Doa di Awal Tahun Baru Hijriyah
Tahun Baru Hijriah merupakan sebuah hari spesial bagi umat Islam. Karena pada hari ini, umat Islam sangat bersuka cita menyambut awal yang baru dari penanggalan Islam. Biasanya, umat Islam memperingatinya dengan melakukan pawai obor yang dipadukan dengan selawat.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang doa yang sangat cocok untuk awal tahun Hijriah, ada baiknya Anda memahami bagaimana sejarah penanggalan kalender Hijriah. Dengan memahami latar belakang sejarahnya, Anda akan mendapat pengetahuan baru tentang penanggalan kalender Hijriah.
Sejarah Tahun Baru Hijriyah
Pada mulanya, kaum muslimin di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar, belum mengenal pergantian tahun Hijriah. Ketika itu, istilah tahun baru Hijriah belum ada. Kaum muslimin pada saat itu menggunakan kalender qamariyah sebagai acuan kegiatan dan pencatatan sejarah.
Kalender qamariyah merupakan sistem penanggalan yang sudah digunakan oleh masyarakat Arab sejak sebelum perkembangan Islam. Namun, pada masa itu belum ada angka tahun dan acuan tahun, sebelum akhirnya terjadi sebuah peristiwa di zaman Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Pada saat Khalifah Umar bin Khattab memasuki tahun ketiga kekhalifahannya, beliau kemudian menerima sebuah surat dari Abu Musa al-Asy’ari, yang saat itu merupakan gubernur untuk willayah Bashrah.
Dalam surat yang diterima itu, Abu Musa mengatakan bahwa sudah disampaikan kepadanya sejumlah surat dari Sang Khalifah, sedangkan ia bingung kapan ia harus menindaklanjutinya. Hal tersebut tentunya akan menjadi sebuah permasalahan di kemudian hari.
Dan benar saja ketika Abu Musa kemudian mempelajari sebuah surat yang ditulis di bulan Syakban, namun lagi-lagi ia bingung, surat itu dikirim di bulan Syakban tahun ini ataukah tahun lalu. Lalu ia memtuskan untuk menyampaikan masalah tersebut ke Khalifah Umar.
Setelah menerima surat tersebut, Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat di Madinah dan kemudian beliau meminta mereka untuk menetapkan sistem penanggalan tahun untuk masyarakat agar bisa dijadikan acuan waktu yang pasti.
Pada mulanya, ada beberapa sahabat yang mengusulkan untuk menggunakan acuan tahun bangsa Romawi. Namun, usulan ini dibantah karena penanggalan tahun Romawi sudah terlalu tua. Dan perhitungan tahun Romawi sudah dibuat sejak zaman Dzul Qornain.
Setelah menolak usulan itu, Said bin al-Musayib menceritakan, seperti yang disebutkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, bahwa Sang Khalifah kemudian meminta Kaum Muhajirin dan Anshar r.a. untuk berkumpul.
Di situlah kemudian seorang sahabat sekaligus menantu Rasulullah saw., Ali bin Abi Thalib, mengusulkan untuk menjadikan peristiwa hijrahnya kaum muslimin sebagai awal tahun yang baru.
Hal itu juga untuk menandakan awal kehidupan umat Islam yang baru setelah meninggalkan negeri syirik.
Maksud negeri syirik menurut Ali bin Abi Thalib adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Kemudian, usulan tersebut disetujui dan Umar menetapkan tahun peristiwa terjadinya hijrah itu sebagai tahun pertama Hijriah.
Namun, sebelum ditetapkan tahun pertama berdasarkan peristiwa hijrah ke Madinah, terdapat beberapa pilihan yang dikemukakan oleh sahabat kepada Umar bin Khatthab. Terdapat empat peristiwa yang diusulkan para sahabat menjadi acuan kalender Hijriah.
Pertama adalah tahun ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan. Kemudian, yang kedua adalah tahun ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai rasul. Selanjutnya adalah tahun ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan yang keempat adalah tahun ketika beliau wafat.
Dalam proses musyawarah tersebut, terdapat perdebatan tentang penentuan awal tahun. Perdebatan terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad dan tahun ketika beliau diutus sebagai rasul. Para sahabat juga berpendapat bahwa tahun kematian tidak cocok untuk menjadi acuan awal tahun.
Karena pada tahun tersebut timbul kesedihan yang amat dalam bagi kaum muslimin. Oleh karena itu, dipilihlah tahun di mana Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah sebagai acuan awal tahun dari penanggalan kalender Hijriah.
Itulah penjelasan secara singkat mengenai sejarah munculnya tahun Hijriah. Dalam pemaparan sejarah tersebut, terdapat hal yang dapat digarisbawahi, yaitu di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakarm tidak dikenal tahun baru Hijriah.
Adapun alasan Khalifah Umar menetapkan penanggalan Hijriah sebagai sebuah penanggalan resmi umat Islam adalah untuk menandai setiap peristiwa secara rinci dan juga membuat kegiatan korespondensi dengan wilayah lain menjadi lebih tertib.
Atau bisa dikatakan bahwa latar belakang penetapan kalender Hijriah pada zaman Umar merupakan hal yang berkaitan dengan kepentingan administrasi. Dan, tidak disebutkan hubungannya dengan ibadah yang dilakukan umat Islam.
Tidak Ada Dalil Doa Awal Tahun Hijriyah
Karena Tahun Hijriah baru dikenal pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, maka tidak ada anjuran ritual ibadah, baik salat di malam pergantian tahun, doa tahun baru, maupun puasa akhir tahun, dan lain-lain di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat.
Ketika Umar menetapkan tanggal 1 Muharram sebagai awal pergantian tahun Hijriah, beliau juga tidak meminta masyarakat untuk melakukan sebuah ibadah dan tidak mengaggap hari itu sebagai hari istimewa.
Oleh karena itulah, para ulama sejak dahulu tidak pernah memberikan anjuran untuk mengadakan ibadah khusus dalam bentuk apa pun pada saat Tahun Baru Hijriah. Bahkan, sebagian para ulama mengingkarinya.
Menurut Dr. Bakr Abu Zaid, tidak ada dalil dalam syariat yang menyebutkan tentang ritual akhir tahun, berupa doa atau dzikir.
Masyarakat, yang datang di masa setelah zaman kenabian dan sahabat, membuat-buat kegiatan doa dan menyusun kalimat-kalimat doa, seolah-olah aktivitas tersebut diizinkan dalam syariat, padahal tidak.
Alih-alih diizinkan, amalan ini bahkan tidak diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga tidak ada dasarnya. Pendapat beliau selengkapnya dapat Anda baca dalam Tashih ad-Dua, di halaman 108.
Penjelasan yang serupa juga dikemukakan oleh Syaikh Khalid Abdul Mun’im Rifa’i. Beliau mengatakan bahwa sepatutnya setiap muslim tidak mengkhususkan satu waktu tertentu, seperti akhir atau awal tahun, untuk melakukan ibadah apa pun bentuknya.
Tidak Ada Ibadah Khusus Awal Tahun
Dari dua kutipan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada ibadah khusus yang dilakukan saat awal tahun baru Islam. Dengan demikian, dapat dipahami pula satu prinsip yang sejalan dengan itu: tidak ada doa tahun baru Hijriyah.
Sementara, doa yang tersebar di kalangan umat Islam, yang artinya berbunyi, “Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam… .” merupakan doa yang sahih karena diriwayatkan Ahmad, Turmudzi, dan yang lainnya, serta disahihkan pula oleh Syuaib al-Arnauth.
Namun, doa ini bukanlah doa awal tahun, melainkan doa awal bulan.
Itulah tadi pembahasan mengenai doa Tahun Baru Islam, dapat diambil kesimpulan bahwa doa untuk awal tahun tidak diajarkan. Namun, para ulama menyarankan bagi umat Islam untuk berdoa dengan menggunakan doa awal bulan setiap bulan baru datang.
Diharapkan dengan adanya pembahasan ini, Anda dapat menambah pengetahuan tentang dunia keislaman. Dengan demikian, bertambah pula semangat Anda untuk terus beribadah demi mencari rida-Nya.
Referensi:
https://konsultasisyariah.com/23701-doa-tahun-baru-hijriyah.html