Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan tatkala
قُلۡنَا
Kami berfirman
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ
kepada para malaikat
ٱسۡجُدُواْ
sujudlah kamu
لِأٓدَمَ
kepada Adam
فَسَجَدُوٓاْ
maka mereka sujud
إِلَّآ
kecuali
إِبۡلِيسَ
iblis
كَانَ
adalah dia
مِنَ
dari
ٱلۡجِنِّ
jin
فَفَسَقَ
maka dia mendurhakai
عَنۡ
dari
أَمۡرِ
perintah
رَبِّهِۦٓۗ
Tuhannya
أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ
patutkah kamu mengambil dia
وَذُرِّيَّتَهُۥٓ
dan keturunannya
أَوۡلِيَآءَ
pemimpin
مِن
dari
دُونِي
selainKU
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَكُمۡ
bagi kalian
عَدُوُّۢۚ
musuh
بِئۡسَ
amat buruk
لِلظَّـٰلِمِينَ
bagi orang-orang yang zalim
بَدَلٗا
pengganti
وَإِذۡ
dan tatkala
قُلۡنَا
Kami berfirman
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ
kepada para malaikat
ٱسۡجُدُواْ
sujudlah kamu
لِأٓدَمَ
kepada Adam
فَسَجَدُوٓاْ
maka mereka sujud
إِلَّآ
kecuali
إِبۡلِيسَ
iblis
كَانَ
adalah dia
مِنَ
dari
ٱلۡجِنِّ
jin
فَفَسَقَ
maka dia mendurhakai
عَنۡ
dari
أَمۡرِ
perintah
رَبِّهِۦٓۗ
Tuhannya
أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ
patutkah kamu mengambil dia
وَذُرِّيَّتَهُۥٓ
dan keturunannya
أَوۡلِيَآءَ
pemimpin
مِن
dari
دُونِي
selainKU
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَكُمۡ
bagi kalian
عَدُوُّۢۚ
musuh
بِئۡسَ
amat buruk
لِلظَّـٰلِمِينَ
bagi orang-orang yang zalim
بَدَلٗا
pengganti
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada Adam!” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Dia termasuk (golongan) jin, kemudian dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai penolong selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Dia (Iblis) seburuk-buruk pengganti (Allah) bagi orang-orang zalim.
Tafsir
(Dan ingatlah ketika) lafal Idz dinashabkan oleh lafal Udzkur yang tidak disebutkan (Kami berfirman kepada para Malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam)" dengan cara membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepadanya, bukan dengan cara meletakkan kening (maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah segolongan dari jin) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa iblis itu adalah sejenis malaikat. Berdasarkan pengertian ini maka istitsnanya adalah Muttashil. Menurut pendapat yang lain Istitsna ini adalah Munqathi'. Berdasarkan pengertian ini maka iblis adalah biang jin, ia mempunyai keturunan yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan Malaikat tidak mempunyai keturunan (maka ia mendurhakai perintah Rabbnya) artinya, iblis itu membangkang tidak mau taat kepada-Nya, karena ia tidak mau bersujud kepada Nabi Adam. (Patutkah Engkau mengambil dia dan turunan-turunannya) pembicaraan ini ditujukan kepada Nabi Adam dan keturunannya, dan Dhamir Ha pada dua tempat kembali kepada iblis (sebagai pemimpin selain daripada-Ku) yang kemudian kalian taati mereka (sedangkan mereka adalah musuh kalian?) menjadi musuh. Lafal 'Aduwwun berkedudukan menjadi Hal karena bermakna A'daa-an. (Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti Allah bagi orang-orang yang lalim) yakni iblis dan keturunannya untuk ditaati sebagai pengganti taat kepada Allah.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 50
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam. Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka dia menentang perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan teman-temannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.
Allah ﷻ berfirman, mengingatkan anak-anak Adam akan permusuhan iblis kepada mereka dan kepada kakek moyang mereka sebelum mereka, yaitu Nabi Adam a.s. Hal ini difirmankan oleh Allah ﷻ seraya mengingatkan kepada sebagian dari mereka yang mengikuti iblis dan menentang Tuhan Yang Menciptakan dan Yang Melindunginya. Padahal Dialah yang memulai menciptakannya, dan berkat kelembutan-Nya Dia memberinya rezeki dan makan. Tetapi sesudah itu justru dia berpihak kepada iblis dan berbalik memusuhi Allah. Untuk mengingatkan hal tersebut, Allah ﷻ berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat." (Al-Kahfi: 50) Yakni kepada semua malaikat. Penafsirannya sebagaimana yang telah disebutkan dalam permulaan surat Al-Baqarah. "Sujudlah kalian kepada Adam." (Al-Kahfi: 50) Yaitu sujud penghormatan dengan maksud sebagai pengakuan atas kelebihan dan kemuliaan yang dimilikinya. Hal yang sama telah disebutkan pula oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan roh (ciptaan)Ku ke dalamnya, maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud’." (Al-Hijr: 28-29)
Adapun firman Allah ﷻ: "Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin." (Al-Kahfi: 50) Yakni iblis itu berasal dari jin, karena sesungguhnya jin itu diciptakan dari nyala api, sedangkan para malaikat diciptakan dari cahaya. Seperti yang telah disebutkan di dalam hadits shahih Muslim melalui Siti Aisyah r.a., dari Rasulullah ﷺ yang bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya, iblis diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa (tanah liat) yang telah digambarkan kepada kalian."
Maka apabila saat kejadian telah tiba, masing-masing wadah dimasak berikut apa yang terkandung di dalamnya, lalu pada saat itu juga dibekalkan kepadanya wataknya. Iblis dalam sikap dan sepak terjangnya mempunyai kesamaan dan kemiripan dengan para malaikat, ia melakukan ibadah dan ketaatan sama dengan para malaikat, karena itulah maka iblis dimasukkan ke dalam golongan malaikat saat mendapat perintah dari Allah, tetapi iblis durhaka kepada-Nya karena menentang perintah-Nya.
Dan dalam ayat ini Allah ﷻ menegaskan bahwa iblis itu sebagian dari makhluk jin, yakni diciptakan dari api. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain, melalui firman-Nya: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (Shad: 76) Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa iblis itu sama sekali bukan termasuk golongan malaikat, dan sesungguhnya iblis itu adalah asalnya jin, sebagaimana Adam adalah asal manusia. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang shahih bersumberkan dari Al-Hasan Al-Basri.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada asal mulanya iblis adalah segolongan dari kalangan malaikat yang disebut dengan panggilan jin. Mereka diciptakan dari api yang sangat panas, yang hidupnya di kalangan para malaikat.,Nama iblis adalah Al-Haris, pada asal mulanya ia berada di dalam surga sebagai salah satu penjaganya. Sedangkan para malaikat diciptakan dari cahaya yang berbeda dengan golongan jin tersebut.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa jin yang disebutkan di dalam Al-Qur'an diciptakan dari nyala api, yaitu bagian yang paling atas dari api apabila menyala. Ad-Dahhak telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa iblis di masa dahulu termasuk golongan para malaikat yang dimuliakan dan dihormati golongannya, dia ditugaskan untuk menjaga surga dan diberi kekuasaan di langit dan di bumi.
Dan termasuk di antara apa yang telah ditakdirkan oleh Allah adalah iblis mempunyai hati yang angkuh dan sombong. Ketika iblis melihat dirinya dihormati di kalangan penduduk langit, maka timbullah rasa takabur dalam hatinya yang tidak ada seorang pun mengetahuinya selain Allah ﷻ. Dan keangkuhan iblis itu baru tampak saat Allah memerintahkan kepadanya untuk bersujud kepada Adam, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya "Ia enggan dan takabur (sombong) dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (Al-Baqarah: 34) Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: "Dia adalah dari golongan jin." (Al-Kahfi: 50) Yakni termasuk penjaga surga, seperti halnya dikatakan kepada seseorang yang berasal dari Mekah Makki dan yang berasal dari Madinah Madani, dan yang berasal dari Kufah Kafi, serta yang berasal dari Basrah Basri.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan hal yang mirip dari Ibnu Abbas. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan al-jinni di sini adalah dinisbatkan kepada al-jinan, bentuk jamak dari jannah (surga). Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa iblis adalah salah satu penjaga surga, ia ditugaskan untuk mengatur urusan langit dan bumi (oleh Allah ﷻ). Hal ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Al-A'masy, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id dengan sanad yang sama.
Sa'id bin Musayyab mengatakan bahwa iblis itu adalah pemimpin para malaikat yang ada di langit terdekat. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Khallad ibnu Ata, dari Tawas, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sebelum melakukan kedurhakaan, iblis termasuk ke dalam golongan malaikat, namanya adalah Azajil. Iblis termasuk penghuni bumi. Ia dari kalangan malaikat yang kerjanya paling keras dan ilmunya paling banyak.
Faktor inilah yang mendorongnya bersifat takabur dan sombong. Iblis berasal dari suatu golongan makhluk jin. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Saleh maula Tauamah dan Syarik ibnu Abu Namir yang salah seorang atau kedua-duanya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya di antara malaikat terdapat segolongan kaum dari jenis jin, dan iblis adalah sebagian dari mereka.
Iblis sering naik turun antara langit dan bumi, kemudian ia durhaka, maka Allah mengutuknya menjadi setan yang dirajam dan menjauhkannya dari rahmat-Nya. Ibnu Abbas mengatakan, "Apabila dosa seseorang berkaitan dengan masalah kesombongan, maka tidak ditangguh-tangguhkan lagi (hukumannya); dan apabila dosa seseorang hanya berkaitan dengan maksiat, maka masih ditangguhkan." Dari Sa'id bin Jubair, disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, "Iblis pada asal mulanya termasuk mereka yang bekerja di dalam surga." Sehubungan dengan masalah iblis ini banyak sekali atsar-atsar yang diriwayatkan dari ulama Salaf, tetapi mayoritasnya bersumber dari nukilan-nukilan israiliyat.
Hanya Allah sajalah yang mengetahui kenyataan dari sebagian besar kebenarannya. Di antara berita israiliyat itu ada yang bisa dipastikan kedustaannya karena bertentangan dengan pegangan yang ada pada kita. Keterangan yang terdapat di dalam Al-Qur'an sudah cukup tanpa memerlukan lagi berita-berita terdahulu dari kaum Bani Israil tersebut, karena sesungguhnya berita-berita itu tidak terlepas dari penggantian, penambahan dan pengurangan.
Mereka telah menuangkan banyak hal lainnya ke dalam berita-berita tersebut, sedangkan di kalangan mereka (Bani Israil) tidak terdapat para penghafal yang benar-benar ahli, yang dengan hafalannya itu mereka dapat terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang berlebihan dan kepalsuan yang dilakukan oleh orang-orang yang batil. Lain halnya dengan apa yang dilakukan oleh umat ini (umat Nabi ﷺ), mereka memiliki para imam, para ulama, para pemimpin, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang berbakti, dan orang-orang yang pandai dari kalangan para cendekiawan yang kritis lagi mempunyai hafalan yang dapat diandalkan.
Mereka telah menghimpun dan mencatat hadits-hadits Nabi ﷺ dan menjelaskan ke-shahih-an, ke-hasan-an, dan ke-daif-annya. Mereka menjelaskan hadits yang munkar, yang maudu' (buatan), yang matruk, dan yang mak'zub. Bahkan mereka memperkenalkan orang-orang yang suka membuat-buat hadits palsu, orang-orang yang dusta, orang-orang yang tidak dikenal, dan lain sebagainya lengkap dengan predikatnya masing-masing. Semuanya itu dimaksudkan untuk memelihara keutuhan hadits Nabi ﷺ penutup para rasul dan penghulu umat manusia agar jangan dinisbatkan kepada beliau suatu kedustaan, atau suatu hadits yang pada hakikatnya beliau tidak pernah mengatakannya. Semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka dan memberi mereka pahala yang memuaskan, serta menjadikan surga Firdaus tempat menetap mereka. Dan alhamdulillah Allah telah melakukannya.
Firman Allah ﷻ: "Maka ia menentang perintah Tuhannya." (Al-Kahfi: 50) Yakni keluar dari jalan ketaatan kepada Allah, karena makna fasik artinya adalah keluar atau menyimpang. Dikatakan fasaqatir rutbah, kurma itu telah muncul dari mayangnya. Dikatakan pula fasaqatil fa'ratu min juhriha, tikus itu telah keluar dari liangnya untuk menimbulkan kerusakan dan kekotoran. Kemudian Allah ﷻ berfirman, menegur dan mencela orang yang mengikuti jejak iblis dan menaatinya: "Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku." (Al-Kahfi: 50), hingga akhir ayat.
Yaitu menjadikan iblis sebagai pengganti dari Allah yang kalian taati. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: "Sungguh amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim." (Al-Kahfi: 50) Ungkapan ini sama pengertiannya dengan yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya sesudah menceritakan tentang hari kiamat dan kengerian-kengerian yang ada padanya serta tempat kembali kedua golongan, yaitu orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka dalam surat Yasin, yaitu: (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat." (Yasin: 59) Sampai dengan firman-Nya: "Maka apakah kalian tidak berpikir?" (Yasin: 62)
Dan ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Kami berfirman kepada
para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud
memberi penghormatan kepada Adam, kecuali Iblis yang enggan bersujud walaupun diperintah oleh Allah. Dia, yakni iblis, adalah dari
golongan jin, yang diciptakan Allah dari api oleh karenanya merasa
lebih mulia dari Adam yang diciptakan Allah dari tanah. Dengan keengganannya bersujud kepada Adam maka dia mendurhakai perintah
Tuhannya. Demikianlah Iblis telah menjadi musuh manusia sejak dahulu, maka pantaskah kamu, wahai manusia, menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal engkau mengetahui mereka
adalah musuhmu' Sangat buruklah Iblis itu sebagai pengganti Allah, yang
dijadikannya panutan dan sesembahan, bagi orang yang zalim. Bagaimana mungkin Iblis engkau jadikan sebagai pengganti, padahal Aku, yakni Allah, tidak menghadirkan mereka, yakni Iblis dan anak
cucunya untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula
menghadirkan sebagian dari mereka untuk menyaksikan penciptaan
diri mereka sendiri; dan Aku tidak menjadikan para penyesat itu sebagai
penolong. Karena itu janganlah sekali-kali engkau jadikan iblis sebagai
penolong, sebab ia hanya akan membuat dirimu celaka.
Dalam ayat ini dijelaskan ketika Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam, mereka menaati perintah itu dan sujud kepada-nya. Hanya Iblis yang menolak perintah itu. Malaikat yang selalu taat kepada Allah termasuk makhluk gaib, tidak seorangpun yang mengetahui hakikat-nya. Menurut penjelasan Al-Qur'an, malaikat terbagi menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan mempunyai tugas masing-masing. Dalam Islam, yang memberi ilham kepada manusia untuk cenderung kepada kebenaran dan kebaikan adalah malaikat, sebagaimana yang terjadi pada kisah Maryam a.s. Sedangkan yang menggoda dan menimbulkan was-was dalam hati manusia ialah setan. Dia ingin mendorong manusia berbuat kejahatan, sebagaimana firman Allah swt:
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir). (al-Baqarah/2: 268)
Malaikat dan setan adalah makhluk rohani yang memiliki hubungan dengan jiwa manusia, namun tidak diketahui hakikatnya. Manusia harus beriman sebagaimana yang diperintahkan dalam rukun iman tanpa menambah dan menguranginya. Semua manusia bisa merasakan bahwa jika ia bermaksud mengerjakan sesuatu, terjadi pergolakan dalam jiwanya antara cenderung kepada kebaikan atau kejahatan, hingga keinginan yang satu mengalahkan yang lain. Jika kita cenderung kepada kebaikan, itu adalah akibat dorongan malaikat, dan jika cenderung kepada kejahatan, maka itu adalah dorongan setan.
Dilihat dari segi kejadian, keduanya berasal dari unsur yang berbeda. Malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan jin atau setan diciptakan dari lidah api. Firman Allah swt:
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap. (ar-Rahman/55: 15)
Sabda Rasulullah saw:
Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan seperti yang diceritakan kepadamu. (Riwayat Muslim dari 'a'isyah r.a.)
Iblis menolak sujud kepada Adam karena menurutnya, unsur api lebih tinggi dari tanah. Karena Adam dibuat dari unsur tanah, Iblis merasa hina jika disuruh sujud dan hormat kepadanya, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya:
(Allah) berfirman, "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?" (Iblis) menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (al-A'raf/7: 12)
Pendapat Iblis ini sangat keliru karena ketinggian derajat dan kemuliaan tidak tergantung pada asal usul, melainkan pada ketaatan kepada Allah. Karena tidak mau sujud kepada Adam, maka Iblis menjadi fasik dalam artian tidak taat kepada perintah Tuhan. Iblis menolak untuk taat karena isi perintah Allah tersebut berlawanan dengan jalan pikirannya. Jadi, dia keberatan untuk sujud kepada Adam. Iblis memiliki bakat suka membang-kang dan selalu melakukan perlawanan sesuai dengan dasar kejadiannya dari nyala api.
Sesudah menjelaskan kefasikan Iblis, Tuhan mengingatkan manusia agar jangan sampai menempatkan Iblis dan keturunannya sebagai pemimpin, karena mereka adalah musuh manusia dan musuh Tuhan. Banyak riwayat, baik yang datang dari Nabi Muhammad ﷺ maupun dari sahabat, yang menunjukkan Iblis dan keturunannya (setan) terus-menerus berkembang-biak, dan umat manusia diingatkan agar tidak tergoda rayuannya untuk mengikutinya.
Setan bertebaran di muka bumi ini untuk menggoda manusia. Hanya manusia yang zalim yang tunduk kepada godaan setan dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dan pelindung. Sungguh, setan itu seburuk-buruk makhluk Allah. Orang-orang yang mengikuti setan dikatakan zalim karena Allah ﷻ yang telah menurunkan rahmat dan kenikmatan kepada mereka ditinggalkan dan lebih memilih ajakan setan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PIMPINAN IBLIS
Dan (ingatlah) seketika Kami berkata kepada malaikat,
Ayat 50
“Sujudlah kamu kepada Adam!"
Di sini kisah lama ini diulang lagi, sebagaimana yang telah tersebut di dalam surah yang lain, baik sebelumnya ataupun sesudahnya. Oleh karena surah al-Kahf turun di Mekah, jelaslah bahwa kisah ini telah diperingatkan sejak dari bermula. Agar manusia ingat permusuhan yang timbul sejak semua di antara iblis dan manusia. Malaikat semuanya disuruh sujud, dan semuanya pun sujud, hanya iblis saja yang tidak."Maka sujudlah mereka kecuali iblis." Malaikat semuanya sujud karena taatnya kepada Allah. Pada surah yang terdahulu, surah al-lsraa' ayat 61 telah dije-laskan Allah apa sebab iblis tidak mau sujud. Dia enggan karena merasa dirinya lebih mulia; sebab manusia hanya terjadi dari tanah, iblis merasa tinggi sebab dia terjadi dari api (surah al-A'raaf dan surah Shaad ayat 76). Lalu Allah melanjutkan tentang diri iblis itu siapa."Adalah dia itu dari jin." Hal ini ditegaskan oleh Allah, untuk menghilangkan keraguan dalam pikiran kita tentang asal-usul iblis meskipun dia sama-sama disuruh sujud dengan malaikat.
Ada tersebut di dalam sebuah hadits yang dirawikan di dalam Shahih Muslim yang dite-rimanya dari Aisyah,
Dijadikan malaikat-malaikat itu dari nur (cahaya) dan dijadikan iblis itu dari lidah api dan dijadikan Adam dari yang telah diunjukkan sifatnya kepada kamu. Apabila perlu, tempayan pun meluapkan isi yang tersimpan di dalamnya, dan di mana perlu orang kembali kepada asalnya. iblis mencoba meniru-niru malaikat beribadah dan bertekun tunduk. Sebab itu mereka pun di-masukkan dalam kumpulan (malaikat-malaikat) yang turut dipanggil, tetapi mereka telah men-durhaka (dengan mengingkari perintah sujud)." (HR Muslim)
Tegasnya, dia kembali kepada tabiat asalnya.
Dengan ayat ini tegaslah bahwa iblis itu bukanlah malaikat dan bukan sama asal kejadian dengan malaikat, iblis keturunan jin dan jin terjadi dari lidah api. Lidah api ialah ujung api nyala yang sangat panas sehingga saking nyalanya warnanya telah dekat kepada hijau. Maka keterangan Al-Qur'an dalam ayat ini yang menegaskan bahwa iblis itu adalah dari jin jua, tertolaklah cerita Israiliyat yang mengatakan bahwa iblis itu sama asal kejadiannya dengan malaikat."Maka dia pun mendurhaka dari perintah Tuhannya."
Seperti tersebut di dalam beberapa ayat yang lain yang telah kita salinkan tadi, iblis mendurhaka karena sombong Abaa wos-takbara! (Enggan dan sombong!) Lalu datanglah penegasan Allah berupa pertanyaan, “Maka apakah akan kamu ambil dia dan anak cucunya akan menjadi pimpinan selain Aku?" iblis telah mendurhaka kepada Allah karena sombong. Apakah iblis yang mendurhaka kepada-Ku itu yang akan kamu ambil menjadi pimpinan hidupmu untuk tukaran dari Aku, Allah, Tuhanmu? “Padahal mereka itu bagi kamu adalah musuh!" Bukankah kamu telah pun mengetahui bahwa iblis dan anak cucunya itu adalah musuh-musuh kamu.
Sungguh “amat buruklah, bagi orang-orang yang zalim yang dijadikan tukaran."
Sekali lagi disebut orang yang zalim, yang salah berhitung, yang menyesatkan diri sendiri; Allah ditukarnya dengan iblis! Bukan saja iblis, bahkan sampai kepada anak-cucu iblis, mereka puja, mereka sembah, mereka jadikan mata pencarian dan sumber hidup.
Ayat 51
“Tidaklah mereka itu Aku jadikan saksi pada penciptaan sekalian langit dan bumi."
Pada ayat ini Allah memperlihatkan kekuasaannya yang mutlak. Sekalian langit ini dan bumi yang kamu diami ini Aku ciptakan sendirian, dengan tidak minta tolong kepada yang lain, termasuk iblis. Bahkan seketika Aku menciptakan itu tidaklah Aku mengundang si iblis buat menyaksikannya atau meminta persetujuan. Bahkan pada waktu itu iblis itu pun belum aku ciptakan."Dan tidak pula pada penciptaan diri mereka sendiri." Baru kemudian, setelah dengan kehendak kudrat iradat-Ku, Aku ciptakan pula jin sebagai nenek moyang yang menurunkan iblis itu. Aku ciptakan dia, bukanlah atas kehendaknya, melainkan kehendak-Ku sendiri. Sebab itu maka iblis itu pun adalah makhluk seperti kamu juga. Mengapa kamu mau tunduk kepadanya? “Dan tidaklah Aku menjadikan penyesat jadi penolong." Sejak semula Allah telah memberi ingat dengan perantaraan para rasul itu bahwa semenjak pengusiran dari surga Adn, iblis itu adalah musuh besar manusia. Dan dia telah bertekad hendak menyesatkan manusia. Sebab itu Allah memberikan peringatan bahwa Iblis adalah penyesat. Dan penyesat bukanlah penolong. Penolong kamu sejati adalah Allah!
Ayat 52
“Dan (ingatlah) akan hari."
Ingatlah akan hari Kiamat yang akan datang dan pasti datang itu! “Yang Dia akan ber-firman, “Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang kamu ada-adakan itu!"
Pada hari itu kelak segala penyembah berhala, penyembah kayu dan batu, penyembah benda-benda dan orang-orang yang men-dewa-dewakan menuhan-nuhankan, sesamanya manusia, baik ketika manusia itu hidup atau terhadap kuburnya sesudah dia mati, yang dipuja disembah dan dipandang ada kuasanya di samping kuasa Allah, semua penyemban itu kelak akan disuruh berkumpul ke hadapan hadirat Allah dan mereka disuruh memanggil segala persembahan mereka itu, suruh berhadapan dengan Allah."Lalu mereka panggil!" Tetapi apakah yang terjadi? “Namun mereka tidaklah ada yang menyahut panggilan itu." Berhala-berhala, pendewaan, manusia yang dituhankan dan barang benda yang banyak itu, semuanya tidak ada yang menyahut. Kalau dia dari kayu atau batu dan segala yang berupa benda, tentu tidak ada yang akan menyahut, karena mereka hanya benda yang beku. Kalau yang didewakan itu sesama manusia, maka kebanyakan sesama manusia itu dituhankan di luar tahu mereka. Mereka diagung-agungkan demikian rupa, hanyalah karena khayat si penyembah itu saja. Tetapi kalau memang manusia itu sendiri yang menghendaki supaya dirinya yang dituhankan, sebagai yang dilakukan Fir'aun, tentu di hari itu dia pun akan bersama londong ke neraka. Sebab itu ujung ayat tersebut,
“Dan Kami adakan di antara mereka itu satu tempat kehancuran"
Tempat kehancuran, maubiqaa, itu ialah neraka Jahannam.
Pada ayat yang berikutnya lebih jelas lagi.
Ayat 53
“Dan melihatlah orang-orang yang durhaka itu akan api neraka, maka tahu pastilah mereka bahwa mereka akan berjatuhan ke dalamnya."
Mereka menjadi tahu pasti, zhan dengan makna yakin, sebagaimana yang telah tersebut juga dalam ayat 49 di atas tadi; sejak kitab dikembangkan telah mereka lihat daftar amal dan usaha, kesalahan dan keteledoran. Dan dosa puncak yang tidak maaf lagi, kecuali dengan tobat, ialah mempersekutukan yang lain dengan Allah.
“Dan tidak ada bagi mereka tempat berlindung darinya. “
Tidaklah ada lagi tempat berlindung bagi mereka itu dari ancaman api neraka itu. Sebab tempat berlindung yang sejati, yaitu Allah, telah mereka persekutukan selama ini. Kemurkaan Allah yang telah menimpa kepada diri mereka. Maka kalau hendak mencari tempat berlindung dari bahaya api neraka itu, tidak ada lain waktunya melainkan sementara hidup di atas dunia inilah.
Dan jika mereka berjatuhan ke sana, ke dalam api neraka itu, adalah suatu akibat yang wajar dari langkah salah yang telah mereka tempuh di waktu hidup dalam dunia ini. Sebab itu maka mereka masuk ke sana itu bukanlah teraniaya, melainkan menerima sifat keadilan Ilahi.