Ayat
Terjemahan Per Kata
يَوۡمَ
hari
تُبۡلَى
dibuka/dinampakkan
ٱلسَّرَآئِرُ
rahasia-rahasia
يَوۡمَ
hari
تُبۡلَى
dibuka/dinampakkan
ٱلسَّرَآئِرُ
rahasia-rahasia
Terjemahan
pada hari ditampakkan segala rahasia.
Tafsir
(Pada hari ditampakkan) maksudnya, diuji dan dibuka (segala rahasia) yaitu hal-hal yang terkandung di dalam kalbu berupa keyakinan-keyakinan dan niat-niat.
Tafsir Surat Ath-Thariq: 1-10
Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus, tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.
Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan menyebut nama langit dan semua bintang yang bersinar terang yang menghiasinya. Untuk itu, maka disebutkan oleh firman-Nya: Demi langit dan yang datang pada malam hari. (Ath-Thariq: 1) Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Ath-Thariq: 2) Lalu ditafsirkan oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala: (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3) Qatadah dan lain-Lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya bintang dinamakan Ath-Thariq tiada lain karena ia hanya dapat dilihat di malam hari, sedangkan siang hari tidak kelihatan. Hal ini diperkuat dengan apa yang disebutkan di dalam hadits shahih yang mengatakan: Beliau ﷺ melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari yang sudah larut.
Yakni dia pulang ke rumahnya dengan mengejutkan di malam hari. Di dalam hadits lain yang mengandung doa telah disebutkan: kecuali orang yang datang di tengah malam dengan membawa kebaikan, ya Tuhan Yang Maha Pemurah. Mengenai firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang. As-Suddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang menembus setan-setan apabila dilemparkan kepadanya.
Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang lagi membakar setan-setan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada penjaganya. (Ath-Thariq: 4) Yaitu sesungguhnya pada tiap diri terdapat malaikat yang menjaganya ditugaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala agar melindunginya dari berbagai bencana dan penyakit. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Ath-Thariq: 5) Ini mengingatkan manusia akan betapa lemahnya asal kejadiannya, sekaligus membimbingnya untuk mengakui adanya hari kemudian.
yaitu hari berbangkit. Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakannya dari semula mampu pula untuk mengembalikannya seperti keadaan semula, bahkan lebih mudah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang Menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dia diciptakan dari air yang terpancar. (Ath-Thariq: 6) Yaitu air mani yang dipancarkan oleh laki-laki dan bertemu dengan indung telur wanita, maka terjadilah anak dari percampuran keduanya dengan seizin Allah subhanahu wa ta’ala Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikut-nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni dari sulbi laki-laki dan dari tulang dada wanita.
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yaitu sulbi laki-laki dan tara-ibul mar-ah (tulang dada wanita) yang warna air maninya kuning lagi agak encer, kejadian anak dari air mani keduanya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Qatadah, As-Suddi, dan lain-lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Mis'ar, bahwa ia pernah mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan tangannya ke dadanya.
Adh-Dhahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Sa'id ibnu Jubair. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib artinya di antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah antara'kedua pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib berada di bawah kerongkongan.
Diriwayatkan dari Adh-Dhahhak bahwa tara-ib terletak di antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata. Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari Ma'mar ibnu Abu Habibah Al-Madani, bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati, dari sanalah asal mula terjadinya anak. Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni di antara tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah matinya). (Ath-Thariq: 8) Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat. Pertama, mengatakan bahwa Allah berkuasa mengembalikan air mani yang telah terpancarkan ini ke tempat asalnya keluar. Hal ini dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan selain keduanya. Pendapat yang kedua mengatakan, sesungguhnya Allah berkuasa menghidupkan kembali manusia yang diciptakan dari air mani ini sesudah matinya, lalu dibangkitkan untuk menuju negeri akhirat.
Karena sesungguhnya Tuhan yang menciptakan dari semula mampu mengembalikan (menghidupkan) ciptaan-Nya seperti semula. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan dalil yang menunjukkan hal ini di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat. Pendapat ini dikatakan oleh Adh-Dhahhak dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9) Pada hari kiamat semua rahasia ditampakkan sehingga menjadi jelas dan terang, dan tiada lagi rahasia karena semuanya menjadi tampak kelihatan dan semua yang tadinya tersembunyi di hari itu menjadi kelihatan.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Ibnu Ulnar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Bagi tiap orang yang khianat dinaikkan (dipasang) bendera pada pantatnya, lalu dikatakan bahwa ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu. (Ath-Thariq: 10) Yakni bagi manusia kelak di hari kiamat. satu kekuatan pun. (Ath-Thariq: 10) Maksudnya, kekuatan dalam dirinya. dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath-Thariq: 10) Yaitu dari luar dirinya. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan tiada pula seorang pun yang dapat menolong orang lain dari azab Allah."
Allah akan membangkitkan manusia dari kubur mereka pada hari ditampakkan segala rahasia, seperti isi hati manusia, meliputi keyakinan, niat dan rahasia lain yang belum terkuak di dunia. 10. Ketika semua persoalan terkuak di hadapan Allah maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dalam dirinya sendiri dan tidak pula ada penolong dari luar dirinya yang mengelakkan nya dari balasan Allah. Allah-lah penguasa tunggal pada hari itu.
Dalam ayat-ayat ini diterangkan bahwa Allah akan membangkitkan manusia kembali pada hari yang ditampakkan segala rahasia, yaitu hari Kiamat. Ketika itu, tidak seorang pun dapat luput dari apa yang sudah ditentukan sebagai balasan atas perbuatannya, yaitu surga bagi yang beramal saleh dan neraka bagi yang durhaka dan melanggar perintah Allah.
Ketika di akhirat, semua manusia akan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatan masing-masing. Jadi, setiap orang akan memperoleh sebagaimana amal yang telah dilakukan di dunia. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mengubahnya dan tidak ada penolong yang dapat membantunya kecuali kekuasaan Allah semata, sebagaimana firman-Nya:
Dan tidak ada (lagi) baginya segolongan pun yang dapat menolongnya selain Allah; dan dia pun tidak akan dapat membela dirinya. (al-Kahf/18: 43)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
RENUNGKANLAH DARI MANA ASALMU
Ayat 5
“Maka hendaklah memandang manusia dari apakah dia diciptakan." (ayat 5)
Engkau yang telah bertubuh gagah ini, atau manusia yang mabuk dengan kedudukan dan kemegahan, yang menyangka bahwa dunia ini telah dapat dikuasainya. Perhatikanlah dari asal mula engkau jadi.
Ayat 6
“Dia diciptakan dari air yang memancar." (ayat 6)
Yaitu daripada air mani; atau dalam bahasa tua disebut Kama.
Ayat 7
“Yang keluar dari antara shulbi dan taraib." (ayat 7)
Shulbi ialah deretan tulang punggung laki-laki. Taraib ialah tulang dada bagi perempuan, yang di sana terletak susunya. Begitulah kejadian manusia pada mulanya, yang manusia tidak boleh melupakan itu, supaya jangan dia sombong dalam dunia ini.
Ayat 8
“Sesungguhnya Dia, untuk mengembalikannya, sangatlah sanggup." (ayat 8)
Allah Mahakuasa mengembalikannya hidup kembali sesudah melalui alam kematian.
Ayat 9
Bilakah itu terjadi? “Pada hari yang akan jadi nyata segala yang tersembunyi." (ayat 9)
Di akhirat kelak terbukalah rahasia itu. Kerdillah manusia yang dahulu membesarkan diri. Dan besarlah di hadapan Allah orang-orang yang taat mengikuti jalan yang digariskan-Nya, dengan bimbingan nabi-nabi.
Ayat 10
“Maka tidaklah ada baginya sembarang kekuatan pun. Dan tidak (pula) ada yang akan membela." (ayat 10)
Walaupun engkau mempunyai peluru kendali, bom nuklir, meriam yang dapat menghancurkan sekian divisi tentara. Sebab engkau di waktu itu sebagai insan yang kecil laksana cacing, tengah berhadapan dengan Allah, mempertanggungjawabkan hidup yang kamu lalui di masa lampau. Siapa yang lain yang akan membela? Padahal yang dihadapi ialah Hari Akhirat, bukan di dunia yang dapat mencari sarjana hukum yang dapat menelaah dan mencari jalan-jalan keluar dari jeratan undang-undang. Pembelamu kalau ada, tidak lain hanya amal- amalmu sendiri.