengan baik, lalu mengerjakan shalat lima waktunya, maka berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana dedaunan ini berguguran.” Lalu Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (Allah).” (Hud: 114) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu'az, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: “Hai Mu'az, ikutilah amal yang buruk dengan amal yang baik, amal yang baik itu dapat menghapuskannya; dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Habib, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan ikutilah amal yang buruk dengan amal yang baik, niscaya amal baik itu menghapus dosanya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syamr Ibnu Atiyyah, dari guru-gurunya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Nabi ﷺ, "Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepadaku." Rasulullah ﷺ menjawab: "Apabila kamu berbuat suatu keburukan, maka iringilah ia dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu menghapus (dosa)nya.” Abu Zar kembali berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kalimat 'La ilaha illallah’ (Tidak ada Tuhan selain Allah) termasuk amal yang baik?" Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalimat itu adalah amal baik yang paling utama.” Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Huzail ibnu Ibrahim Al-Jumani, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman Az-Zuhr (salah seorang putra Sa'd ibnu Abu Waqqas), dan Az-Zuhri, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Tidak sekali-kali seorang hamba mengucapkan 'La ilaha illallah’ (Tidak ada Tuhan selain Allah) dalam suatu saat dari malam atau siang hari melainkan dihapuskan semua dosa yang ada dalam buku catatan amalnya, lalu di bubuhkan kepadanya catatan amal kebaikan yang serupa dengannya.” Usman ibnu Abdur Rahman yang dikenal dengan nama julukan Al-Waqqasi orangnya agak daif. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam dan Zaid ibnu Akhram; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Mastur ibnu Abbad, dari Sabit, dari Anas, bahwa pernah ada seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, aku belum pernah membiarkan suatu keperluan pun, tidak pula sesuatu hal pun." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Apakah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya yang ini menghapus yang tadi.” Mastur meriwayatkan hadis ini secara munfarid melalui jalur ini.

Hud: 114

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat