Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِسۡمَٰعِيلَ
dan Ismail
وَٱلۡيَسَعَ
dan Alyasa'
وَيُونُسَ
dan Yunus
وَلُوطٗاۚ
dan Luth
وَكُلّٗا
dan makanlah
فَضَّلۡنَا
Kami lebihkan
عَلَى
atas
ٱلۡعَٰلَمِينَ
umat/semesta alam
وَإِسۡمَٰعِيلَ
dan Ismail
وَٱلۡيَسَعَ
dan Alyasa'
وَيُونُسَ
dan Yunus
وَلُوطٗاۚ
dan Luth
وَكُلّٗا
dan makanlah
فَضَّلۡنَا
Kami lebihkan
عَلَى
atas
ٱلۡعَٰلَمِينَ
umat/semesta alam
Terjemahan
(Begitu juga kepada) Ismail, Ilyasa’, Yunus, dan Lut. Tiap-tiap mereka Kami lebihkan daripada (umat) seluruh alam (pada masanya).
Tafsir
(Dan Ismail) anak lelaki Nabi Ibrahim (Alyasa) huruf lam adalah tambahan, yakni Yasa' (Yunus dan Luth) anak laki-laki Nabi Harun saudara lelaki Nabi Ibrahim (masing-masing) dari mereka itu (Kami lebihkan derajatnya di atas umat manusia) dengan pangkat kenabian.
Tafsir Surat Al-An'am: 84-90
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya Ishaq dan Yaqub. Kepada keduanya telah Kami berikan petunjuk dan sebelum itu (juga) Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh , dan kepada sebagian dari keturunannya, yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh.
Dan Ismail, Al-Yasa, Yunus, dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat seluruh alam (di masanya).
Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami memberi mereka petunjuk menuju jalan yang lurus.
Itulah petunjuk Allah, dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak akan mengingkarinya.
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, “Aku tidak meminta imbalan kepada kalian dalam menyampaikan (Al-Qur'an). Al-Qur'an itu adalah peringatan untuk segala umat.”
Ayat 84
Allah ﷻ menyebutkan bahwa Dia mengaruniakan seorang anak kepada Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ishaq, meskipun Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah sudah sangat tua dan telah putus harapan untuk memiliki seorang anak. Pada suatu hari datanglah sejumlah malaikat bertamu kepada Nabi Ibrahim dalam perjalanan mereka menuju tempat kaum Nabi Luth.
Lalu mereka menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ishaq kepada keduanya. Maka istri Nabi Ibrahim merasa heran terhadap berita tersebut dan mengatakan seperti yang dipetik oleh firman-Nya:
"Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu peristiwa yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata,Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya. dicurahkan atas kamu, wahai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Hud: 72-73)
Para malaikat itu menyampaikan berita gembira pula tentang kenabian yang akan diperoleh anaknya selagi ia masih hidup, dan bahwa kelak anaknya akan mempunyai keturunan pula, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya:
“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Ash-Shaffat: 112)
Hal ini merupakan nikmat yang paling besar. Dalam ayat lainnya disebutkan melalui firman-Nya:
“Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub.” (Hud: 71)
Dengan kata lain, sesudah anakmu dilahirkan pula seorang anak dari anakmu selagi kamu berdua masih hidup, sehingga hatimu menjadi senang karenanya, sebagaimana hati anakmu pun senang mendapatkannya. Karena sesungguhnya kegembiraan mendapat seorang cucu sangat besar, mengingat hal itu merupakan tanda akan berlanjutnya keturunannya. Juga mengingat anak yang dilahirkan dari pasangan yang sudah lanjut usia banyak yang menganggap bahwa kemungkinan untuk memiliki keturunan selanjutnya sangat kecil, karena kondisi fisik mereka yang sudah lemah.
Lalu Allah memberikan kegembiraan dengan kelahiran seorang cucu. Cucu itu diberi nama Ya'qub, yang berasal dari kata yang berarti keturunan atau cucu. Hal tersebut merupakan imbalan yang diberikan oleh Allah ﷻ kepada Nabi Ibrahim a.s. berkat perjuangannya. Ia rela hijrah meninggalkan kaumnya dan negeri tempat tinggalnya, pergi mengembara ke tempat yang jauh untuk beribadah kepada Allah ﷻ. Maka Allah mengganti keluarga dan kaumnya dengan mengaruniakan anak-anak yang saleh kepadanya dari keturunan sendiri dan berpegang tuguh kepada agamanya, sehingga hati Nabi Ibrahim senang dengan keberadaan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya:
“Maka tatkala Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi.” (Maryam: 49)
Sedangkan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
"Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya telah Kami berikan petunjuk.” (Al-An'am: 84)
Mengenai firman Allah ﷻ: “Dan sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk kepada Nuh.” (Al-An'am: 84)
Artinya, sebelum itu Kami telah memberikan petunjuk kepada Nuh, sebagaimana Kami telah memberikan petunjuk kepadanya (Ibrahim) dan Kami anugerahkan kepadanya keturunan yang baik (saleh). Masing-masing dari keduanya (Nuh dan Ibrahim) mempunyai keistimewaan tersendiri yang sangat besar.
Adapun Nabi Nuh a.s. Ketika Allah ﷻ menenggelamkan semua penghuni bumi kecuali orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh, yaitu mereka yang menemaninya dalam perahunya maka Allah menjadikan keturunannya sebagai generasi penerus. Oleh karena itu umat manusia semuanya merupakan keturunan Nabi Nuh a.s.
Sedangkan Nabi Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Maka Allah hanya mengutus seorang nabi sesudahnya yang berasal dari keturunannya, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya.” (Al-Ankabut: 27), hingga akhir ayat.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab.” (Al-Hadid: 26)
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tunduk bersujud dan menangis.” (Maryam: 58)
Adapun firman Allah ﷻ berikut ini: “Dan dari keturunannya.” (Al-An'am: 84)
Artinya, dan Kami beri petunjuk kepada sebagian dari keturunannya.
“Yaitu Daud dan Sulaiman.” (Al-An'am: 84), hingga akhir ayat. Damir yang ada pada lafal “zurriyyatihi” kembali kepada Nuh, karena lafal Nuh merupakan lafal yang paling dekat di antara lafal yang ada, lagi pula cukup jelas, tidak ada kesulitan mencarinya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan bila dikembalikan kepada lafal Ibrahim mengingat dialah yang disebutkan dalam konteks ayat ini memang dinilai baik, tetapi sulit untuk mengaitkannya dengan lafal Luth, karena Nabi Luth bukan termasuk keturunan Nabi Ibrahim, melainkan anak saudaranya yang bernama Haran ibnu Azar. Kecuali jika ia dimasukkan ke dalam pengertian keturunan berdasarkan kriteria taglib (mayoritas atau pengikut), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah ﷻ:
“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apakah yang kalian sembah sepeninggalanku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’.” (Al-Baqarah: 133)
Nabi Ismail adalah pamannya, tetapi ia dimasukkan ke dalam pengertian ayah-ayahnya secara taglib. Sama pula dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah ﷻ lainnya, yaitu:
“Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis.” (Al-Hijr: 30-31)
Dalam ayat ini iblis dimasukkan ke dalam malaikat dalam hal mendapat perintah untuk bersujud. Namun, Iblis kemudian menolak perintah tersebut dan dia dicela karena menentang perintah itu. Dia menyerupai para malaikat dalam hal menerima perintah tersebut, karena itu dia diperlakukan sama dengan mereka (para malaikat) dan dikategorikan sebagai golongan para malaikat secara taglib. Karena sesungguhnya pada kenyataannya iblis termasuk makhluk jin yang diciptakan dari api, sedangkan malaikat diciptakan dari nur.
Ada beberapa pendapat yang menganggap penyebutan Isa a.s. ke dalam keturunan Nabi Ibrahim atau Nabi Nuh, menurut pendapat lainnya hal ini menunjukkan bahwa keturunan perempuan juga dimasukkan ke dalam golongan keturunan laki-laki. karena sesungguhnya nasab Isa a.s. berkaitan dengan Nabi Ibrahim a.s. hanyalah melalui ibunya, yaitu Maryam a.s sebab Isa a.s. tidak memiliki ayah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Yahya Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abis, dari Abdullah ibnu ‘Atha’ Al-Makki, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad yang menceritakan bahwa Al-Hajjaj mengirimkan utusan kepada Yahya ibnu Ya'mur untuk menyampaikan pesan, "Telah sampai kepadaku suatu berita bahwa engkau menduga Al-Hasan dan Al-Husain termasuk keturunan Nabi ﷺ dan kamu jumpai dalilnya di dalam Kitabullah (Al-Qur'an). Padahal aku telah membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir, tetapi tidak menemukannya." Yahya ibnu Ya'mur menjawab, "Tidak pernahkah engkau membaca suatu ayat di dalam surat Al-An'am yang mengatakan:
“Dan dari keturunannya, yaitu Daud dan Sulaiman.” (Al-An'am: 84) sampai kepada firman-Nya:
Ayat 85
“Dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas.” (Al-An'am: 85)."
Al-Hajjaj menjawab, "Ya." Yahya ibnu Ya'mur berkata, "Apakah Isa termasuk keturunan Nabi Ibrahim, padahal dia tidak berayah?" Al-Hajjaj menjawab, "Engkau benar." Karena itulah apabila seseorang berwasiat kepada keturunannya, atau mewakafkan kepada mereka, atau memberi mereka suatu hibah, maka keturunan dari anak-anak perempuan termasuk ke dalam golongan keturunannya. Adapun jika seseorang memberi kepada anak laki-lakinya atau mewakafkan sesuatu kepada anak-anak lelakinya, maka hal tersebut hanya khusus bagi mereka dan bagi keturunannya dari anak laki-lakinya.
Mereka yang berpendapat demikian berdalilkan kepada ucapan seorang penyair Arab yang mengatakan: “Anak-anak lelaki kami adalah keturunan langsung keluarga kami. Sedangkan anak-anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan kami, mereka adalah para putra dari lelaki lain.”
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa anak-anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan termasuk pula ke dalam pengertian keturunan dari anak laki-laki, karena berdasarkan kepada sebuah hadits yang disebutkan di dalam kitab Shahih Bukhari yang menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Al-Hasan ibnu Ali: “Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyid (pemimpin) mudah-mudahan Allah mendamaikan dengan melaluinya dua golongan yang besar dari kalangan kaum muslim.” Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ menyebutkan Al-Hasan sebagai anak lelakinya. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Hasan (yang merupakan anak dari putrinya) dianggap sebagai anak Rasulullah ﷺ sendiri.
Pendapat yang lainnya lagi membolehkannya (yakni boleh memasukkan keturunan dari anak perempuan ke dalam golongan keturunan dari anak laki-laki).
Ayat 87
Firman Allah ﷻ: “Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka.” (Al-An'am: 87)
Yakni orang-orang tua mereka, anak-anak mereka, dan saudara-saudara mereka yang setara. Bahwa mereka seluruhnya diberikan hidayah oleh Allah.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: “Dan Kami telah memilih mereka, dan Kami memberi mereka petunjuk menuju jalan yang lurus.” (Al-An'am: 87)
Ayat 88
Kemudian disebutkan pula: “Itulah petunjuk Allah. Dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.” (Al-An'am: 88) Dengan kata lain, hal tersebut terjadi semata-mata berkat taufik dari Allah dan hidayah-Nya kepada mereka.
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An'am: 88) Hal ini sebagai peringatan keras, sanksi yang berat terhadap perbuatan mempersekutukan Allah, dan merupakan dosa terbesar, seperti yang disebutkan Allah dalam firman lainnya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu, ‘Sungguh jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalanmu’.” (Az-Zumar: 65), hingga akhir ayat.
Hal ini adalah syarat, sedangkan syarat itu bukan berarti pasti akan terjadi. Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam firman-Nya:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika benar Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula menyembah’." (Az-Zukhruf: 81)
“Seandainya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya).” (Al-Anbiya: 17)
“Kalau seandainya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Maha Suci Allah, Dialah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Az-Zumar: 4)
Ayat 89
Adapun firman Allah ﷻ: “Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah, dan kenabian.” (Al-An'am: 89)
Artinya, mereka adalah orang-orang yang telah Kami berikan nikmat berupa hal-hal tersebut sebagai rahmat kepada hamba-hamba Kami melalui mereka, dan sebagai kasih sayang Kami terhadap semua makhluk.
“Jika ingkar terhadapnya.” (Al-An'am: 89)
Yakni terhadap kenabian. Dapat pula diartikan bahwa damir yang ada kembali kepada ketiga perkara tersebut, yaitu Al-Kitab, hikmat, dan kenabian.
“Orang-orang itu.” (Al-An'am: 89)
Yaitu penduduk Mekah, menurut Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Adh-Dhahhak, Qatadah, dan As-Suddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
“Maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak akan mengingkarinya.” (Al-An'am: 89)
Dengan kata lain, jika semua nikmat ini diingkari oleh orang-orang dari kalangan Quraisy dan lain-lainnya, baik yang Arab maupun yang 'Ajam, dan baik dari kalangan Ahli Kitab maupun dari kalangan agama lainnya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang lain yakni kaum Muhajirin dan kaum Anshar serta pengikut mereka sampai hari kiamat.
“Kaum yang tidak akan mengingkarinya.” (Al-An'am: 89) Maksudnya, kaum yang sama sekali tidak akan mengingkarinya dan tidak akan menolak barang satu huruf pun darinya, bahkan mereka beriman kepada semuanya, baik yang muhkam maupun yang mutasyabih. Semoga Allah menjadikan kita ke dalam golongan mereka berkat karunia, kedermawanan, dan kebajikan-Nya.
Ayat 90
Kemudian Allah ﷻ ber-khitab (berbicara) kepada hamba dan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, melalui firman-Nya: “Mereka itulah.” (Al-An'am: 90)
Yakni para nabi yang telah disebutkan di atas serta orang-orang yang disebutkan dari kalangan para orang tua dan keturunannya serta saudara-saudaranya yang setara dengan mereka.
“Orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.” (Al-An'am: 90)
Artinya, hanya merekalah yang mendapat petunjuk, bukan selain mereka.
“Maka ikutilah petunjuk mereka.” (Al-An'am: 90)
Yakni ikuti dan patuhilah petunjuk mereka. Apabila Rasul ﷺ memberikan perintah kepada umatnya, maka umatnya akan mengikuti dengan patuh dalam segala hal yang disyariatkan dan diperintahkan olehnya kepada mereka.
Sehubungan dengan ayat ini Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam, bahwa Juraij pernah bercerita kepada mereka, bahwa telah menceritakan kepadaku Sulaiman Al-Ahwal, bahwa Mujahid pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, "Apakah di dalam surat Sad terdapat ayat yang menganjurkan bersujud tilawah?" Ibnu Abbas mengiyakannya, lalu membacakan firman Allah ﷻ:
“Dan Kami anugerahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya.” (Al-An'am: 84) sampai dengan: “Maka ikutilah petunjuk mereka.” (Al-An'am: 90)
Kemudian ia berkata, "Nabi ﷺ termasuk salah seorang dari mereka."
Yazid ibnu Harun, Muhammad ibnu Ubaid, dan Suhail ibnu Yusuf menambahkan dari Al-Awwam, dari Mujahid, bahwa ia bertanya kepada Ibnu Abbas mengenainya. Lalu Ibnu Abbas menjawab, "Nabi kalian termasuk salah seorang yang diperintahkan untuk mengikuti petunjuk mereka." Firman Allah ﷻ: “Katakanlah, ‘Aku tidak meminta imbalan kepada kalian dalam menyampaikannya (Al-Qur'an)’.” (Al-An'am: 90)
Artinya, dalam menyampaikan Al-Qur'an ini aku tidak meminta suatu imbalan pun kepada kalian. Dengan kata lain, aku tidak memiliki maksud apapun dari kalian.
“Al-Qur'an itu tidak lain ialah peringatan untuk seluruh umat.” (Al-An'am: 90)
Yakni mereka menjadi sadar dan mendapat petunjuk dari kegelapan menuju ke jalan hidayah, dari kesesatan menuju ke jalan petunjuk, dan dari kekafiran menuju kepada iman, berkat Al-Qur'an.
Di samping anugerah berupa hujah seperti dijelaskan kelompok ayat di atas, anugerah lain yang diberikan kepada Nabi Ibrahim adalah diberikannya putra dan keturunan yang menjadi utusan Allah. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak putra Ibrahim bersama Sarah, dan Yakub putra Ishak kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk, yakni tugas kerasulan untuk membimbing manusia ke jalan tauhid. Dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh yang merupakan salah seorang leluhur Nabi Ibrahim, dan kepada sebagian dari keturunannya, yakni keturunan Ibrahim, yaitu Dawud dan Sulaiman yang memegang kekuasaan pada masanya, Ayyub yang tabah, Yusuf yang menerima amanah kekuasaan serta menggunakan kekuasaannya untuk menyejahterakan masyarakat, dan Musa, dan Harun yang berhasil mengalahkan penguasa yang zalim. Dan demikianlah Kami memberi balasan yang sempurna kepada orang-orang yang berbuat baik dengan sungguh-sungguh. Dan juga Zakaria, Yahya, yang menjadi korban kekejaman penguasa yang zalim ketika berdakwah, demikian juga Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh dan berusaha untuk mengajak kaumnya masing-masing untuk menjadi saleh. Dan demikian juga Ismail putra Ibrahim bersama Hajar yang dikenal sangat tabah, juga Alyasa' yang sangat santun dalam membimbing kaumnya, Yunus yang mendapat cobaan tinggal di perut ikan, dan Lut yang merupakan anak saudara Nabi Ibrahim. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat lain pada masanya. Ayat ini menyebut 18 dari 25 nabi yang wajib diimani kenabian mereka. Tujuh sisanya disebut pada ayat lain, yaitu Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Hud, Nabi Syuaib, Nabi Saleh, Nabi Zulkifli, dan Nabi Muhammad. Untuk menghilangkan kesan bahwa anugerah Allah hanya diberikan kepada para nabi yang telah disebutkan di atas, maka Allah menegaskan bahwa Dia melebihkan pula derajat sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, baik lelaki maupun perempuan, dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka menjadi nabi dan rasul, dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang luas lagi lurus. 88. Itulah petunjuk Allah yang amat tinggi nilainya, yang dengan itu Dia memberi petunjuk, yaitu kemampuan dan kemudahan untuk melaksanakannya, kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki karena telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya. Sekiranya mereka yaitu yang telah disebutkan nama-namanya di atas mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah, yakni sia-sia dan tidak berguna, aneka amalan yang telah mereka kerjakan.
Allah menyebutkan kembali keturunan Nabi Ibrahim yang diberi hidayah dan kenabian, yaitu Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth. Mereka bukan hanya terkenal karena kekuasaannya ataupun karena kezuhudannya, tetapi mereka ini mempunyai kelebihan daripada kaumnya lantaran karunia yang diberikan oleh Allah. Mereka membela tauhid dan memberantas kemusyrikan serta berakhlak mulia sehingga patut dicontoh oleh manusia.
Di antara mereka ada yang diutus dalam satu masa, seperti Nabi Luth, semasa dengan Nabi Ibrahim dan Ismail semasa dengan Ishak. Mereka sama-sama memiliki keutamaan, meskipun pada hakikatnya keutamaan yang dimiliki masing-masing berbeda-beda.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 84
“Dan kelak Kami karuniakan kepadanya Ishaq dan Ya'qub."
Dapatlah kita rasakan betapa besarnya makna yang terkandung dalam pangkal ayat ini. Disebutkan bahwa putranya Ishaq dan cucunya Ya'qub adalah karunia Allah kepadanya. Sebab walaupun pada waktu usianya 88 tahun telah ada putranya yang pertama Isma'tl, belumlah terobat penuh harapannya. Dia masih mengharapkan agar mendapat anak lagi, tetapi diri sudah tua dan istri pun mandul. Harapan tinggal harapan dan dia pun tidak menyebut-nyebut itu karena dia insaf bahwa itu sukar akan kejadian. Namun, karena Allah sangat menghargai jasa dan keikhlasannya, tiba-tiba setelah umur beliau mencapai 112 tahun dan istrinya Sarah berusia 99 tahun, diutus Allahlah beberapa malaikat menyampaikan berita bahwa beliau dikaruniai lagi seorang anak laki-laki sehingga Sarah istrinya yang telah tua dan mandul itu tercengang dan terkejut sampai ditamparnya mukanya sendiri ketika mendengar berita itu. Bagaimana mungkin suamiku sudah tua dan aku pun mandul. (Lihat surah adz-Dzaariyaat ayat 29). Maka kelahiran Ishak saat telah setua itu adalah berita gembira yang amat mengejutkan dan mengharukan. Kemudian itu pada waktu dia masih hidup juga, telah diterangkan kepadanya bahwa dia akan menurunkan keturunan yang besar. Di belakang Ishaq itu akan ada cucunya yang bernama Ya'qub. Dan Ya'qub inilah kelak yang akan berkembang biak laksana pasir di pantai layaknya. Maka, ketika Ibrahim akan menutup mata dan usia 180 tahun, hatinya telah senang dan merasa bahagia karena keturunannya tidak akan putus lagi selamanya. Lalu lanjutan firman Allah, “Semuanya telah Kami beri petunjuk." Yaitu masing-masing, Ishaq dan juga putranya, Ya'qub, keduanya sama-sama diangkat Allah menjadi rasul-Nya."Dan Nuh pun telah Kami beri petunjuk sebelumnya." Di sini sengaja Allah menyebut Nuh terlebih dahulu sesudah Allah berfirman tentang anak-cucu beliau, Ishaq dan Ya'qub itu, sebelum meneruskan kepada anak-cucu beliau, yang akan panjang berderet ke bawah. Diingatkan terlebih dahulu dari turunan mana beliau. Diriyatakanlah di sini bahwa dia adalah keturunan Nuh dan Nabi Nuh itu pun telah mendapat petunjuk Allah juga sebelumnya. Oleh sebab itu,bukan saja Ibrahim menurunkan orang-orang yang mulia, dia sendiri pun dari darah keturunan orang yang mulia, yaitu Nabi Nuh. Kemudian itu baru Allah meneruskan siapa-siapa orang-orang yang mulia yang telah diturunkan oleh Ibrahim."Dan dari anak-cucunya ialah Dawud dan Sulaiman, dan Ayyub dan Yusuf, dan Musa dan Harun." Dalam ayat ini Allah mengemukakan enam nama dari rasul-Nya yang besar, keturunan Ibrahim, enam nama dengan tiga macam corak kebesaran. Dawud dan Sulaiman, dari keturunan Ibrahim yang di samping menjadi rasul diberi pula nikmat keduniaan, yaitu menjadi raja-raja besar. Kemudian itu dikemukakan pula dua nama, yaitu Ayyub dan Yusuf. Perasaian kedua rasul ini lain lagi. Ayyub dahulunya seorang besar kerajaan, pernah menjadi amir lalu ditimpa sakit dan jatuh melarat beberapa lamanya. Namun, dia teguh menerima cobaan yang pahit itu sampai terlepas dengan selamat. Oleh sebab itu, Ayyub mulanya berkedudukan senang, kemudian melarat dan kemudian sembuh. Namun, Yusuf dari kecil melarat dicampakkan saudara-saudaranya masuk sumur, terjual jadi budak di Mesir kemudian dimasukkan ke dalam penjara selama tujuh tahun lalu dikeluarkan buat menjabat menteri besar dan bendahara kerajaan. Namun, sabarnya di waktu sengsara sama juga dengan kesabaran Ayyub. Adapun Musa dan Harun lain lagi. Kedua keturunan Ibrahim ini ditakdirkan menjadi pejuang menentang kezaliman Fir'aun. Bukan menjadi raja sebagai Dawud dan Sulaiman, tetapi musuh kerajaan. Meskipun terdapat tiga macam corak nasib yang dihadapi oleh keenam orang yang mulia itu, mereka semuanya telah melakukan tugasnya dengan baik. Dawud dan Sulaiman menjadi raja-raja besar adalah meninggalkan pusaka sebuah kerajaan yang adil. Kemelaratan Ayyub setelah merasakan kesenangan sebelumnya, tidak mengubah sikap hidupnya yang jujur sehingga ketika lepas dari bahaya didapatinya keturunannya telah berlipat dua, sebagai anugerah Allah. Yusuf yang bertahun-tahun tercerai dari ibu-bapak kemudian bertemu kembali dalam suasana yang bahagia. Musa dan Harun tidak jadi raja dan tidak jadi menteri, tetapi menyeberangkan suatu kaum dari perbudakan. Mereka sendiri tidak merasakan nikmatnya, tetapi anak-cucu merekalah yang mengutip hasil usaha beliau berdua, di antaranya Dawud dan Sulaiman sendiri.
“Dan demikianlah Kami memberi ganjaran kepada orang-orang yang berbuat kebajikan."
Dalam enam rasul utama itu telah terdapat pula enam tugas hidup. Dawud pembangun kerajaan Israil yang besar, Sulaiman penerima pusaka ayahnya. Ayyub turun dari jabatan jadi amir, melarat dan sakit, tetapi bangkit kembali. Tugasnya pun berjalan dengan lancar. Bahkan setelah dia sembuh dari sakit, tambah gilang-gemilanglah perjuangannya. Yusuf telah me-laksanakan tugas menjadi menteri besar lebih dari lima belas tahun lamanya dengan hasil yang terpuji.
Musa telah berhasil baik memimpin kaumnya dan Harun pun telah berhasil baik membantu adiknya. Semuanya diberi ganjaran yang setimpal oleh Allah, karena kebajikan yang telah mereka lakukan.
Ayat 85
“Dan Zakariya dan Yahya dan Isa dan Ilyas. Semuanya adalah daripada orang-orang yang saleh."
Disebut empat orang rasul, keturunan Ibrahim juga yang tertonjol karena kesalehan hidup mereka. Mereka bukan raja-raja sebagai Dawud dan Sulaiman, bukan amir dan menteri besar sebagai Ayyub dan Yusuf, bukan pula menentang keras kekuasaan zalim Raja Fir'aun, sebagai yang dilakukan oleh Musa dan Harun. Namun, empat rasul yang terkenal karena saleh di tengah-tengah kebobrokan masyarakat. Zakariya ayah dari Yahya, rasul tua yang jujur dan mulia. Yahya adalah putranya yang dari masih kecil sudah diberi jabatan nabi dan rasul, hidup dalam kemelaratan berbaju bulu, menyerukan kaumnya agar kembali ke jalan yang benar. Kedua rasul itu mati terbunuh karena fitnah dari kaum mereka sendiri. Isa al-Masih, anak dari gadis suci yang saleh pula, yang tidak terikat hati beliau pada kemegahan dunia jadi contoh dari hidup yang zuhud. Ilyas pun demikian pula. Yang di daiam bahasa Ibrani nama itu disebut Eliya, masyhur pula saleh dan zuhudnya. (Lihat kelak keterangan tentang dia di dalam surah Maryam).
Ayat 86
“Dan Isma'il dan Ilyasa' dan Huius dan Luth. Dan semuanya telah Kami lebihkan daripada manusia-manusia (yang lain)."
Rasul-rasul ini diistimewakan lagi menyebutkan mereka karena bukan sebangsa orang yang diberi kerajaan atau kementerian dan bukan pula yang menolak sama sekali, sebagai rasul-rasul taraf kedua itu melainkan orang-orang yang mulia dan berjuang di lapangan mereka sendiri-sendiri, menjadi pemimpin dari kaum mereka, sebagai Isma'il yang ditentukan memimpin Arab Jurhum dan kemudian menurunkan Arab Musteribah. Ilyas yang meneruskan pimpinan Bani Israil sesudah Ilyas dan Yunus yang memimpin 100 ribu kaumnya orang Ninive, sampai menempuh kepahitan ditelan ikan dan Luth yang menghadapi kemungkaran perbuatan kaumnya. Lebih tinggi martabat kedudukan mereka dari orang banyak itu, sebab ketinggian pribadi mereka lantaran nubuwwah.
Pembicaraan ini adalah di sekitar Ibrahim dengan derajat yang telah diberikan Allah kepadanya. Sebab itu, kita melihat hikmah-hikmah Ilahi di dalam mengemukakan nama-nama rasul-rasul yang ada hubungan dengan diri beliau. Mula-mula disebutkan nama Ishaq dan Ya'qub sebab keduanya akan menurunkan keturunan beliau yang besar. Namun sebelum diteruskan, Allah peringatkan lebih dahulu Nuh. Sebab Ibrahim adalah turunan dari Nuh. Anaknya yang bernama Isma'il diletakkan agak di belakang sebab taraf kedudukannya pun lain sendiri. Dia membentuk suatu keturunan besar lagi yang kemudian menjadi bangsa Arab dan membela Ka'bah dan menurunkan Nabi Muhammad ﷺ Dan di penutup disebutkan lagi nama Nabi Luth. Meskipun bukan keturunan Ibrahim, dia adalah seketurunan dengan Ibrahim sebab dia anak dari saudara Ibrahim. Meskipun bukan anaknya, Luth adalah muridnya, sezaman dengan dia dan mengakui dan percaya akan ajaran Ibrahim lalu menjalankannya dalam negerinya dan dia sendiri mengakui beriman kepadanya. (Lihatlah surah al-Ankabuut ayat 26). Malahan demikian cinta dan kasih sayangnya Ibrahim kepadanya, sampai ketika malaikat datang kepada beliau menyatakan bahwa dia diperintah Allah buat menghancurkan negeri Sodom dan Gomorah, negeri tempat Nabi Luth bertugas, Ibrahim telah menyatakan kecemasannya karena kasih cintanya kepada kemenakannya itu, sampai dia katakan, “Di sana ada Luth!" Dan sampai malaikat menjamin bahwa Luth dan ahlinya yang beriman akan diselamatkan, hanya istrinya yang akan turut dibinasakan.
Kisah perjuangan rasul-rasul ini terurai lagi pada surah-surah yang lain. Di sini, tersebut nama dari 17 rasul, menjadi 18 rasul dengan Ibrahim sendiri dan jumlahnya dengan nama-nama pada surah-surah yang lain menjadilah 25 orang termasuk di dalamnya Adam, Idris, Dzulkifli, Syu'aib, Hud, Saleh, dan nabi kita, Muhammad ﷺ
Ayat 87
“Dan juga sebagian dari bapak-bapak mereka dan anak-cucu mereka dan saudara-saudara mereka."
Artinya bahwa di keliling rasul-rasul dan nabi-nabi itu ada juga sebagian dari bapak-bapak mereka atau anak cucu mereka atau saudara-saudara mereka yang menyokong dan membantu mereka dengan setia, percaya dan turut berkurban. Dengan ayat ini, Allah memberikan penghargaan-Nya kepada orang-orang yang namanya tidak terkenal, tetapi penting. Karena mereka banyak membantu. Pada ayat ini, Allah tidak menyebut keluarga mereka sendiri yang menjadi penentang rasul-rasul itu, tetapi menghargai mana yang berjasa. Dengan kata sebagian, dapatlah hal itu dimaklumi. Kita pun maklum bahwasanya seorang besar, di samping ditantang oleh yang memusuhinya, pasti ada pembela yang menimbulkan penawar dalam hatinya.
“Dan telah Kami pilih mereka dan telah Kami beri petunjuk mereka kepada jalan yang lurus."
Rasul-rasul itu adalah orang pilihan belaka. Ibarat sekelompok buah-buahan yang manis dan ada juga yang masih muda lalu dipilih mana yang lebih manis dan lebih subur, itulah yang diambil. Demikianlah rasul-rasul itu dipilih Allah melimpahkan karunia-Nya dan untuk menampung wahyu-Nya. Setelah pilihan itu jatuh kepada mereka, diberikanlah kepada mereka petunjuk, yaitu wahyu-wahyu sehingga dapatlah mereka menempuh jalan lurus yang telah digariskan oleh Allah.
Ayat 88
“Demikian itulah petunjuk Allah, diberi tunjuk-Nya dengan Dia barangsiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya."
Sebagai penguat lagi dari ayat 83 itu, yaitu bahwa Allah mengangkat derajat barang-siapa yang Dia kehendaki. Manusia diangkat menjadi rasul, diberi petunjuk, dan wahyu ialah atas kehendak Allah semata. Demikian juga manusiayanglain, dalam tarafnya masing-masing. Meskipun tidak diangkat menjadi nabi atau rasul, tidak diberi wahyu, Allah akan memberi petunjuk dengan membukakan hatinya menerima kebenaran, menjadi pengikut para rasul, menegakkan agama, menjadi raja yang adil sebagai Dawud dan Sulaiman, menjadi menteri sebagai Yusuf atau menjadi pemimpin sebagai Musa, semuanya dapat juga
diberi petunjuk oleh Allah."Dan jikalau mereka mempersekutukan." Kalau mereka kembali mempersekutukan yang lain dengan Allah,
“Niscaya gugurlah dari mereka apa-apa pun yang mereka amalkan."
Di sini diterangkan hukum yang tegas dari Allah bahwa rasul-rasul itu adalah orang-orang pilihan dan menyambut pilihan itu dengan penuh taat. Tidak pernah mereka mengencong (menyeleweng) dari jalan tauhid, walaupun sebelah rambut. Dan kalau mereka keluar dari garis tauhid, itu lalu mempersekutukan yang lain dengan Allah, walaupun mereka tadiriya telah terpilih, segala perjuangan dan usaha mereka akan gugur, habis percuma. Malahan ada hadits yang menerangkan bahwa ketika pohon kayu tempat Nabi Zakariya bersembunyi telah digergaji oleh prajurit raja karena membunuhnya, sesampainya gergaji itu di kepala beliau, beliau merintih, kesakitan. Pada saat itu juga jibril datang menegur agar jangan mengaduh, jangan merintih. Sebab kalau dia menunjukkan kelemahan saat itu, akan gugurlah amalnya. Tegaklah beliau menahan sakit sampai badan beliau belah dua, dengan tidak mengaduh lagi. Lebih terkenal lagi kisah Nabi Yunus, yang terpaksa dimasukkan ke dalam perut ikan beberapa hari lamanya karena beliau merajuk karena kufur kaumnya. Sehingga kalau bukanlah beliau seorang yang tetap mengucapkan tasbih kepada Allah, artinya kembali ingat kepada Allah dan memohon ampun, niscaya sampai hari Kiamat dia akan tetap dalam perut ikan itu. (Lihat surah ash-Shaaffaat ayat 143). Malahan NabiYusuf,menurutahli-ahlitafsiryang mu'tamad, tertahan dalam penjara, dilupakan orang, tidak diperiksa-periksa perkaranya, sampai tujuh tahun ialah karena ketika pegawai raja yang dita'birkannya mimpinya akan keluar lebih dahulu, dia berpesan agar diingatkannya nasibnya itu kepada “tuannya" yaitu raja itu. Artinya dia masih berpengharapan pada “tuannya" pegawai itu bukan kepada Tuhannya sendiri. Dan tersebut juga dalam tafsir bahwa Bani Israil telah disesatkan oleh Samiri sampai menyembah ialah karena saat Musa akan pergi menghadap Tuhan ke Lembah Thuwan yang suci itu, dia telah mempertaruhkan umatnya kepada Harun saudaranya, bukan pada Allah langsung. Oleh sebab itu, terpujilah Hajar yang sedang hamil mengandung isma'il, sedangkan Ibrahim akan berangkat meninggalkannya, Hajar bertanya kepada suaminya, “Dengan siapa aku akan engkau tinggalkan?" Ibrahim menjawab, “Dengan Allah!" Mendengar itu, dengan rasa puas Hajar menjawab, “Kalau begitu, berangkatlah!"
Oleh sebab itu, sebagai Muslim kita tolaklah sekeras-kerasnya apa yang ditulis di dalam Kitab Perjanjian Lama yang diriamai oleh orang Yahudi dan Nasrani Taurat, yang menerangkan bahwa Nabi Sulaiman pada hari tuanya karena menenggang hati bini-bini-nya yang banyak itu telah menyembah berhala. (Lihat Kitab Raja yang Pertama, Pasal II; 4 sampai 10). Sebab kalau benar demikian, mulai dia menyembah berhala itu gugurlah segala amalan Sulaiman dan menjadi kafirlah dia. Na'udzubillah!
Ayat 89
“Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab dan hukum dan nubuwwah."
Mereka itu yang tersebut di atas tadi, 17 orang banyaknya, ditambah dengan Ibrahim menjadi 18 orang, telah diberi Allah kitab, yaitu wahyu; sampai menjadi beberapa kitab, yaitu Taurat, Injil, Zabur-zabur, dan shuhuf, ada yang masih tercatat dan ada yang telah hilang, aslinya tidak bertemu lagi, tetapi isi semuanya hanya satu, yaitu ajaran tauhid. Dan mereka itu pun diberi hukum, yaitu kecerdasan sehingga sanggup membedakan yang benar dengan yang salah dan menurunkan hukum itu dengan seadil-adilnya, sebagaimana dilakukan selalu oleh Dawud dan Sulaiman.
Dan semuanya diberi pangkat nubuwwah, yaitu kenabian. Kata ahli tafsir, bahwasanya seorang yang akan diangkat menjadi rasul dan nabi, dari mulai mudanya telah diberi kesanggupan menghukum, artinya kecerdasan akal menentukan buruk dan baik. Ada juga yang dari kecil telah diangkat menjadi rasul, yaitu Yahya dan Isa al-Masih. Yang lain-lain, termasuk Nabi kita Muhammad ﷺ diresmikan diberi nubuwwah setelah usia 40 tahun. Maka dari itu, di dalam ayat ini nubuwwah disebut di belakang.
“Dan Jika tidak juga mau percaya mereka itu maka sesungguhnya akan Kami sediakan suatu kaum yang lain yang tiada akan mengingkarinya."
Setelah Allah menerangkan silsilah keturunan Ibrahim, sedangkan Ibrahim itu adalah diakui sendiri oleh kaum musyrikin Mekah itu adalah nenek moyang mereka, sekarang bagaimana lagi sikap mereka? Mereka sudah diberi tahu bahwa agama ini bukan buatan sekarang bukan hanya kehendak kemauan Muhammad ﷺ, tetapi suatu rantai sambung-bersambung dari perintah Allah yang dibawa oleh beberapa Rasul dengan tujuan yang satu saja, yaitu beribadah kepada Allah tidak mempersekutukan. Sekarang terserahlah kepada mereka. Sebab pekerjaan nubuwwah ini akan terus. Kalau mereka mau menerima, niscaya akan mereka terimalah faedahnya bagi kebahagiaan mereka sendiri. Namun, kalau mereka masih enggan maka Allah telah menyediakan menyerahkannya kepada yang lain, yang tidak kafir, tidak membantah, tidak menolak akan kebenaran ini.
Siapakah orang-orang itu? Itulah sahabat-sahabat Rasulullah yang setia itu dan sekalian orang yang beriman kepadanya. Itulah orang-orang Muhajirin yang bersedia meninggalkan kampung halamannya karena membela Allah dan Rasul. Dan itulah Anshar yang telah membentangkan tikar negerinya menyambut Islam. Terutama orang Anshar itulah yang telah diserahi Allah. Mereka tidak kafir dengan dia! Mereka terima dengan sepenuh hati; dan bersedia berkurban buat itu.
Ayat 90
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah."
Kembali sekarang kepada pangkal kata di ayat-ayat yang telah lalu, yaitu menyebutkan rasul-rasul yang delapan belas orang. Mereka itulah rasul-rasul Allah yang telah diberi petunjuk oleh Allah."Maka dengan petunjuk mereka itulah hendaknya engkau teladari dia." Mereka telah berjalan terlebih dahulu, jejak yang mereka lalui telah tinggal kesannya pada kami sehingga engkau tinggal melanjutkannya saja lagi perjalanan itu dan berjalan di atasnya, wahai utusan-Ku. Dan senangkanlah hatimu karena pekerjaanmu ini adalah menyambung usaha mereka. Contohnya rasa jujur yang ada pada Nuh dan Ibrahim dan keluarga Dawud. Teladarilah sabar dari Yusuf, Ayyub, dan Isma'il. Contohlah dari Zakariya, Yahya, Isa, dan Ilyas daripada qana'ah dan zuhud. Contoh dari Musa kegagah-perkasaan dan tabah hati bersama Harun.
“Katakanlah, Tidaklah aku meminta upah kepada kamu; ini tidak lain hanyalah peringatan untuk seisi alam."
(ujung ayat 90)