Ayat
Terjemahan Per Kata
قُل
katakanlah
لِّلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
يَغۡفِرُواْ
mereka memaafkan
لِلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
لَا
tidak
يَرۡجُونَ
mereka mengharap
أَيَّامَ
hari-hari
ٱللَّهِ
Allah
لِيَجۡزِيَ
untuk Dia memberi balasan
قَوۡمَۢا
kaum
بِمَا
terhadap apa
كَانُواْ
adalah mereka
يَكۡسِبُونَ
mereka kerjakan
قُل
katakanlah
لِّلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
يَغۡفِرُواْ
mereka memaafkan
لِلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
لَا
tidak
يَرۡجُونَ
mereka mengharap
أَيَّامَ
hari-hari
ٱللَّهِ
Allah
لِيَجۡزِيَ
untuk Dia memberi balasan
قَوۡمَۢا
kaum
بِمَا
terhadap apa
كَانُواْ
adalah mereka
يَكۡسِبُونَ
mereka kerjakan
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak mengharapkan akan hari-hari (pembalasan) Allah karena Dia akan memberi ganjaran kepada suatu kaum atas apa yang telah mereka usahakan.
Tafsir
(Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada mengharapkan) mereka yang tidak takut (akan hari-hari Allah) yaitu hari-hari di waktu Allah menimpakan azab kepada mereka. Maksudnya, maafkanlah orang-orang kafir atas perlakuan mereka terhadap diri kalian yang menyakitkan itu. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berjihad melawan mereka (karena Dia akan membalas) Allah akan membalas; menurut suatu qiraat dibaca Linajziya, artinya: karena Kami akan membalas (sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan) atas pemaafannya terhadap orang-orang kafir yang telah menyakiti mereka.
Tafsir Surat Al-Jathiyah: 12-15
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri; dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. Allah ﷻ menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya melalui apa yang telah Dia tundukkan bagi mereka, yaitu laut. supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya. (Al-Jatsiyah: 12) Sesungguhnya yang menjadikan demikian adalah Allah; Dialah yang memerintahkan kepada laut untuk membawa kapal-kapal dapat berlayar padanya.
dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya. (Al-Jatsiyah: 12) Yakni melalui berdagang dan mata pencaharian lainnyar dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (Al-Jatsiyah: 12) Yaitu karena memperoleh berbagai macam keperluan yang didatangkan dari berbagai negeri yang jauh kepada kalian. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Al-Jatsiyah: 13) Yakni berupa bintang-bintang, gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, dan semua dapat kalian manfaatkan.
Semuanya itu adalah karunia Allah, kebaikan dan anugerah-Nya. karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Yaitu dari sisi-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam hal tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. (An-Nahl: 3) Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Yakni segala sesuatu adalah dari karunia Allah ﷻ Istilah ini merupakan salah satu dari asma-asma Allah, yaitu Jam'i'an Minhu, tiada seorang pun yang menyaingi-Nya dalam hal ini, dan hal ini memang telah diyakini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritkan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Al-Faryabi, dari Sufyan, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Arakah yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Umar r.a, "Dari apakah Allah menciptakan makhluk?" Ibnu Umar menjawab, "Dari cahaya, api, kegelapan, dan tanah." Ibnu Umar mengatakan, "Datanglah kamu kepada Ibnu Abbas r.a. dan tanyakanlah kepadanya hal ini." Lalu lelaki itu mendatanginya dan menanyakan kepadanya hal yang semisal, maka Ibnu Abbas menjawab, "Kembalilah kepada Ibnu Umar, dan tanyakanlah kepadanya mengapa Allah menciptakan semuanya itu?" maka lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menanyakannya kepadanya.
Lalu Ibnu Umar membaca firman-Nya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Atsar ini gharib dan mengandung hal ini yang diingkari. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-Jatsiyah: 13) Firman Allah ﷻ: Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah. (Al-Jatsiyah: 14) Yakni hendaklah mereka memaafkan orang-orang tersebut dan bersabar dalam menghadapi gangguan dari mereka.
Hal ini di tetapkan di masa permulaan Islam. Kaum muslim diperintahkan untuk bersikap sabar dalam menghadapi gangguan dari kaum musyrik dan kaum Ahli Kitab, agar sikap ini dijadikan sebagai pemikat hati buat mereka. Tetapi setelah mereka tetap ingkar, maka Allah memerintahkan kepada kaum mukmin untuk berjuang dan berjihad melawan mereka. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dan Qatadah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah. (Al-Jatsiyah: 14) Yaitu orang-orang yang tidak memperoleh nikmat-nikmat Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 14) Apabila kaum mukmin memaafkan mereka di dunia, maka sesungguhnya Allah ﷻ akan membalas amal perbuatan mereka yang buruk itu di negeri akhirat nanti.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Al-Jatsiyah: 15) Yakni kalian dikembalikan kelak di hari kiamat kepada Allah Swt, lalu semua amal perbuatan kalian dipaparkan di hadapan-Nya. Maka Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian, yang baik maupun yang buruk nya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui."
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang ber iman kepada Allah dan rasul-Nya, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang melakukan perbuatan jahat yang tidak takut akan hari-hari di mana Allah menimpakan siksaan kepada mereka karena Dia akan membalas suatu kaum di akhirat nanti sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan di dunia ini. 15. Pembalasan yang mereka dapatkan ialah bahwa barang siapa mengerjakan kebajikan sekecil apa pun, maka pahala dan ganjarannya itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan sekecil apa pun juga, maka dosa dan sanksi amalnya itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian setelah kehidupan dunia ini kepada Tuhanmu kamu di kembalikan.
Al-Wahidi dan al-Qusyairi meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa ayat ini turun berhubungan dengan persoalan yang terjadi antara 'Umar bin al-Khaththab dan Abdullah bin Ubay dalam peperangan Bani Musthalik. Mereka singgah di sebuah sumur yang disebut Al-Muraisi', kemudian Abdullah mengutus seorang anak muda mengambil air, tetapi pemuda itu lama sekali kembali, Abdullah bin Ubay bertanya kepada pemuda itu mengapa begitu lama ia baru kembali. Pemuda itu menjawab bahwa Umar duduk di pinggir sumur. Ia tidak membiarkan seorang pun mengambil air sebelum ia mengisi girbai (tempat air dari kulit) Nabi Muhammad saw, girbai Abu Bakar, dan girbai bekas budak Umar, lalu Abdullah bin Ubay berkata, "Kami dan mereka tidak ubahnya seperti perumpamaan: Gemukkan anjingmu, maka ia akan memakan engkau." Kemudian kata-kata Abdullah itu sampai kepada Umar. Beliau menjadi marah, lalu menghunus pedangnya untuk membunuh Abdullah bin Ubay, maka turunlah ayat ini yang melunakkan hati Umar.
Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya agar berlapang dada dalam menghadapi sikap kaum musyrikin dan memaafkan tindakan mereka yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah. Mereka adalah orang yang menentang Allah dan tidak takut kepada ancaman-Nya.
Dari ayat ini dipahami nilai budi pekerti yang tinggi yang diajarkan agama Islam kepada penganutnya yaitu berlapang dada dan memaafkan orang-orang yang pernah bertindak tidak baik terhadap dirinya atau berusaha menghancurkan agamanya. Memaafkan kesalahan keluarga, teman sejawat, tetangga dan kenalan dapat dengan mudah dilakukan seseorang, tetapi berlapang dada dan memaafkan perbuatan orang yang selalu ingin merusak diri dan agamanya pada setiap kesempatan memerlukan kebesaran jiwa.
Ayat ini mengajarkan dan mendidik kaum Muslimin agar dapat berlapang dada, suka memaafkan, dan berjiwa besar dalam menghadapi segala sesuatu dalam hidupnya.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan mengapa Rasulullah ﷺ dan pengikut-pengikutnya harus berlapang dada dan memaafkan tindakan orang Quraisy yang memperolok-olok ayat-ayat Allah itu. Sebabnya ialah karena Allah yang akan memberikan pembalasan yang setimpal kepada mereka sesuai dengan perbuatannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 14
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman."
Demikian firman Allah kepada Rasul-Nya,"Supaya mereka maafkan orang-orang yang tidak mengharapkan hari-hari Allah itu."
Lebih baik orang-orang yang telah menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul bersikap tenang, jangan marah. Lebih baik memberi maaf saja kalau ada orang-orang musyrikin itu yang menyatakan terus terang bahwa mereka tidak percaya atau tidak mengharapkan, tidak menunggu hari-hari Allah itu, yaitu Hari Kiamat. Lebih baik orang-orang Mukmin bersabar hati.
“Karena Dia akan membalas atas suatu kaum menunut apa yang mereka usahakan jua"
Ingatlah ayat ini, turun di Mekah!
Kalau kaum yang beriman mendengar perkataan-perkataan kaum musyrikin yang selalu menyatakan tidak mau percaya akan hari Kiamat itu, terus dibantah, yang akan terjadi hanya pertengkaran. Pertengkaran kalau sudah sama-sama marah, hanyalah akan membawa perkelahian yang tidak diingini. Orang-orang yang beriman tidaklah takut kalau berkelahi. Kalau mati syahid bukan? Tetapi ini belum diizinkan Allah. Kedudukan kaum musyrikin masih sangat kuat. Kaum yang beriman di bawah Rasul ﷺ mesti sanggup menahan hati. Maafkan saja; nanti Allah yang akan menyelesaikan. Diberi saja pedoman oleh Allah dengan ayat selanjutnya,
Ayat 15
“Barangsiapa yang beriamal saleh maka adalah itu untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapayang beribuat jahat maka kecelakaan untuk dirinya jua. Kemudian itu kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan"
Dengan ayat-ayat ini, kaum yang telah beriman disuruh memperteguh pribadi ma
sing-masing dengan iman dan amal saleh dan memperkuat ukhuwah sesama Mukmin di bawah pimpinan Rasul ﷺ.
Selain dari musyrikin Quraisy itu, Allah menjelaskan ada lagi penentang lain yang akan beliau hadapi, yaitu Bani Israil yang memeluk agama Yahudi itu. Lalu Allah berfirman,
Ayat 16
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil kitab."
Kitab Taurat."Dan hukum," selepas mereka selamat keluar dari Mesir. Selain dari Hukum Sepuluh yang dipahatkan Allah pada batu itu, dituruni pula dengan hukum-hukum dan undang-undang mengatur masyarakat mereka, misalnya hukum rajam bagi yang berzina, utang nyawa bayar nyawa, mata bayar mata, gigi bayar gigi dan sebagainya. Sebab mereka semasa di Mesir dahulu hanya mematuhi hukum Fir'aun maka setelah mereka bermasyarakat sendiri, diaturlah hukumnya, dan nubuwwah.
Yaitu berturut-turut tidak putus-putus Allah membangkitkan nabi-nabi di kalangan Bani Israil itu. Sejak Yusuf sampai Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyasa', Dzulkifli, Zakaria, Yahya, dan Isa (shalawat dan salam Allah atas mereka semua). Dan banyak lagi nabi-nabi yang lain."Dan telah Kami beri rezeki mereka dari yang baik-baik." Diberi kehidupan yang layak, banyak yang menjadi kaya.
“Dan telah Kami lebihkan mereka atas seluruh manusia."
Mereka dilebihkan dari seluruh manusia pada waktu itu karena merekalah kaum yang dipimpin turun-temurun sejak dari nenek moyang mereka dalam ajaran tauhid, tidak putus-putus ada Nabi, sejak Nabi Yusuf sampai Nabi Isa. Itulah keutamaan dan kelebihan mereka daripada kaum-kaum yang lain. Tetapi karena kelebihan itu, timbullah rasa kesombongan bangsa pada mereka. Mereka pandang rendahlah seluruh manusia yang bukan Yahudi di dalam dunia ini.
Ayat 17
“Dan telah Kami betikan kepada mereka keterangan-keterangan dari perkara itu."
Di dalam kitab-kitab wahyu yang mereka pegang, yaitu Taurat dan Shuhuf, yang diterima oleh nabi-nabi mereka, selalu diterangkan bahwa kelak akan datang nabi penutup, yang akan menggenapkan, mencukupkan syari'at nabi-nabi yang dahulu itu dan menutup. Hal itu telah diterangkan di dalam wahyu yang disampaikan oleh nabi-nabi mereka dan mereka percaya dan menunggu kedatangannya."Maka tidaklah mereka berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian di antara mereka." Artinya, segala yang diajarkan nabi-nabi yang dahulu itu sudah menjadi kenyataan, nabi itu sudah datang, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, tanda-tandanya sudah bertemu, sesuai dengan yang dikatakan nabi-nabi dahulu itu dan sesuai dengan pengetahuan yang mereka terima. Tetapi mereka jadi berselisih; hanya beberapa orang saja yang mengatakan iman kepada beliau. Yang selebihnya tidak mau. Sebab timbul kedengkian di antara mereka. Mereka berpendirian karena dengki bahwa tidak ada dari kaum atau umat apa pun yang layak menjadi nabi ataupun rasul, kecuali yang berdarah Bani Israil. Maka ayat ini ditutup Allah dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya Tuhan engkau akan memutuskan di antara mereka di hati Kiamat tentang apa-apa yang telah mereka perselisihkan padanya itu."
Dan terhadap keyakinan agama, tidaklah ada paksaan. Sebab semuanya sudah jelas. Untuk menghadapi kenyataan dari pihak Bani Israil ini, kaum yang beriman teruslah hendaknya berpegang kepada perintah Allah di ayat 15 tadi, memperteguh iman, memperbanyak amalan yang saleh, dan memperteguh ukhuwah,
sehingga pribadi Mukmin itu bertambah kuat dan teguh.
Ayat 18
“Kemudian telah Kami jadikan engkau menurut syani'at (ganis) dari penkana itu maka ikutilah dia dan jangan engkau ikuti hawa nafsu dari orang-orang yang tidak mengetahui."
Dengan ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya mengukuhkan pendirian lagi. Di sini dapat dengan jelas kita tinjau bahwa inti sari ajaran segala rasul, hanya satu. Yaitu mengakui keesaan Allah. Tetapi syari'at, kita artikan garis yang dilalui dalam cara menuju Allah yang Esa itu berubah-ubah. Yang mengubah itu adalah Allah sendiri, yang cocok dengan suasana rasul yang diutus-Nya itu.
Allah memerintahkan Rasul-Nya mengikuti terus sepanjang yang disyari'atkan kepadanya dan jangan dipedulikan hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Pimpinan sekali-kali tidak boleh lepas dari tangan, walau sesaat. Sebab yang beliau jalankan ini adalah wahyu dan yang menentangnya ialah hawa nafsu dari orang-orang yang tidak berpengetahuan.
Jika Allah memerintah Nabi-Nya supaya bersikap teguh demikian terhadap orang-orang yang berpedoman kepada hawa nafsunya karena tidak ada pengetahuan itu, sikap Allah kepada Nabi-Nya juga tegas. Sedikit saja pun dia kendur karena tenggang-menenggang dengan hawa nafsu mereka, Rasul itu pun akan kena bahaya. Ini dijelaskan pada ayat berikutnya.
Ayat 19
“Sesungguhnya mereka tidak akan dapat melepaskan engkau dari Allah sedikit jua pun."
“Dan Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang bertakwa."
Sebab itu, orang-orang yang bertakwa janganlah khawatir, sebab pelindungnya ialah Allah sendiri. Pada ayat ini kita insafi betapa beratnya tanggung jawab seorang rasul Allah. Mereka lebih keras bertanggung jawab di hadapan Alah. Keteledoran sedikit saja pun mendapat teguran. Ingat Nabi Sulaiman yang terlalai sedikit ketika menonton kuda-kudanya yang indah (surah Shaad). Demikian juga terkejut sedikit saja Nabi Dawud ketika musuh-musuhnya naik dari dinding mahrab (surah Shaad). Demikian juga Yunus yang terpaksa me-ringkuk di perut ikan (surah ash-Shaffaat) dan demikian juga Nabi Zakariya yang ketika gergaji sampai di kepalanya ketika dia akan dibunuh, dia mengeluh,"Aduh!" karena merasa sakit, jibril datang memberi ingat,"Jangan merintih karena engkau adalah Nabi, jika merintih sekali lagi, namamu dicoret sebagai Nabi." Ibrahim a.s. diuji dengan disuruh menyembelih anak. Isma'il a.s. diuji dengan kesediaan disembelih (surah ash-Shaaffaat). Kepada Nuh a.s. dikatakan bahwa anak kandungnya bukan ahlinya karena anaknya tidak saleh. Musa a.s. pingsan dan meminta ampun karena berani meminta hendak melihat Allah (surah al-A'raaf). Isa al-Masih a.s. diminta pertanggungjawabannya mengapa orang menuhankannya (surah al-Maa'idah: 116).
Kemudian dijelaskan tentang Al-Qur'an yang di permulaan surah telah diterangkan bahwa dia diturunkan langsung dari Yang Maha-gagah dan Mahabijaksana.
Ayat 20
“Ini adalah undang-undang bagi manusia dan petunjuk senta rahmat untuk kaum yang yakin"
Undang-undang untuk kehidupan menganjurkan hidup yang bahagia, melarang menempuh bahaya. Sehingga orang yang memegang teguh undang-undang ini, terjamin tidak akan melanggar undang-undang negara, yang melarang kejahatan, sebab tempat takutnya ialah Allah. Undang-undang kita ambil arti Bashaa'ir, yang berarti menjauhi berbuat jahat karena pandangan batin yang insaf.
Dan dia pun petunjuk, bimbingan dan pimpinan untuk mencapai kemuliaan budi. Sebab itu dia pun menjadi rahmat yang kekal abadi. Tetapi semuanya itu hanya dapat dirasakan oleh orang yang yakin. Adapun yang tidak yakin walaupun berulang-ulang dibaca dan dikhatamkannya Al-Qur'an tiap hari, tidaklah dia akan mengecap rahmat Al-Qur'an itu. Sebab itu maka kelanjutan ayat berbunyi,
Ayat 21
“Ataukah owng-orang yang beribuat kejahatan menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka sama sebagai orang-orang yang beriiman dan beriamal yang saleh? Sama semasa hidup mereka dan mati mereka? Buruklah apa yang mereka tetapkan itu."
Pertanyaan cara demikian namanya ialah"Pertanyaan berisi bantahan" (istiftiam inkari), artinya tidaklah sama, baik di kala hidup apatah lagi sesudah mati, di antara orang-orang yang berbuat jahat dengan orang yang beriman, dan beramal saleh.
Jika orang yang berbuat jahat itu gelap, hidupnya tiada pegangan. Jiwanya miskin meskipun hartanya banyak. Hatinya risau selalu karena tekanan dosa, meskipun wajahnya di-paksa-paksanya buat tersenyum. Di akhirat nanti, siksaanlah yang akan dirasainya. Orang yang beriman dan beramal saleh, ruhnya diliputi terang; Nur. Bertambah tinggi imannya bertambah memancar sinar atau Nur itu. Ketinggian imannya dibuktikan oleh banyak amal kebaikannya. Kalimat Laa Ilaha lliallah, itulah yang menghidupkan sinar itu. Dan itulah dinamonya. Maka ada sinar orang yang masih lilin, ada yang laksana lampu listrik 15 watt, 25, 100 sampai 1.000 watt, sampai tidak ada batas. Sinar yang pada nabi-nabi adalah laksana matahari. Sinar itu tak cerai lagi sampai hari akhirat. Sedang orang-orang yang jahat gelap semata-mata.
Dan untuk meyakinkan perbedaan itu, perhatikanlah kembali kejadian langit dan bumi. Hubungan di antara keduanya rapat sekali.
Ayat 22
“Dan telah menjadikan Allah akan semua langit dan bumi dengan kebenaran."
Cobalah perhatikan kejadian langit dan bumi itu dengan saksama niscaya engkau akan kagum dengan kebenaran dan keadilannya. Adakah engkau lihat yang kacau? Yang tidak teratur? Adakah yang janggal? Yang tiada pada tempatnya? Semua dengan perimbangan dan pertimbangan. Sehingga bertambah tinggi jiwa manusia, bertambah terpujilah dia kalau dia dapat mencontoh meneladan cara Allah menjadikan dan mengatur langit dan bumi itu. Kalau hal ini sudah engkau pikirkan dengan mendalam engkau akan sampai kepada kesimpulan bahwa dalam perkara manusia berbuat baik dan berbuat jahat itu pun pasti berlaku kebenaran dan keadilan Allah. Itu sebabnya maka ujung ayat berbunyi,"Dan untuk dibalasi tiap-tiap diri menurut apa yang telah diusahakannya." Dan ditegaskan lagi pada akhirnya,
“Dan mereka tidaklah dianiaya"
Tak usah khawatir Allah akan menganiaya. Cuma manusia juga yang kerap menganiaya karena perberituran di antara kepentingan dan kekuasaan di antara yang merasa kuat dengan yang lemah. Sedang kekuatan Allah mutlak, sedang makhluk-Nya sama lemahnya semua di hadapan-Nya. Allah tidak berkepentingan dengan menganiaya. Bagi-Nya hanya kebenaran. Dan kebenaran itu ialah keadilan.