Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
نَفۡقِدُ
kami kehilangan
صُوَاعَ
piala/tempat minum
ٱلۡمَلِكِ
raja
وَلِمَن
dan bagi siapa
جَآءَ
datang/mengembalikan
بِهِۦ
dengannya
حِمۡلُ
beban
بَعِيرٖ
unta
وَأَنَا۠
dan aku
بِهِۦ
terhadapnya
زَعِيمٞ
menjamin
قَالُواْ
mereka berkata
نَفۡقِدُ
kami kehilangan
صُوَاعَ
piala/tempat minum
ٱلۡمَلِكِ
raja
وَلِمَن
dan bagi siapa
جَآءَ
datang/mengembalikan
بِهِۦ
dengannya
حِمۡلُ
beban
بَعِيرٖ
unta
وَأَنَا۠
dan aku
بِهِۦ
terhadapnya
زَعِيمٞ
menjamin
Terjemahan
Mereka menjawab, “Kami kehilangan cawan raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta dan aku jamin itu.”
Tafsir
(Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala) teko (raja dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat beban unta) berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu (menjadi penjamin.") yang menanggungnya.
Tafsir Surat Yusuf: 70-72
Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seorang penyeru, "Hai kafilah, sesungguhnya kalian adalah pencuri." Mereka menjawab sambil menghadap kepada penyeru itu, "Barang apakah yang hilang dari kalian?" Penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan sebanyak beban seekor unta, dan aku menjaminnya.”
Setelah disiapkan bahan makanan mereka, lalu dimuatkan ke atas unta-unta mereka, Yusuf memerintahkan kepada salah seorang dari pembantunya untuk menaruh piala, yaitu tempat minum yang terbuat dari perak, menurut kebanyakan ulama; menurut Ibnu Zaid terbuat dari emas. Piala ialah wadah minuman juga dipakai untuk menakar makanan yang mahal di saat itu, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Abdur Rahman ibnu Zaid. Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa piala raja adalah tempat minum yang terbuat dari perak, bentuknya seperti mangkuk. Al-Abbas memiliki hal yang serupa di masa Jahiliahnya. Lalu piala itu diletakkan di tempat (karung) milik Bunyamin tanpa sepengetahuan seorang pun. Kemudian berteriaklah seorang penyeru di antara mereka seraya mengatakan: "Hai kafilah, sesungguhnya kalian adalah pencuri." (Yusuf: 70) Maka mereka menoleh kepada orang yang berteriak itu, dan bertanya: "Barang apakah yang hilang dari kalian? Mereka berkata, "Kami kehilangan piala raja." (Yusuf: 71-72) Yakni sa' atau alat takarnya. “Dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan sebanyak beban seekor unta.”(Yusuf: 72) Hal ini termasuk ke dalam Bab "Ju'alah" (hadiah). “Dan aku menjaminnya. (Yusuf: 72) Dalam hal ini termasuk ke dalam Bab "Daman" (garansi) dan "Kafalah" (tanggungan).
Mereka, para pembantu Nabi Yusuf, menjawab, Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang mengakui piala itu ada padanya dan dapat mengembalikannya tanpa harus kami geledah, maka dia akan memperoleh bahan
makanan seberat beban unta, dan aku jamin hadiah itu pasti akan dia
terima. Saudara-saudara Nabi Yusuf merasa tersinggung dengan tuduhan
para pembantu Nabi Yusuf. Mereka pun membela diri dan menjawab,
Sebelum ini kami sudah pernah datang ke Mesir. Identitas kami sudah
pernah diperiksa oleh petugas kerajaan. Beberapa hari yang lalu kami
bahkan dijamu oleh raja. Demi Allah, sungguh, kamu mengetahui bahwa
kami datang bukan untuk berbuat keonaran dan kerusakan di negeri ini,
dan kamu juga tahu bahwa kami bukanlah para pencuri seperti yang kamu tuduhkan.
Penyeru itu berkata bahwa raja kehilangan piala yang ada cap kerajaan padanya. Barang siapa yang dapat mengembalikan piala itu akan memperoleh hadiah yaitu bahan makanan seberat beban unta. Penyeru itu menjelaskan pula bahwa dia menjamin akan tetap memberikan hadiah itu pada siapa saja yang bisa mengembalikannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIASAT NABI YUSUF UNTUK MENAHAN BUNYAMIN
Ayat 68
“Dan tatkala mereka telah masuk (ke negeri Mesir) menurut yang diperintahkan kepada mereka oleh bapak mereka."
Yaitu supaya masuk dari pintu yang terpisah-pisah, jangan berombongan-rombong-an."Tidaklah dia dapat melepaskan mereka dari (kehendak) Allah sesuatu pun." Artinya, kalau misalnya Allah menghendaki mereka mendapat malapetaka, tidak jugalah akan terhalang lantaran itu, “Kecuali karena keinginan pada diri Ya'qub yang Dia sampaikan, dan sesungguhnya dia" yaitu Ya'qub— “adalah mempunyai pengetahuan, karena yang Kami ajarkan kepadanya." Aliah menegaskan bahwasanya peringatan-peringatan yang diberikan Ya'qub kepada anaknya supaya berhati-hati dalam perjalanan dan jangan masuk dari satu pintu, adalah dari ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Satu di antara ilmu itu ialah bagaimana pengaruh penglihatan mata dari setengah orang, yang dapat meng-goncangkan jiwa orang yang dilihatnya, yang dinamai penyakit ‘ain. Ya'qub telah berusaha dan menyuruh anak-anaknya berhati-hati, meskipun orang tidak boleh lupa, bahwa kalau Allah hendak mendatangkan bahaya, walaupun telah masuk dari pintu yang telah terpisah pisah, namun bahaya itu akan datang juga.
“Tetapi amat banyaklah manusia yang tidak mengetahui."
Amat banyak manusia yang tidak mengetahui atau tidak insaf bahwa segala sesuatunya adalah ketentuan Allah, dan manusia hanya berikhtiar belaka. Di samping usaha manusia adalah lagi garis qadar yang gaib, yang kadang-kadang apa yang direncanakan manusia itu berbeda daripada yang ditujunya semula, karena takdir Allah menghendaki lain.
Ayat 69
“Dan tatkala mereka telah masuk kepada Yusuf, dipeluknyalah saudaranya. Dia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah saudaramu, maka janganlah engkau berkecit hati atas apa yang telah mereka perbuat."
Dengan secara ringkas demikian Al-Qur'an menerangkan betapa pertemuan adik dan kakak yang telah terpisah lebih dari 25 tahun. Tidaklah dapat lagi Yusuf menyimpan rahasia batinnya kepada adik kandungnya yang satu ibu dengan dia itu, Bunyamin. Kabarnya perkataan itu disampaikannya kepada Bunyamin dengan secara rahasia di tempat yang terpencil. Dan karena keduanya bukan lagi kanak-kanak, melainkan orang-orang yang telah dewasa, sama-sama pandailah mereka menyimpan rahasia itu sementara, supaya saudara-saudara yang lain jangan tahu hal itu lebih dahulu. Waktu itu diberinya pula nasihat dan pesan kepada adiknya, Bunyamin itu supaya dia jangan berkecil hati atas perbuatan saudara-saudaranya memisahkan mereka dengan perbuatan yang amat jahat dua puluh lima tahun yang telah lalu itu. Karena betapa pun jua, mereka adalah saudara-saudara kandung mereka. Apatah lagi rencana jahat yang telah mereka lakukan itu, oleh Allah telah diakibatkan dengan akibat yang baik, yang tidak disangka-sangka oleh manusia. Dia melarang adiknya berkecil hati, anggap saja hal itu sudah tidak ada, besarkan jiwa. Karena betapa jua pun, namun telah dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri, bahwa kakak kandungnya yang dimasukkan ke dalam sumur, yang dikatakan telah mati ditelan serigala masih hidup dan sekarang adalah Wakil Mutlak Raja Mesir. Waktu itu pulalah—kata ahli tafsir— Yusuf mengatakan kepada Bunyamin bahwa dia akan mengatur siasat agar Bunyamin tinggal dengan dia, tidak kembali lagi ke dusun, bahkan ayah dan bundanya dan saudara-saudaranya itulah kelak yang akan disuruh datang ke Mesir semua, supaya terlepas dari kemiskinan hidup di dusun.
Sebagaimana janji Yusuf, mereka semuanya telah disambut dengan baik seperti sambutan yang dahulu, sebab kehendak Yusuf membawa Bunyamin mereka penuhi. Niscaya berbesar hatilah mereka semuanya menerima sambutan itu, sampai mereka diizinkan pulang kembali setelah dikatakan bahwa harga gandum yang dikembalikan itu memang disengaja, sebagai hadiah bagi mereka. Dan setelah segala unta angkutan mereka dimuat lagi dengan gandum yang baru, mereka telah boleh pulang kembali ke kampung mereka.
Ayat 70
“Maka tatkala dia sediakan perbekalan mereka."
Artinya, segala unta-unta atau keledai-keledai itu telah selesai dimuati gandum."Di letak-kannya piala itu pada beban saudaranyaPiala, yang juga diambil menjadi sukatan penyukat gandum, dengan diam-diam diperintahkan oleh Yusuf supaya dimasukkan ke dalam beban kepunyaan saudaranya, Bunyamin. Dan setelah musta'id semuanya, mereka pun mulailah hendak berangkat meninggalkan Mesir menuju dusun mereka. Tetapi belum sampai kafilah itu keluar pintu kota, mereka dikejar oleh pegawai-pegawai Yusuf.
“Kemudian berserulah seorang penyeru: “Wahai kafilah, sungguh kamu ini pencuri-pencuri."
Niscaya terkejutlah mereka mendengar se-ruanyang amat aneh itu. Mereka dituduh mencuri.
Ayat 71
“Mereka bertanya sambil menghadap kepada mereka."
Kepada orang-orang yang diperintahkan mengejar itu. Dan tertegunlah perjalanan karenanya.
“Apa barang kamu yang hilang?"
Ayat 72
“Mereka jawab: “Kami kehilangan piala Regal Dan untuk barangsiapa yang mendapatkannya adalah."
Akan diberi hadiah yaitu “Satu pikulan unta." Dan akan diberi tambahan lagi sebagai hadiah cuma-cuma gandum yang akan mereka bawa pulang.
“Dan aku yang menjadi tanggungannya"
Demikianlah kata dari yang menyeru itu. Mendengar tuduhan yang sangat berbahaya itu,
Ayat 73
“Mereka jawab: “Demi Allah, sesungguhnya kamu pun tahu, tidaklah kami ini datang hendak berbuat kacau di negeri ini, dan tidaklah kami-kami ini pencuri."
Adakan mencuri yang akan kami kerjakan, padahal karena kekurangan gandum di negeri kami, kami datang disuruh ayah kami kemari membeli gandum dan harganya telah kami bayar dengan baik, dan Yang Dipertuan Muda pun sayang kepada kami, sampai harga gandum kali yang pertama dipulangkan kembali kepada kami. Tidaklah kami akan berlaku sejahat itu, mengacau dalam negeri ini, melakukan pekerjaan hina demikian, dan tidaklah kami ini pencuri-pencuri.
Ayat 74
“Mereka," pegawai-pegawai yang diperintahkan Yusuf mengejar itu — “berkata: “Maka apakah batasannya jika (ternyata) kamu beidusta?"
Dengan tidak berpikir panjang lagi, karena memang tidak merasa bahwa mereka mencuri."Mereka jawab:
Ayat 75
“Balasannya ialah barangsiapa yang didapati (benda itu) di kendaraannya, maka dia itulah batasannya."
Yaitu kalau barang itu bertemu dalam beban salah seorang di antara mereka yang sebelas itu, maka dia sendiri boleh ditawan dan dijadikan tangkapan atau budak oleh Yang Dipertuan Muda. Dan kata mereka selanjutnya,
“Demikianlah akan kami batasi orang yang Zalim."
Dia itu adalah zalim, merusak dan mengacau hubungan yang begitu baik dengan Orang Besar Mesir, berbuat hina mencuri barang kerajaan, sehingga saudara-saudaranya mendapat malu. Semua mufakat menjawab demikian, karena semuanya merasa tidak ada mereka yang mencuri.
Mereka pun dibawalah kembali menghadap Yang Dipertuan Muda atau Bendahara Yusuf, akan diperiksa dan dibuka barang mereka satu demi satu.
Ayat 76
“Maka dia mulai memeriksa di dalam bungkusan-bungkusan mereka sebelum bungkusan saudaranya."
Niscaya dengan hati berdebar masing-masing menunggu giliran dan berbesar hati karena sejak dari Raubin sampai Yahuda, Simeon dan lain-lain, sepuluh orang, tidak ada bertemu piala atau sukat raja dalam bungkusan mereka."Kemudian dia keluarkan dari bungkusan saudaranya ." Bungkusan Bunyamin. Alangkah gemas dan murka mereka semuanya kepada Bunyamin, yang terang terbukti memang piala raja terdapat di dalam bungkusannya."Demikianlah Kami aturkan tipu daya buat Yusuf' Artinya, tipu daya itu adalah dengan ilham Allah juga. ‘Tidaklah dapat dia mengambil saudaranya dalam peraturan Raja." Sebab dalam peraturan raja ketika itu, seorang yang terbukti mencuri akan segera dimasukkan ke dalam penjara, entah berapa bulan atau berapa tahun menurut besar kecilnya nilai barang yang dicuri. Tetapi dengan takdir Allah SWT, mulut dari saudara-saudara Yusuf telah terlanjur saja mengatakan bahwa barangsiapa yang terdapat dalam bungkusannya piala raja itu, jadikanlah dia budak atau tawanan Paduka Tuan. Artinya orang-orang yang bersangkutan sendiri yang menyediakan dirinya jadi budak tawanan. Maka setelah barang itu bertemu dalam bungkusan Bunyamin, kehendak dari mereka-mereka itulah yang dilakukan, bukan peraturan raja yang memestikan pencuri dimasukkan ke dalam penjara."Kecuali menurut yang dikehendaki Allah." Dan lantaran itu, Bunyamin dengan secara resmi menjadi tawanan Yusuf dan berdiam dengan dia, dan peraturan raja tidak terlanggar, dan pada batinnya Bunyamin sekarang teiah hidup dalam istana dengan derajat yang tinggi. Sebab itu maka lanjutan firman Allah, “Kami angkatkan derajat barangsiapa yang Kami kehendaki." Dicabutlah Bunyamin dari hidup sengsara dan dinaikkan ke dalam kemuliaan yang dikecap oleh abangnya.
"Dan di atas dari tiap-tiap orang yang mempunyai ilmu, ada (lagi) yang lebih mengetahui."
Mungkin ujung ayat ini menunjukkan bahwa di atas dari siasat Yusuf yang dia sendiri belum menyangka sama sekali bahwa abang-abangnya akan memberi jawaban seperti demikian, yaitu siapa yang terdapat mencuri boleh dijadikan budak tawanan. Rupanya demikian jawaban mereka, sehingga siasat yang belum sempurna dari ilmu pengetahuan Yusuf dilebihi oleh Allah Yang Maha Mengetahui dengan yang lebih baik lagi. Sehingga adiknya tidak masuk penjara karena tertuduh mencuri, yang akan sulit juga baginya mempergunakan pengaruhnya buat mengeluarkan. Malahan sekarang akan duduk bersama dia di dalam istananya yang indah.
Tetapi sangatlah kecewa, gemas dan murka abang-abangnya itu kepada Bunyamin. Mereka tidak menyangka sama sekali bahwa adiknya yang dipingit oleh ayahnya itu akan mencuri, padahal dia dibawa ke Mesir dengan mengikat sumpah terlebih dahulu dengan ayah mereka. Maka dengan tidak disadari timbullah dendam lama mereka, dendam yang ditanamkan karena perlainan ibu, yang sewaktu-waktu selalu timbul, walaupun orang-orangnya sudah dewasa. Gejala jiwa benci yang tertanam sejak kecil itu, dengan tidak disadari timbul kembali karena merasa sangat malu dari perbuatan yang mereka yakin benar-benar dibuat oleh Bunyamin. Maka terloncatlah dari mulut mereka kata-kata menghina.
Ayat 77
“Mereka berkata: Jika dia mencuri, maka sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."
Satu tuduhanyangsangattidakbertanggung jawab dan sangat dusta. Yusuf tidak pernah mencuri. (Ada beberapa riwayat penafsiran ahli tafsir yang mencoba hendak membenarkan tuduhan mereka ini, kata penafsir itu: Di waktu kecil Yusuf memang pernah mencuri berhala kepunyaan saudara perempuan bapaknya. Tetapi riwayat ahli tafsir ini hanya dicari-cari saja untuk memenuhi tafsir, asal ganjil). Ini adalah kata-kata bohong dari saudara-saudara Yusuf, yang dahulu pun telah berani berbohong besar mencelup kemeja Yusuf dengan darah kambing, lalu dikatakannya darah Yusuf. Tetapi Yusuf tenang saja mendengar tuduhan yang hina itu, supaya siasat yang direncanakannya jangan sampai gagal."Tetapi disimpan saja oleh Yusuf (kata-kata itu) dalam dirinya, dan tidak dinyatakannya kepada mereka."Sebab dia sebagai rasul Allah dan sebagai Orang Besar, dari satu keraja-an besar telah mempunyai rencana sendiri, yang tidak mau digagalkan oleh soal-soal kecil yang demikian. Cuma dia sambut saja dengan.
“Dia berkata: “Kamu adalah sejahat-jahat kedudukan dan Allah adalah lebih mengetahui apa yang kamu terangkan itu."
Yaitu, mereka turut membenamkan saudara mereka setelah ternyata salah, dan tidak membela, adalah sejahat-jahat kedudukan! Satu laku yang hina. Apatah lagi menyebut pula saudaranya yang lain.