Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِي
yang
رَفَعَ
meninggikan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
بِغَيۡرِ
dengan tidak/tanpa
عَمَدٖ
tiang
تَرَوۡنَهَاۖ
kamu melihatnya
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَوَىٰ
Dia menuju
عَلَى
diatas
ٱلۡعَرۡشِۖ
'Arasy
وَسَخَّرَ
dan Dia menundukkan
ٱلشَّمۡسَ
matahari
وَٱلۡقَمَرَۖ
dan bulan
كُلّٞ
masing-masing
يَجۡرِي
beredar
لِأَجَلٖ
hingga waktu
مُّسَمّٗىۚ
ditentukan
يُدَبِّرُ
Dia mengatur
ٱلۡأَمۡرَ
urusan
يُفَصِّلُ
Dia menjelaskan
ٱلۡأٓيَٰتِ
tanda-tanda
لَعَلَّكُم
agar kalian
بِلِقَآءِ
dengan pertemuan
رَبِّكُمۡ
Tuhan kalian
تُوقِنُونَ
kamu meyakini
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِي
yang
رَفَعَ
meninggikan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
بِغَيۡرِ
dengan tidak/tanpa
عَمَدٖ
tiang
تَرَوۡنَهَاۖ
kamu melihatnya
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَوَىٰ
Dia menuju
عَلَى
diatas
ٱلۡعَرۡشِۖ
'Arasy
وَسَخَّرَ
dan Dia menundukkan
ٱلشَّمۡسَ
matahari
وَٱلۡقَمَرَۖ
dan bulan
كُلّٞ
masing-masing
يَجۡرِي
beredar
لِأَجَلٖ
hingga waktu
مُّسَمّٗىۚ
ditentukan
يُدَبِّرُ
Dia mengatur
ٱلۡأَمۡرَ
urusan
يُفَصِّلُ
Dia menjelaskan
ٱلۡأٓيَٰتِ
tanda-tanda
لَعَلَّكُم
agar kalian
بِلِقَآءِ
dengan pertemuan
رَبِّكُمۡ
Tuhan kalian
تُوقِنُونَ
kamu meyakini
Terjemahan
Allah yang meninggikan langit tanpa tiang yang (dapat) kamu lihat. Kemudian, Dia bersemayam di atas ‘Arasy serta menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang telah ditentukan (kiamat). Dia (Allah) mengatur urusan (makhluk-Nya) dan memerinci tanda-tanda (kebesaran-Nya) agar kamu meyakini pertemuan (kamu) dengan Tuhanmu.
Tafsir
(Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kalian lihat) lafal `amad merupakan bentuk jamak dari kata tunggal `imaad, yang artinya ialah tiang penyanggah. Dan memang sebagaimana yang terlihat langit itu tidak mempunyai tiang penyanggah (kemudian Dia berkuasa di atas Arsy) dalam arti kata kekuasaan yang layak bagi keagungan-Nya (dan menundukkan) menjinakkan (matahari dan bulan. Masing-masing) daripada matahari dan bulan itu (beredar) pada garis edarnya (hingga waktu yang ditentukan) yaitu hari kiamat. (Allah mengatur semua urusan) yakni memutuskan semua perkara kerajaan-Nya (menjelaskan) menerangkan (tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya (supaya kalian) hai penduduk kota Mekah (terhadap hari pertemuan dengan Rabb kalian) melalui hari berbangkit (meyakininya).
Tafsir Surat Ar-Ra'd: 2
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kalian meyakini pertemuan (kalian) dengan Tuhan kalian.
Allah ﷻ menceritakan tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya, bahwa dengan seizin dan perintah-Nya langit ditinggikan tanpa pilar penyangga. Bahkan dengan seizin dan perintah-Nya serta penundukan dari-Nya, langit ditinggikan dari bumi dalam jarak yang tingginya tak terperikan dan tak terjangkau oleh ukuran. Langit pertama mengelilingi bumi dan sekitarnya termasuk air dan udara dari semua arah dan kawasannya serta berada jauh tinggi dari semuanya dengan ketinggian yang merata dari semua sisinya.
Jarak antara langit pertama dan bumi dari setiap arah adalah perjalanan lima ratus tahun, sedangkan ketebalan langit pertama juga sejauh perjalanan lima ratus tahun. Kemudian langit kedua mengelilingi langit pertama beserta semua isinya, dan jarak antara langit pertama ke langit kedua adalah lima ratus tahun perjalanan, sedangkan ketebalan langit kedua adalah perjalanan lima ratus tahun. Demikian pula seterusnya pada langit yang ketiga, langit keempat, langit kelima, langit keenam, dan langit ketujuh.
Allah ﷻ telah berfirman: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (Ath-Thalaq: 12), hingga akhir ayat. Di dalam sebuah hadis disebutkan: “Tiadalah ketujuh langit beserta apa yang ada di dalamnya dan semua yang ada di antaranya bila dibandingkan dengan Al-Kursi kecuali seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir. Dan (tiadalah) Al-Kursi bila dibandingkan dengan 'Arasy yang agung, melainkan seperti gelang itu yang berada di padang pasir.”
Di dalam riwayat yang lain disebutkan: 'Arasy tidak dapat diperkirakan luasnya kecuali hanya oleh Allah ﷻ. Disebutkan dari sebagian ulama Salaf bahwa jarak antara 'Arasy sampai ke bumi memakan waktu lima puluh ribu tahun, dan jarak di antara kedua sisinya adalah perjalanan lima puluh ribu tahun. 'Arasy berupa yaqut merah.
Firman Allah ﷻ: t”Tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat.” (Ar-Ra'd: 2)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa langit itu mempunyai pilar penyangga, tetapi kalian tidak dapat melihatnya. Lain pula halnya dengan Iyas ibnu Mu'awiyah, ia mengatakan bahwa langit di atas bumi seperti kubah, yakni tanpa tiang penyangga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah melalui riwayat yang bersumber darinya; pendapat inilah yang lebih sesuai dengan konteks ayat dan makna lahiriah dari firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Dan Dia menahan (benda-benda) langit (agar tidak) jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya.” (Al-Hajj: 65)
Dengan demikian, berarti firman Allah ﷻ yang menyebutkan: “(sebagaimana) yang kalian lihat.” (Ar-Ra'd: 2) mengukuhkan ketiadaan hal tersebut, yakni langit ditinggikan tanpa memakai tiang penyangga seperti yang kalian lihat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah ﷻ Yang Maha Sempurna. Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt yang syairnya beriman tetapi kalbunya kafir, seperti yang disebutkan di dalam hadis, lalu diriwayatkan oleh Zaid ibnu Amr ibnu Nufail r.a., yaitu: “Engkaulah Yang telah melimpahkan anugerah dan rahmat kepada Musa, Engkau utus dia sebagai rasul menyeru (manusia menyembah-Mu). Engkau katakan kepadanya, ‘Pergilah kamu bersama Harun, serulah Firaun untuk menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas. Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang telah menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat terhamparkan seperti sekarang?' Dan katakan olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu yang telah meninggikan langit ini tanpa tiang, atau apakah kamu yang membangun di atasnya?' Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menyempurnakan penciptaan tengah-tengah langit yang dapat memberikan petunjuk kepadamu dengan sinar bintang-bintangnya di saat malam hari menyelimutimu?' Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang mengirimkan matahari di siang hari, lalu permukaan bumi yang terkena sinarnya menjadi jelas kelihatan?' Dan katakan olehmu berdua, 'Siapakah yang menumbuhkan biji-bijian di bumi, lalu tumbuhlah darinya tumbuh-tumbuhan yang subur dan semarak, dan pada ujung tumbuh-tumbuhan itu keluar biji-bijian? Maka pada kesemuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berpikir’.”
Firman Allah ﷻ: “Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Ar-Ra'd: 2)
Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf, bahwa penyebutan sifat ini bagi Allah disertai dengan pengertian tanpa menggambarkan dan tanpa menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun, Maha Suci Allah dari segala misal dan perumpamaan, lagi Maha Tinggi dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah ﷻ: “Dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.” (Ar-Ra'd: 2)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah matahari dan bulan terus beredar sampai batas waktu penghentiannya, yaitu dengan terjadinya hari kiamat.
Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.” (Yasin: 38) Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah matahari dan bulan berjalan sampai ke tempat menetapnya, yaitu di bawah 'Arasy yang bersebelahan dengan perut bumi dari sisi lainnya. Matahari dan semua bintang-bintang langit apabila telah sampai di tempat itu, maka letaknya sangat berjauhan dengan 'Arasy.
Karena sesungguhnya menurut pendapat yang benar berdasarkan dalil-dalil yang ada, bentuk 'Arasy seperti kubah yang menutupi semesta alam, bukan mengelilinginya seperti semua bintang, mengingat 'Arasy mempunyai kaki-kaki dan ada para malaikat penyangga 'Arasy yang menyangganya. Dan hal seperti ini tidak tergambarkan pada suatu bentuk yang bundar. Hal ini jelas bagi orang yang memikirkan ayat-ayat dan hadis-hadis sahih yang menerangkan tentangnya.
Penyebutan matahari dan bulan dikarenakan keduanya adalah dua bintang yang paling menonjol di antara tujuh bintang yang beredar lainnya, sedangkan bintang-bintang yang beredar lebih utama daripada bintang yang tetap (tidak beredar). Apabila Allah telah menundukkan keduanya, maka terlebih lagi semua bintang lainnya, lebih utama, seperti yang diisyaratkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: “Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya menyembah kepada-Nya saja.” (Fushshilat: 37) Hal ini telah dijelaskan pula dalam ayat lainnya, yaitu: “Dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 54)
Firman Allah ﷻ: “Menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kalian meyakini pertemuan (kalian) dengan Tuhan kalian.” (Ar-Ra'd: 2) Artinya, menjelaskan tanda-tanda dan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, dan bahwa Dia dapat menghidupkan kembali makhluk, bila Dia menghendakinya, seperti Dia memulai penciptaannya.
Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan bahwa Al-Qur'an
adalah benar dari-Nya, lalu pada ayat ini Allah membuktikan kebenarannya melalui keunikan penciptaan alam semesta. Hanya Allah yang
meninggikan langit tanpa tiang penyangga sebagaimana yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menundukkan matahari dan
bulan di bawah aturan hukum alam-Nya; masing-masing dari keduanya
beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan makhluk-Nya, baik yang di bumi maupun di langit, dan Dia menjelaskan
tanda-tanda kebesaran-Nya agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu kelak di akhirat. Usai berbicara tentang matahari dan bulan, Allah melalui ayat ini
menjelaskan perihal bumi dan isinya. Dan Dia Yang Maha Pencipta adalah Tuhan yang juga menghamparkan bumi untuk tempat kamu berdiam,
dan menjadikan gunung-gunung yang beragam tingginya, dan sungai-sungai yang mengalir di atas permukaan-nya. Dan padanya Dia menjadikan
semua buah-buahan dari bermacam jenisnya secara berpasang-pasangan
sehingga dapat berkembang biak. Dia pula yang menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mau berpikir.
Ayat ini menjelaskan bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an dengan memaparkan tanda-tanda atau bukti-bukti adanya Allah yang menurunkan Al-Qur'an. Keberadaan Allah ini dibuktikan dengan berbagai ciptaannya yang bisa dilihat dan dirasakan manusia di alam raya ini.
Secara terperinci Allah menerangkan keadaan langit yang ditinggikan tanpa tiang, perjalanan matahari dan bulan yang masing-masing beredar menurut waktu dan tempat yang sudah ditentukan, keadaan bumi yang penuh dengan gunung dan lembah yang mengalir sungai di antaranya, dan adanya bermacam-macam kebun yang menghasilkan beraneka ragam buah-buahan. Semua itu menunjukkan bahwa hanya Allah yang dapat memberi manfaat dan mudarat, yang dapat menghidupkan dan mematikan dan Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dipaparkan dalam ayat ini:
1. Menciptakan langit di atas bumi tanpa adanya tiang sebagaimana yang biasa dilihat oleh seluruh makhluk, dan jarak yang sangat jauh di antara benda-benda di langit yang kesemuanya beredar menurut ketentuan dan peraturan Allah sendiri seperti benda-benda yang terlihat melayang di angkasa.
2. Kemudian Allah bersemayam di atas Arasy-Nya dan mengatur alam semesta ini. Tentang kebijaksanaan-Nya telah dibentangkan secara panjang lebar di dalam Surah al-Araf dan Surah Yunus.
3. Allah ﷻ telah menundukkan matahari dan bulan untuk kemanfaatan sekalian makhluk-Nya, masing-masing berjalan pada rotasi/lintasannya menurut waktu yang ditentukan. Tentang perjalanan matahari dan bulan telah dijelaskan dengan terperinci dalam Surah Yunus dan Surah Hud. Allah ﷻ mengatur segala kejadian dalam kerajaan-Nya secara sempurna, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, mengadakan dan meniadakan, memberi kekayaan dan kemiskinan, menurunkan wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Semua itu menunjukkan bahwa Allahlah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak dan rahmat yang luas, karena menentukan penciptaan suatu makhluk dengan keadaan sifat dan tabiat tertentu, tidak dapat dilaksanakan kecuali oleh Tuhan Yang Mahaagung dan Mahakuasa. Dialah yang mengatur alam kebendaan dan alam kerohanian dan Dialah yang mengatur benda-benda yang amat besar dan amat kecil, semuanya dengan penuh hikmah kebijaksanaan.
Ditinjau dari sudut saintifik, langit atau sama dalam ayat ini dapat berarti langit biru atau atmosfer yang dekat dengan bumi ini. Dalam pengertian yang lebih luas sama juga dapat diartikan dengan langit antariksa (space) yang sangat luas ini.
Atmosfer adalah selubung gas yang meliputi suatu planet (termasuk bumi). Ia membentuk ruang udara. Atmosfer dibagi ke dalam 6 (enam) wilayah menurut ketinggiannya, yang satu berada di atas yang lainnya. Secara berurutan dari wilayah yang terendah, maka atmosfer dibagi menjadi: (1) Troposfer (Troposphere ketinggian: 0-8 Km), (2) Tropopause, ketinggian: 8-12 Km (3) Stratosfer (Stratosphere, ketinggian: 12-80 Km), (4) Mesosfer (Mesosphere, ketinggian: 80 Km) (5) Ionosfer (Ionosphere, ketinggian: 100 Km) dan (6) Eksosfer (Exosphere, ketinggian >100Km). Terjadinya awan, cuaca dan sebagainya berada di wilayah Troposfer. Komposisi atmosfer (di wilayah Troposfer), mayoritas terdiri dari gas nitrogen (78%), juga oksigen (20%). Atmosfer ini menyeliputi bumi dan dapat tegak di atas bumi karena adanya gaya gravitasi bumi. Inilah pengertian dari meninggikan langit tanpa tiang itu. Tentu saja ini adalah tafsir langit yang berbeda dengan tujuh lapis langit yang menyangkut galaksi dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan langit tanpa tiang, ditinjau dari struktur konstruksi maka struktur tanpa tiang hanya dimungkinkan kalau konstruksinya berbentuk bola atau mirip bola (spherical, surface of revolution), meskipun demikian para ahli belum sepakat tentang bentuknya; ada yang menyatakan sebagai bola, seperti sadel, bahkan sebagai terompet. Pada konstruksi ini dinding dan tiang menyatu menjadi permukaan bola itu sendiri. Jadi, konstruksi langit tanpa tiang hanya dimungkinkan bila langit itu berbentuk bola, sesuai dengan temuan ilmiah yang menyatakan bahwa alam semesta adalah bola besar yang mengembang makin membesar dengan kecepatan cahaya yaitu dengan kecepatan cahaya 300 ribu kilometer setiap detiknya (the expanding universe).
Langit-antariksa, memang terbentuk sejak Dentuman Besar (Big Bang) dan terus mengembang dan meluas. Dalam Surah az-zariat/51:47 disebutkan: Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya. Kata sama pada ayat 47 Surah az-zariat/51 di atas lebih tepat diartikan langit-antariksa. Langit-antariksa (space) memang terus-menerus mengembang (space expansion). Penelitian spektrum Galaksi, menunjukkan adanya pergeseran spektrum pita-merah yang teratur, hal ini menjelaskan bahwa jarak antar Galaksi semakin menjauh, dan inilah yang merupakan indikasi langit-antariksa semakin mengembang. Tentu langit ini tidak memerlukan tiang; karena dibangun dengan kekuatan maha dahsyat dari Allah ﷻ yang berupa Dentuman Besar. Dentuman Besar (Big Bang) ini telah memecah Gaya Superforce menjadi Gaya-gaya Fundamental seperti: Gaya Gravitasi, Gaya Nuklir Kuat, Gaya Nuklir Lemah, dan Gaya Elektromagnetik; yang kesemuanya ini menstabilkan langit-antariksa ini.
Seterusnya dalam ayat-2 ini disebutkan: "Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan". Kata "menundukkan" berarti bahwa baik matahari maupun bulan tunduk pada sunatullah, atau hukum-hukum alam dari Allah. Tentang "masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan", lihat keterangan pada Surah Yunus/10: 5 di atas. Demikian penjelasan dari sudut pandang saintis.
Kesemuanya itu terjadi berkat kesempurnaan Allah dalam Zat, sifat, ilmu, dan kekuasaan-Nya yang tidak dapat ditiru oleh siapapun juga. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya dengan peraturan yang sangat rapi dan sempurna, serta mengatur benda-benda di langit sehingga berjalan menurut lintasan yang telah ditentukan, seperti bentuk mata rantai yang sambung menyambung sehingga tidak terjadi tabrakan di ruang angkasa yang dapat menimbulkan malapetaka dan bencana. Semua ini berlangsung terus-menerus sampai datang hari kiamat, dimana akan terjadi kekacauan dan ketidakteraturan kerja benda-benda langit di alam angkasa. Kehancuran alam semesta dimulai dengan terbelahnya langit, seperti dijelaskan dalam firman Allah:
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (al-Infithar/82:1-2)
Kemudian Allah menerangkan bahwa tanda-tanda kesempurnaan kekuasaan-Nya di langit dan di bumi merupakan sarana yang bisa menimbulkan keyakinan bagi umat manusia akan adanya perjumpaan dengan Allah Sang Pencipta pada hari kiamat, dimana Dia akan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang berbuat kebajikan dan menghukum orang-orang yang berbuat kejahatan. Jika manusia meyakini kebenaran ini, niscaya dia dapat berpaling dari penyembahan berhala dan patung kepada keikhlasan beribadah hanya kepada Allah Yang Maha Esa, percaya kepada janji dan ancaman-Nya, percaya kepada semua rasul-Nya, mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga mereka menjadi manusia yang bahagia di dunia dan di akhirat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AR-RA'D
(PETIR)
SURAH KE-13, 43 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -43)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
“Alif Laam Miim Roa." Telah banyak kita jelaskan tentang arti huruf di pangkal surah, dan telah kita simpulkan pendirian kita bahwa arti atau hikmah meletakkan huruf-huruf demikian di pangkal surah, Allah sajalah yang lebih mengetahui. Dan jika kita memberi arti tersendiri, asal jangan melanggar isi maksud Al-Qur'an, tidak mengapa. Tetapi jangan dipertahankan bahwa pendapat itu sajalah yang benar dan yang lain tidak. Riwayat-riwayat Ibnu Abbas-lah yang banyak memberi arti huruf-huruf itu, tetapi tidak pula dikuatkan oleh riwayat yang lain, terutama hadits-hadits yang shahih daripada Nabi Muhammad ﷺ."Ayat-ayat Kitab ini." yaitu ayat-ayat dari kitab Al-Qur'an,
Ayat 1
“Dan yang diturunkan kepada engkau dan Tuhan engkau adalah benar."
Dalam ayat ini tersebutlah bahwa Rasulullah ﷺ itu menerima dua dari Allah, pertama wahyu yang tersebut di dalam AI-Qur'an, kedua soal-soal lain yang berkenaan dengan syari'at. Tetapi cara perincian dijelaskan oleh perbuatan Nabi. Misalnya di dalam Al-Qur'an dijelaskan kewajiban shalat, tetapi bagaimana cara, kaifiat mengerjakan shalat itu adalah mencontoh dari perbuatan Rasulullah ﷺ sendiri yang diturunkan langsung kepada beliau, misalnya dengan contoh perbuatan yang dipertontonkan oleh Jibril di hadapan beliau. Maka keduanya, yaitu ayat-ayat dalam Ai-Qur'an dan contoh perbuatan Rasulullah, kedua-duanya itu sama benarnya, dan tidaklah dapat kita mengerjakan agama yang diwahyukan di dalam Al-Qur'an dengan sempurna. Kalau contoh teladan yang dari Nabi Muhammad ﷺ itu tidak kita turuti.
"Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah percaya."
Isi Al-Qur'an ditolaknya, apatah lagi perbuatan Rasulullah ﷺ tidak dijadikannya contoh teladan, dia. Hanya berbuat semau-maunya, itulah orang yang boleh disebut kafir. Sebab dia tidak mempunyai alasan di dalam penolakannya itu selain daripada pengaruh hawa nafsunya belaka.
Mengapa sampai manusia banyak yang tidak mau percaya?
Sebab dia tidak mau memerhatikan alam yang berada di sekitarnya dan tidak mau mengenal di mana kedudukannya, sebagai manusia, dalam gabungan dengan alam itu. Sebab itu maka ayat selanjutnya memperingatkan manusia tentang betapa kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya di alam ini.
Ayat 2
“Allah-lah yang telah meninggikan semua langit dengan tidak bertiang yang kamu lihat akan dia."
Tinggilah sangat langit itu dan banyaklah lapis-lapisnya, sehingga tidak ada batas tempat tertumbuknya penglihatan kita, yang oleh karena sangat jauhnya, yang dapat kita lihat hanyalah warna biru belaka. Disebut Samawat, yang berarti banyak langit, dan penafsir artikan Semua Langit. Yang kadang-kadang disebut di dalam Al-Qur'an Tujuh Langit, yang menurut bahasa Arab pemakaian bilangan tujuh bukanlah tetap tujuh, tetapi tanda bahwa dia banyak. Berapakah banyak sebenarnya? Tidaklah ada manusia yang tahu. Apakah langit itu tingkat-tingkat udara di cakrawala? Tidak ada yang tahu! Apakah itu agaknya galaksi (kumpulan kekeluargaan berjuta bintang) dengan mata-hari-mataharinya sendiri-sendiri? Pun tidak ada yang tahu! Manusia belum lama tinggal di dunia ini, jika dibandingkan dengan umur dunia dan umurnya bumi dan langit, dan penyelidikan tentang alam pun masih baru, belum cukup 100.000 tahun. Malahan abad-abad terakhir ini, terutama abad kedua puluh ini, barulah permulaan mencoba menyelidiki langit yang belum lagi sempurna. Diingatkan kepada manusia bahwa langit itu terbentang demikian rupa di atas kepala kita, dan bintang-bintang menghiasinya di waktu malam dengan indahnya, namun dia melindungi kita laksana atap bagi kita, namun kita tidak melihat di mana tiangnya.
Manusia ditarik buat memerhatikan itu. Demikian kukuhnya bintang-bintang masih bercahaya, matahari masih beredar dan bulan pun demikian pula, namun dia tidak pernah runtuh sudah berjuta-juta tahun. Dan bintang-bintang itu juga yang dilihat oleh nenek-moyang kita beribu tahun yang lalu, dan bintang-bintang itu juga yang akan dilihat oleh anak cucu kita beribu-ribu tahun lagi, sesudah kita tak ada. Demikian kukuhnya, pastilah hendaknya dia bertiang, namun kita tidak pernah melihat tiang itu. Sebab kalau kita tidak melihatnya, bukanlah artinya bahwa tiang itu tidak ada.
Apakah tiang itu? Apakah barangkali kekuatan daya tarik-menarik dan perimbangan berat dan jarak di antara satu bintang dengan bintang yang lain? Mungkin itulah dia tiang itu. Misalnya ukuran jarak di antara matahari dengan bumi dan ukuran jarak antara bumi dengan bulan; mungkin itu tiangnya, dan mungkin juga yang lain, yang terkandung dalam ilmu Allah ﷻ",Kemudian Dia pun bersemayam di atas Arsy." Bagaimana semayam-Nya itu pun tidaklah kita ketahui, dan tidak perlu kita mencari berbagai tafsir, misalnya dilaksanakan dengan seorang raja yang duduk bersemayam memegang tongkat lambang kekuasaan dan bola lambang kebe-saran pada kedua belah tangannya; karena apa yang kita gambarkan itu pasti tidak sama dengan keadaan sebenarnya yang ada dalam ilmu Allah."Dan teiah Dia mudahkan matahari dan bulan."
Untuk merasakan betapa benar artinya Allah memudahkan matahari dan bulan, baiklah kita kenangkan kembali bahwasanya bumi tempatkita hidup ini hanya salah satu saja dari 11 bintang yang menjadi satelit matahari. Kalau misalnya kita diizinkan Allah berpindah sejenak kepada salah sebuah bintang di ruang angkasa luas itu dan dari sana kita melihat ke bumi, dia akan kelihatan sebagai salah satu daripada beratus bintang yang kita lihat pada malam hari itu saja. Sedang matahari adalah berjuta kali lebih besar daripada bumi. Dan bulan adalah pengiring dari bumi, jauh sangat lebih kecil daripada bumi, tetapi dia pun dipenuhi oleh gunung-gunung mencakar langit karena tingginya. Maka bumi yang kita diami ini sangatlah besarnya jika dibandingkan kepada keadaan kita. Dibandingkan dengan bumi, bolehlah kita katakan bahwa kita ini tidak ada. Jangankan mengangkat bulan, bumi atau matahari, sedangkan mengangkat sebuah batu besar yang jatuh dari tebing gunung menghambat hubungan lalu lintas jalan, kita telah mempergunakan alat-alat besar traktor atau derek, memakai berpuluh-puluh orang kuli untuk menyingkirkannya dengan susah payah. Di Bukit Asam (Tanjung Enim) dan Sawah Lunto (Sumatera Barat), sudah berpuluh-puluh tahun orang membongkar batu-batu dengan alat-alat mesin besar dan memakai tenaga beribu-ribu manusia, namun bila dilihat dari kapal-udara, belum ada artinya yang dikerjakan manusia itu. Dengan merenungkan hal ini dapatlah kita rasakan apa artinya jika Allah memudahkan matahari dan bulan, yang niscaya termasuk juga bumi. Kita lihat sendiri betapa mudahnya matahari itu dikelilingi bumi, dan betapa mudahnya bumi itu dikelilingi bulan. Matahari yang sebesar itu hanya laksana bola kecil saja dipermainkan oleh Allah demi kekuasaan-Nya."Setiap-tiapnya berjalan menurut batas yang telah ditentukan." Tidak pernah berubah walaupun seperseribu detik. Dapat dihitung dan dapat dijamin kebenaran dan ketetapan jalannya, menurut falaknya yang tertentu. Sehingga kita insan yang diam di bumi boleh menghitung tahun, membilang bulan, siang-malam, hari ke minggu dan sampai kepada bilangan jam, bilangan menit dan detik. “Dia atur perintah." Dan semua teratur jadinya menurut perintah-Nya itu, teratur dengan disiplin yang sangat keras."Dia terangkan ayat-ayat." Termasuk dalam ayat-ayat itu adanya gerhana matahari, gerhana bulan, naiknya pasang dan surutnya, menunjukkan pertalian perjalanan bulan dengan bumi, dan adanya musim panas dan hujan di daerah khatulistiwa, atau adanya musim dingin, musim berkembang, musim panas dan musim rontok. Semuanya itu adalah ayat-ayat belaka dari firman-Nya: “Dia atur perintah." Disuruhlah manusia memperhatikan ini semuanya.
“Supaya kamu terhadap pertemuan Tuhan kamu menjadi yakin."
Apa sebab karena melihat semuanya itu dan mempelajarinya, kita bisa yakin bahwa kita akan bertemu dengan Allah? Tentu saja! Cakrawala begitu luas; langit semuanya, matahari, bumi dan bulan, berjalan mudah karena perintah yang teratur dari Allah. Maka peraturan Allah itu meliputilah bagi semua makhluk. Kita manusia pun tidak lepas dan peraturan, yaitu peraturan yang berhubung dengan diri manusia sendiri dalam rangka pertalian dengan peraturan alam raya. Manusia lahir ke dunia, hidup dan kemudian mati, dan kelak berbangkit. Kita akan berkata bahwa mustahil untuk kita tidak ada peraturan; yang mengatakan mustahil itu adalah sesuatu yang ada dalam diri kita sendiri, yaitu akal kita. Dan penciptaan manusia dengan diberi akal ini pun satu peraturan yang sangat menakjubkan.
Setelah kita manusia dibawa menengadah ke atas, melihat langit, sekarang dibawa pula menekur ke bumi tempat kita hidup.
Ayat 3
“Dan Dialah yang menghamparkan …, dan Dia jadikan padanya gunung-gunung dan sungai-sungai."
Mula-mula Allah menyatakan bahwa bumi itu dihamparkan buat kita, sehingga kita dapat tidur, membuat rumah tempat diam, membuat jalan-jalan raya dan jalan kereta api di atasnya, dan lautan sebagai bagian dari bumi dapat pula dilayari. Meskipun bumi itu bulat, namun oleh karena besarnya dan kecilnya kita manusia, hanya bumi sebagai hamparanlah yang kita rasai. Tetapi supaya syarat buat kita hidup menjadi lengkap, diciptakan Allah pula di bumi itu gunung-gunung dan sungai-sungai. Gunung-gunung dan sungai-sungai, tidaklah dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Gunung menahan angin, sebagai pulau penghambat ombak. Dan ke puncak gunung itu berkumpullah awan dan dari sebab sangat dinginnya, membekulah salju di puncaknya itu. Lantaran itu air hujan dan salju di negeri-negeri yang bersalju, turun dari puncak gunung-gunung itu dan salju mencair dengan teratur, membentuk sungai. Di daerah yang dialiri air sungai itulah manusia hidup, membuat tempat tinggal, membuat sawah dan ladang, mendirikan kebudayaan. Ingatlah gunung-gunung dan sungai-sungai dalam sejarah manusia sejak zaman purbakala sampai kepada zaman sekarang. Kata ahli-ahli sejarah, kebudayaan-kebudayaan umat manusia bertumbuh dengan suburnya di tepi sungai-sungai."Dan dari tiap-tiap buah-buahan, Dia jadikan padanya sepasang-sepasang." Yaitu pada bumi itu. Tumbuhnya buah-buahan dengan sepasang-sepasang, berjantan, berbetina, ialah karena mengalirnya air sungai tadi. Kadang-kadang kembang betina dan kembang jantan, dikawinkan oleh kumbang atau lebah atau rama-rama. Kadang-kadang dikawinkan oleh angin sepoi. Maka berusahalah manusia di atas bumi itu menyesuaikan dirinya dengan iklim sekelilingnya."Dia tutup malam dengan siang." Di malam hari manusia istirahat, tetapi tumbuh-tumbuhan itu tetap tumbuh, dan setelah hari siang dia bekerja, dan setelah malam dia istirahat lagi. Begitu terus-menerus. Ini semuanya disuruh manusia memerhatikan dan merenungkan, karena.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir."
Semuanya itu menjadi tanda-tanda bahwa alam ini ada yang mengemudikannya. Teratur karena ada yang mengatur. Tidak ada yang terjadi dengan kebetulan. Hanya manusia yang tidak berpikirlah yang tidak dapat merasakannya. Kita dituntun berpikir dengan teratur. Jika pada ayat cakrawala yang disuruh memperhatikan, dan di ayat 3 direndahkan sedikit, yaitu memperhatikan bumi, gunung dan sungai, sekarang di ayat 4 disuruh memperhatikan daerah yang lebih kecil lagi.
Ayat 4
“Dan pada bumi adalah beberapa (tumpak) tanah yang … dan kebun-kebun dari anggur dan tanam-tanaman lain, dan … yang berumpun dan tidak berumpun, disiram dengan air yang satu, dan Kami lebihkan yang sebagiannya atas yang sebagian pada rasanya."
Orang-orang yang bersawah berpiring-piring dan bertumpak-tumpak, mengerti benar kehendak ayat ini. Tumpak sawah di sana dan di sini, kadang-kadang sama ukurannya dan sama piring sawahnya, tetapi tidak sama hasil padinya, tetapi air yang mengairinya yang satu itu jua, baik air hujan atau air sungai. Padahal letaknya berhampiran bertetangga. Kebun-kebun yang ‘lain tempat orang menanam anggur dan tanam-tanaman yang lain pun demikian. Kurma dibagi orang mutu (kualitas) nya kepada tujuh macam, padahal pohonnya sama dan rupanya sama. Di Mekah di musim haji selalu penjual kurma menyanyikan kurma Madinah."Kurma Madinah ya Syekh!" Tandanya ada macam-macam kurma."Kami lebihkan yang sebagian dari yang sebagian pada rasa." Di Medan terkenal durian kampung besar. Di Jawa terkenal duku palembang. Di Bukittinggi terkenal beras ampatangkat. Kurma itu pun ada yang berumpun dan ada yang tidak berumpun, seperti juga perbedaan besar rumpun padi yang ditanam di sawah dengan padi yang ditanam di ladang. Perbedaan itu pun amat menakjubkan. Ada yang manis; dan yang manis itu pun berbagai ragam pula manisnya. Manis tebu lain, manis rambutan lain, manis mangga lain, berpuluh macam buah-buahan, berpuluh pula macam ragam manisnya. Demikian juga perbedaan rasa asam di waktu masih muda, atau kelatatau hambar, atau pedas sebagai lada dan sangar sebagai bawang dan ada pula yang pahit. Sama sekali itu menakjubkan.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau menggunakan akal."
(ujung ayat 4)