Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱذۡهَب
pergilah kamu
بِّكِتَٰبِي
dengan suratku
هَٰذَا
ini
فَأَلۡقِهۡ
lalu jatuhkanlah ia
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
ثُمَّ
kemudian
تَوَلَّ
berpalinglah kamu
عَنۡهُمۡ
dari mereka
فَٱنظُرۡ
lalu perhatikanlah
مَاذَا
apa yang
يَرۡجِعُونَ
mereka kembali/jawab
ٱذۡهَب
pergilah kamu
بِّكِتَٰبِي
dengan suratku
هَٰذَا
ini
فَأَلۡقِهۡ
lalu jatuhkanlah ia
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
ثُمَّ
kemudian
تَوَلَّ
berpalinglah kamu
عَنۡهُمۡ
dari mereka
فَٱنظُرۡ
lalu perhatikanlah
مَاذَا
apa yang
يَرۡجِعُونَ
mereka kembali/jawab
Terjemahan
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka. Kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan!”
Tafsir
("Pergilah membawa surahku ini, lalu jatuhkan kepada mereka) kepada ratu Balqis dan kaumnya (kemudian berpalinglah) pergilah (dari mereka) dengan tidak terlalu jauh dari mereka (lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.") yakni, jawaban atau reaksi apakah yang bakal mereka lakukan. Kemudian burung Hud-hud membawa surah itu lalu mendatangi ratu Balqis yang pada waktu itu berada di tengah-tengah bala tentaranya. Kemudian burung Hud-hud menjatuhkan surah Nabi Sulaiman itu ke pangkuannya. Ketika ratu Balqis membaca surah tersebut, tubuhnya gemetar dan lemas karena takut, kemudian ia memikirkan isi surah tersebut.
Tafsir Surat An-Naml: 27-31
Berkata Sulaiman, "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku, ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan. Berkata ia (Balqis) "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.
Allah ﷻ berfirman, menceritakan perkataan Nabi Sulaiman kepada burung hud-hud setelah hud-hud menceritakan kepadanya perihal penduduk negeri Saba dan raja mereka. Sulaiman berkata, "Akan kami lihat, apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 27) Yakni apakah berita darimu ini benar. ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 27) dalam ucapanmu itu yang sengaja kamu kemukakan untuk menyelamatkan dirimu dari siksaan yang telah kuancamkan terhadap dirimu. "Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan. (An-Naml: 28) Sulaiman a.s.
menulis surat, ditujukan kepada Ratu Balqis dan kaumnya, lalu menyerahkannya kepada hud-hud untuk membawanya. Menurut suatu pendapat, surat itu dibawa hud-hud di dalam sayapnya sebagaimana biasanya burung pengantar surat, menurut pendapat yang lain mengatakan dengan paruhnya, hud-hud terbang menuju ke negeri mereka, dan ia hinggap di istana Ratu Balqis, di tempat yang sepi yang biasa dipakai oleh Ratu Balqis kala menyendiri.
Lalu hud-hud melemparkan surat itu melalui celah yang ada di istananya, tepat berada di hadapan Ratu Balqis, setelah itu hud-hud menjauh sebagai sikap etika dan sekaligus berjaga-jaga. Ratu Balqis kebingungan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu sehingga membuatnya terpana sejenak. Kemudian ia menuju ke tempat surat itu dijatuhkan, lalu mengambilnya dan membuka laknya serta membacanya. Ternyata yang tertulis di dalamnya adalah seperti berikut: Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 30-31) Maka Ratu Balqis mengumpulkan semua menteri dan pembesar kerajaannya, lalu berkatalah ia kepada mereka. Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (An-Naml: 29) Yakni mulia karena ia telah melihat keajaiban perkara surat itu, sebab burunglah yang mengantarkan surat itu kepadanya, lalu burung tersebut surut mundur darinya sebagai etika terhadap raja.
Hal seperti itu tidak akan mampu dilakukan oleh sembarang raja. Kemudian Balqis membacakan surat itu kepada mereka. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 30-31) Maka mereka mengetahui bahwa surat tersebut berasal dari Nabi Allah Sulaiman a.s. Dan bahwa mereka belum pernah menerima surat seperti itu, memakai gaya bahasa yang berpacamasastra tinggi, ringkas, dan padat, tetapi fasih; karena pengertiannya telah dapat ditangkap hanya dengan sedikit kalimat, tetapi indah.
Para ulama mengatakan bahwa tiada seorang pun yang menulis Bismillahir Rahmanir Rahim sebelum Sulaiman a.s. dalam suratnya. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis di dalam kitab tafsirnya: ". bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Harun ibnul Fadl Abu Ya'la Al-Khayyat, telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf, dari Salamah ibnu Saleh, dari Abdul Karim Abu Umayyah, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ketika ia sedang berjalan bersama Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat yang belum pernah diturunkan kepada seorang nabi pun sebelumku setelah Sulaiman ibnu Daud." Saya bertanya, "Wahai Nabi Allah, ayat apakah itu?" Nabi ﷺ menjawab, "Aku akan memberitahukannya kepadamu sebelum aku keluar dari masjid." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi ﷺ langsung menuju ke pintu masjid dan melangkahkan sebelah kakinya ke luar masjid, sehingga perawi menduganya lupa.
Ternyata Nabi ﷺ berpaling ke arahnya, lalu membaca firman-Nya: Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (An-Naml: 30) Hadis berpredikat garib dan sanadnya daif (lemah). Maimun ibnu Mihran mengatakan bahwa dahulu Rasulullah ﷺ dalam suratnya selalu mengawalinya dengan kalimat, "Dengan menyebut nama-Mu, ya Allah", sebelum ayat ini diturunkan. Setelah ayat ini diturunkan, beliau mengawalinya dengan kalimat "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ". Firman Allah ﷻ: Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31) Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, disebutkan bahwa janganlah kamu sekalian membangkang dan bersikap sombong terhadapku, tetapi datanglah kalian kepadaku dengan berserah diri.
Menurut Ibnu Abbas dalam keadaan menauhidkan Allah, sedangkan menurut lainnya dalam keadaan ikhlas. Sufyan Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dalam keadaan taat (tunduk)."
Untuk melacak kebenaran pengakuan burung Hudhud, Nabi Sulaiman memerintahkannya untuk pergi ke negeri Saba' dan berkata, "Pergilah engkau ke negeri ratu itu, dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, Ratu Balqis dan pembesarnya, kemudian berpalinglah dan menghindarlah dari mereka, lalu perhatikanlah reaksi mereka terhadap isi surat itu dan perhatikan apa yang mereka bicarakan. '29. Setelah surat Nabi Sulaiman sampai ke tangan Ratu Balqis dan ia memahami isi surat tersebut, dia, ratu itu, berkata kepada para pembesar kerajaan, 'Wahai para pembesar! Ada berita amat penting yang perlu kamu ketahui, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia karena mengandung ungkapan yang beretika, bijak, dan mengandung banyak hikmah. ".
Untuk menguji kebenaran burung hud-hud itu, Nabi Sulaiman memerintahkannya untuk menyampaikan surat kepada Ratu Balqis. Ia juga diperintahkan untuk memperhatikan bagaimana reaksi dan sikap Ratu Balqis membaca surat yang dibawanya.
Hud-hud pun membawa surat Nabi Sulaiman itu. Setelah ia melemparkan surat itu kepada Ratu Balqis, lalu ia bersembunyi dan memperhatikan sikap Ratu Balqis terhadap isi surat itu, sesuai dengan yang diperintahkan Sulaiman.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Sulaiman Dan Burung Hud-hud
Burung Hud-hud dalam bahasa Melayu (IndonesiAl bernama burung Takur. Paruhnya tajam sekali, sehingga dia dapat menembus batang kelapa dengan paruhnya tersebut, untuk dijadikannya sarang tempat berlindung. Kepalanya bergombak. Kalau dia sedang bekerja menembus pohon dengan paruhnya yang tajam itu, gombaknya itu tegak sebagaimana tegaknya bulu leher ayam jantan ketika berlaga. Dan dia pun mempunyai bunyi satu, satu, bukan panjang-panjang sebagai bunyi murai atau mentilau. Yang memberi-tahukan bahwa burung itulah yang bernama Hud-hud dalam al-Qur'an kepada saya, penulis Tafsir ini, ialah ayah dan guru penulis sendiri, ketika saya masih kecil, kami berjalan dari Muara Pauh ke Kampung Tengah kami melihat burung takur itu sedang mematuk pohon kelapa. Sambil menunjuk beliau berkata: “Burung takur inilah yang namanya tersebut dalam al-Qur'an: “Hud-hud!"
Ada ceritera orang mengatakan bahwa mata burung takur ini terang dan tajam sekali. Dia dapat mengetahui ada air tersimpan dalam bumi, walaupun kelihatan di luar itu kering. Sebab itu beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa Sulaiman sangat memerlukan burung takur itu dalam perjalanan untuk memberi petunjuk di mana ada air. Kalau ada air, mudahlah Nabi Sulaiman menyuruh Jin untuk menggalinya.
Ayat 20
“Dan dia periksai burung-burung." (pangkal ayat 20). Artinya bahwa Nabi-Raja Sulaiman melakukan pemeriksaan kepada bala tentara Baginda dari Angkatan burung-burung. Secara modennya ialah mengadakan inspeksi, pemeriksaan jika ada suatu kekurangan atau ada yang teratur menurut semestinya. Rupanya di antara perajurit burung itu ada tentara penting yang tidak kelihatan, yaitu burung hud-hud, takur."Lalu dia berkata: “Mengapa aku tidak melihat burung takur?" Ke mana dia? Aku tidak melihat dia di antara kamu burung-burung yang lain? “Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (ujung ayat 20). Apa sebab dia tidak hadir? Sakitkah dia? Atau dia telah memencilkan diri dari barisan, lalu ditangkap dan dimakan binatang buas? Atau diburu oleh orang yang tidak mengetahui bahwa dia adalah perajuritku?
Ayat 21
“Sungguh akan aku siksa dia dengan siksaan yang sangat berat." (pangkal ayat 21). Kalau dia meninggalkan barisan dengan tidak seizin atasannya."Atau sungguh akan aku sembelih dia." Yaitu dihukum mati kalau dia melakukan kelalaian yang merugikan."Atau dia segera datang kepadaku dengan keterangan yang jelas." (ujung ayat 21).
Artinya kalau sekiranya dia datang kepadaku segera membawa keterangan yang jelas dari sebab kepergiannya meninggalkan barisan, sehingga alasan yang jelas itu dapat aku terima, niscaya dia akan aku maafkan.
Ayat 22
“Maka berhentilah dia sejenak di tempat yang tidak begitu jauh." (pangkal ayat 22). Artinya bahwa seketika Baginda mengadakan inspeksi, si burung takur berdiri di tempat yang agak jauh. Sedang Baginda marah-marah karena dia tidak kelihatan, dia belum mau mendekat. Setelah murka Baginda sudah reda, barulah dia tampil ke muka. Apatah lagi dalam kemurkaan Baginda terkandung juga kata pengharapan, yaitu kalau dia segera datang dengan keterangan yang jelas. Dengan memberanikan diri: “Lalu dia berkata: “Aku telah mengerti sesuatu ha/ yang engkau tidak mengerti." Artinya ialah bahwa dia hilang tidak kelihatan oleh Baginda ialah karena dia selesai menyelidiki suatu hal yang amat penting, sehingga dia telah mengerti soal itu, sedang Baginda belum tahu dan dengan demikian dia tidak kelihatan bukanlah karena berlalai-lalai atau bermain-main."Dan aku datang kepada engkau dari negeri Saba' dengan berita yang yakin." (ujung ayat 22).
Dalam jawaban ini si burung takur atau burung pelatuk telah memberikan dua jawaban yang tegas. Dalam jawaban itu telah terbayang bahwa dia merasa tidak bersalah, bukan meninggalkan kewajiban atau mundur dari suatu tugas dengan tidak meminta izin, melainkan melakukan tugas berat yang dapat diper-tanggungjawabkan. Jawab yang pertama berisi keyakinan bahwa hal rahasia yang diketahuinya ini belum diketahui oleh Baginda Nabi-Raja Sulaiman. Sebab itu berani dia mengatakan bahwa dia lebih tahu dari beliau dalam hal itu. Kedua dia katakan bahwa dia kembali dari perjalanan jauh, yaitu ke negeri Saba' yang terletak di Selatan Jazirah Arab. Sedang Kerajaan Nabi Sulaiman terletak di sebelah Utara. Berita yang dibawanya ini bukan berita dari orang ke orang, melainkan hasil penyelidikannya sendiri. Sebab itu dikatakannya berita “yakin".
Ayat 23
“Aku dapati seorang perempuan menjadi raja mereka." (pangkal ayat 23). Ini pun lanjutan dari berita yakin itu, yang Raja tidak tahu. Seorang perempuan jadi raja dari negeri Saba' tersebut, padahal di negeri-negeri lain hanya laki-laki yang jadi raja. Lalu diteruskannya pula menerangkan keistimewaan dan kebesaran atau kekayaan negeri itu: “Dan dia dikurniai dari tiap-tiap sesuatu." Artinya bahwa negeri Saba' yang diperintah oleh raja perempuan itu adalah sebuah negeri yang kaya-raya. Apa saja yang diingini oleh raja perempuan itu dapat saja disediakan.
Di dalam Surat 34, yang memakai nama negeri itu (Surat Saba') ayat 15, diterangkan kekayaan negeri itu, yang terutama ialah kesuburan tanahnya, mengeluarkan hasil bumi yang berganda lipat. Sampai kepada masa kita sekarang ini, bumi Arab sebelah Yaman itu jualah yang terhitung Tanah Arab yang subur dapat ditanami banyak. Dan ceritera-ceritera lama menerangkan bahwa orang di sana sanggup mengadakan bendungan untuk membendung air hujan akan jadi persediaan minuman dan penyubur bumi. Ahli penyelidik riwayat dan sejarah kuno mengatakan bahwa Kerajaan Saba' dan Tubba' memeyang peranan penting pula dalam pelayaran di Laut Merah, penyambung perniagaan ke dunia sebetah Timur, sampai ke India dan China, menuju pulau-pulau kita ini melalui Selat Melaka. Lain dari kekayaan itu: “Dan dia mempunyai suatu singgasana yang besar." (ujung ayat 23).
Macam-macamlah ceritera di dalam kitab-kitab tafsir tentang bagaimana besarnya singgasana Ratu Saba' itu, yang disebut Balqis namanya, dan dikatakan bahwa singgasana itu terbuat daripada emas bertatahkan ratna mutu manikam, batu permata yang mahal-mahal, dan dikatakan pula bahwa besar singgasana itu tigapuluh hasta.
Dikatakan pula bahwa Ratu Saba' itu Balqis namanya dan Syarahiil nama ayahnya, tetapi ibunya bukan bangsa manusia, melainkan jin perempuan. Dikatakan pula bahwa di bawah perintahnya terdapat seratus ribu Qiil, yang berarti Kepala Perang, dan satu Kepala Perang itu membawahi seratus ribu perajurit. Sebab itu maka tentaranya berjumlah 100,000 x 100,000.
Sedang di zaman kita sekarang ini satu devisi tentara hanya paling banyak 20.000 orang! Sebab itu kalau kita saring ceritera begini untuk mengetahui bagaimana cara orang menjalin ceritera di zaman dahulu, bukanlah berarti bahwa kita langsung percaya saja. Apatah lagi akan menerima saja berita bahwa ibu Ratu Balqis itu bukan manusia, melainkan seorang jin perempuan.
Yang akan dekat dapat diterima ialah riwayat dari Qatadah, bahwa ahli musyawarat ratu itu adalah 312 orang banyaknya. Setiap seorang membawahi orang. Letak negerinya ialah di Ma'rib tiga mil jauhnya dari Shanaa.
Ayat 24
Lalu burung takur itu melanjutkan beritanya: “Aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari." (pangkal ayat 24). Inilah yang jadi inti benta. Yaitu bahwa ratu itu bersama kaumnya bukanlah memeluk Tauhid, melainkan menyembah matahari. “Lain dari kepada Allah." Untuk melebih-jelaskannya lagi dan untuk lebih banyak perhatian Baginda, diterangkannya bahwa meskipun ada juga kepercayaan mereka kepada Allah namun yang mereka utamakan ialah menyembah matahari. Atau mungkin juga matahari itulah yang mereka anggap Allah."Dan syaitan telah menghiaskan bagi mereka amal mereka." Artinya, oleh karena telah dibujuk-bujuk, dirayu, yang buruk dikatakan bagus oleh syaitan, mereka pun memandang bahwa amalan mereka menyembah matahari itu adalah amalan yang baik dan benar.
Bujukan atau rayuan halus dari syaitan itu ialah suatu rayuan untuk menyanggap benar perbuatan yang salah, yang kadang-kadang dimasukkan syaitan kepada orang yang pergi memohonkan sesuatu dengan perantaraan kubur-kubur yang dianggapnya keramat. Orang itu dipropagandai oleh syaitan dengan katanya: “Perbuatan kita pergi meminta dan memohon kepada kubur itu tidaklah salah dan tidaklah merusak kepada akidah. Karena kita tetap mengakui bahwa Allah itu Maha Esa, tiada bersyarikat dengan yang lain. Dan kubur itu tidaklah bersyarikat dengan Allah. Cuma oleh karena “beliau" yang berkubur di sana adalah seorang Wali Allah, sedang kita ini manusia yang kotor, tentu kita tidak boleh langsung begitu saja memohon kepada Allah. Allah tidak mengenai kita! Siapalah kita yang banyak dosa ini! Tetapi karena beliau yang berkubur itu dekat dengan Allah, Wali dari Allah, niscaya akan lekaslah permohonan kita terkabul dengan perantaraan dia. Apa ubahnya dengan menghadap Presiden atau Raja! Niscaya akan lekas berhasil kalau ada “beking", yaitu orang yang membantu kita untuk lekas diurus.
Seorang yang dapat diperbodoh syaitan itu terangguk-angguk menerima rayuan syaitan yang demikian, sampai dengan tidak sadar derajat Allah telah disamakannya saja dengan birokrasi kantor-kantor, pakai pesuruh dan orang perantaraan segala.
Begitu pulalah yang dihiaskan syaitan sampai orang menyembah matahari.
Di Pulau Sumatera ada sungai besar bernama Batanghari Di Kuburajo (Minangkabau) masih didapati batu bersurat yang dikatakan orang berasal dari tempat raja bersemayam di zaman dahulukala. Di tengah-tengah batu sandaran yang diukir dan disurat itu terdapat gambaran matahari. Kalimat HARI itu sendiri nampaknya suatu waktu berarti sendiri. Syaitan menghiaskan bahwa kalau tidak ada matahari tidaklah mungkin ada kehidupan dalam alam ini. Sebab itu patutlah dia dipuja dan disembah. Karena jasanya amat banyak kepada manusia. Bujukan dan rayuan dan apa yang dihiaskan oleh syaitan itu menutup jalan bagi manusia untuk sampai kepada hakikat yang sebenarnya. Adapun hakikat yang sebenarnya ialah ALLAH! Di dalam laporan burung takur kepada Nabi Sulaiman itu disebutkannya juga akibat dari apa yang dihiaskan oleh syaitan itu, yaitu: “Sehingga tertutuplah bagi mereka jalan (yang benar)." Tertutup jalan buat sampai kepada hakikat yang sebenarnya, yaitu langsung menuju kepada Tuhan, yang disebut SABILILLAH atau SH1RATHAL MUSTAQIM (jalan yang lurus) atau AD-DINUL QAWIIM (Agama yang teguh). Maka terkatung-katunglah mereka di tengah jalan, tidak sampai kepada yang dituju dan mati dalam kesesatan."Maka mereka itu tidaklah mendapat petunjuk “ (ujung ayat 24),
Oleh karena sejak semuia sudah syaitan yang menghias kepada fikiran mereka bahwa yang buruk itu adalah baik, dan yang membawa mudharat itulah yang membawa manfaat, meraba-rabaiah mereka di dalam hidup, tidak ada tuntunan yang benar. Pemerintahan yang mereka dirikan tidak berdiri di atas dasar yang teguh.
Ayat 25
“(Yaitu) bahwa tidak bersujud kepada Allah." (pangkal ayat 25). Itulah yang menjadi pokok asal dari kesesatan. Padahal yang menjadikan matahari yang mereka sembah dan sujudi itu ialah Allah sendiri. Mengapa tidak langsung saja bersujud kepada Aliah? “Yang memunculkan simpanan di langit dan bumi." Di langit ada banyak sekali rahasia.Ilahi yang tersimpan. Di antaranya ialah petunjuk-petunjuk yang langsung akan diberikan kepada barangsiapa yang selalu mendekatkan dirinya kepada Allah, lalu diberi petunjuk, diberi Ilham dan kepada Rasul-rasul diberikan Wahyu. Di langit di dalam Perbendaharaan Tuhan ada yang bernama “Luh Mahfuzh"; di sana tersimpan rahasia yang akan diberikan kepada barangsiapa yang Allah kehendaki. Di bumi ini pun banyak sekali tersimpan kekayaan, terpendam di dalam perut bumi.
Kadang-kadang berjuta tahun baru dapat dikeluarkan. Selain dari emas dan perak, suasa, besi dan timah, terdapat juga kekayaan berbagai macam minyak yang dalam abad ke20 sesudah Isa Almasih ini baru diketahui orang."Dan Dia tahu apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan." (ujung ayat 25). Apa yang tersimpan di hati Dia tahu, apa yang diucapkan dan keluar Dia pun tahu. Adakah sesuai yang di mulut dengan yang di hati. Dia lebih tahu. Tidak usah main sembunyi-sembunyian dengan Allah.
Ayat 26
“Allah! Tiada Tuhan melainkan Dia." (pangkal ayat 26). Tidak yang lain jadi Tuhan. Tidak matahari, tidak bulan dan tidak seluruh alam ini. Karena seluruh alam ini hanya makhluk belaka diciptakan oleh Tuhan, dari tidak ada kemudian itu ada, setelah itu nanti akan lenyap."Tuhan dari ‘Arasy Yang Agung." (ujung ayat 26). ‘Arasy Allah, meliputi seluruh alam, tidaklah dapat dibandingkan singgasana Ratu Saba' atau raja dan raja mana saja pun dengan ‘Arasy Allah itu."Meliputi kursiNya atas seluruh langit dan bumi."
Ayat 27
Setelah selesai berita yang dibawa oleh burung takur itu: “Dia berkata: “Akan kami tengok." (pangkal ayat 27). Artinya, akan kami selidiki atau akan kami perhatikan dengan seksama: ‘Apakah benar engkau atau adakah engkau dari golongan orang-orang pendusta." (ujung ayat 27).
Cara sambutan seorang raja nampak benar dalam kata-kata ini. Perkataan itu meskipun sangat penting, meskipun dikatakan berita yang meyakinkan, Raja-Nabi Sulaiman tidak langsung menyambut saja. Beliau akan memeriksa terlebih dahulu kebenaran berita itu, benarkah berita si burung atau dia termasuk orang-orang pendusta.
Dengan secara halus pun dapat kita merasakan bahwa kata-kata si burung pada permulaan laporan, bahwa dia lebih mengetahui apa yang Seri Baginda tidak tahu belum mendapat sambutan yang menggembirakan dari beliau. Beliau akan “mencek" kebenarannya terlebih dahulu. Dia belum boleh ber-gembira.
Ayat 28
Lalu Baginda perintahkan: “Pergilah bawa suratku ini dan jatuhkan dia kepada mereka." (pangkal ayat 28). Inilah ujian pertama tentang benar atau dustanya perkataan si burung. Dia mesti terbang kembali ke negeri itu membawa surat Baginda. Burung sebagai pengantar surat ini telah berlaku beberapa abad kemudian, sampai kepada zaman kita sekarang ini. Burung dara (merpati) banyak yang diasuh dan dididik untuk itu."Kemudian berpalinglah dari mereka." Yaitu segera terbang ke tempat yang aman di dalam istana itu juga supaya engkau jangan sampai tertangkap oleh mereka: “Lalu lihat apa yang mereka perbuat!" (ujung ayat 28). Artinya, hendaklah engkau perhatikan bagaimana sambutan mereka, bagaimana sikap yang akan mereka ambil berkenaan dengan surat itu.