Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱقۡرَأۡ
bacalah
وَرَبُّكَ
dan Tuhanmu
ٱلۡأَكۡرَمُ
amat mulia
ٱقۡرَأۡ
bacalah
وَرَبُّكَ
dan Tuhanmu
ٱلۡأَكۡرَمُ
amat mulia
Terjemahan
Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia,
Tafsir
(Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama (dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra'.
Tafsir Surat Al-'Alaq: 1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah ﷺ berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.
Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang sama. Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, "Bacalah!" Rasulullah ﷺ melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan berkata lagi, "Bacalah!" Nabi ﷺ menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkata: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1) sampai dengan firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 5) Maka setelah itu Nabi ﷺ pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabda: Selimutilah aku, selimutilah aku! Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap.
Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi ﷺ menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, "Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan) diriku." Khadijah berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah." Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay.
Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia dan tuna netra. Khadijah bertanya, "Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini." Waraqah bertanya, "Wahai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi ﷺ menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya.
Setelah itu Waraqah berkata, "Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu." Rasulullah ﷺ memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah ﷺ merasa sangat sedih.
Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya, "Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya," maka tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah keluarganya.
Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang sama. Hadits ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan tentang hadits ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap.
Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di sana. Mula-mula wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah.
Dan bahwa di antara kemurahan Allah subhanahu wa ta’ala ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya.
Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5) Di dalam sebuah atsar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih disebutkan pula dalam atsar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya."
Wahai Nabi, bacalah firman yang Allah turunkan kepadamu, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Dia membagi kemurahan-Nya kepada semua makhluk. Di antara kemurahan-Nya adalah menjadikan manusia bisa membaca, menulis, dan mempelajari ilmu pengetahuan. 4. Tuhanmu itulah yang mengajar manusia menulis dengan perantaraan pena atau alat tulis lain. Tulisan berguna untuk menyimpan dan menyebarkan pesan serta ilmi pengetahuan kepada orang lain.
Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung arti bahwa membaca yang akan membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, minimal dua kali. Bila Al-Qur'an atau alam ini dibaca dan diselidiki berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh imannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-‘ALAQ
(SEGUMPAL DARAH)
SURAH KE-96
19 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta." (ayat 1)
Dalam suku pertama saja, yaitu “bacalah", telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi ﷺ disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta.
Ayat 2
Yaitu, “Menciptakan manusia dari segumpal darah." (ayat 2)
Sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan, yaitu setelah empat puluh hari lamanya, air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula menjadi segumpal daging (mudhghah). Syekh Muhammad Abduh di dalam Tafsir Juz ‘Amma menerangkan, “Yaitu Allah yang Mahakuasa menjadikan manusia dari air mani, menjelma jadi darah segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca pada seorang yang selama ini dikenal ummiy, tak pandai membaca dan menulis.“
Ayat 3
“Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Mahamulia." (ayat 3)
Nama Allah yang selalu diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Mahamulia, Mahadermawan, Mahakasih dan Sayang kepada makhluk-Nya;
Ayat 4
“Dia yang mengajarkan dengan qalam." (ayat 4)
Diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan ilmu Allah, yaitu dengan qalam atau pena! Di samping lidah untuk membaca, Allah pun menakdirkan pula bahwa ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat dipahamkan oleh manusia;
Ayat 5
“Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu." (ayat 5)