Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَآ
dan apa
أَدۡرَىٰكَ
kamu tahu
مَا
apa
ٱلطَّارِقُ
yang datang dimalam hari
وَمَآ
dan apa
أَدۡرَىٰكَ
kamu tahu
مَا
apa
ٱلطَّارِقُ
yang datang dimalam hari
Terjemahan
Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?
Tafsir
(Tahukah kamu) artinya apakah kamu mengetahui (apakah yang datang pada malam hari itu?) lafal Maa adalah Mubtada sedangkan lafal Ath-Thaariq adalah Khabarnya, kedua lafal tersebut berkedudukan menjadi Maf'ul kedua dari lafal Adraa. Lafal Maa yang kedua juga menjadi Khabar dari lafal Maa yang pertama, di dalamnya terkandung makna yang menjelaskan kedudukan Ath-Thaariq yang agung itu; selanjutnya pengertian Ath-Thaariq dijelaskan oleh firman berikutnya.
Tafsir Surat Ath-Thariq: 1-10
Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus, tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.
Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan menyebut nama langit dan semua bintang yang bersinar terang yang menghiasinya. Untuk itu, maka disebutkan oleh firman-Nya: Demi langit dan yang datang pada malam hari. (Ath-Thariq: 1) Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Ath-Thariq: 2) Lalu ditafsirkan oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala: (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3) Qatadah dan lain-Lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya bintang dinamakan Ath-Thariq tiada lain karena ia hanya dapat dilihat di malam hari, sedangkan siang hari tidak kelihatan. Hal ini diperkuat dengan apa yang disebutkan di dalam hadits shahih yang mengatakan: Beliau ﷺ melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari yang sudah larut.
Yakni dia pulang ke rumahnya dengan mengejutkan di malam hari. Di dalam hadits lain yang mengandung doa telah disebutkan: kecuali orang yang datang di tengah malam dengan membawa kebaikan, ya Tuhan Yang Maha Pemurah. Mengenai firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang. As-Suddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang menembus setan-setan apabila dilemparkan kepadanya.
Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang lagi membakar setan-setan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada penjaganya. (Ath-Thariq: 4) Yaitu sesungguhnya pada tiap diri terdapat malaikat yang menjaganya ditugaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala agar melindunginya dari berbagai bencana dan penyakit. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Ath-Thariq: 5) Ini mengingatkan manusia akan betapa lemahnya asal kejadiannya, sekaligus membimbingnya untuk mengakui adanya hari kemudian.
yaitu hari berbangkit. Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakannya dari semula mampu pula untuk mengembalikannya seperti keadaan semula, bahkan lebih mudah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang Menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dia diciptakan dari air yang terpancar. (Ath-Thariq: 6) Yaitu air mani yang dipancarkan oleh laki-laki dan bertemu dengan indung telur wanita, maka terjadilah anak dari percampuran keduanya dengan seizin Allah subhanahu wa ta’ala Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikut-nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni dari sulbi laki-laki dan dari tulang dada wanita.
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yaitu sulbi laki-laki dan tara-ibul mar-ah (tulang dada wanita) yang warna air maninya kuning lagi agak encer, kejadian anak dari air mani keduanya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Qatadah, As-Suddi, dan lain-lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Mis'ar, bahwa ia pernah mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan tangannya ke dadanya.
Adh-Dhahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Sa'id ibnu Jubair. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib artinya di antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah antara'kedua pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib berada di bawah kerongkongan.
Diriwayatkan dari Adh-Dhahhak bahwa tara-ib terletak di antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata. Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari Ma'mar ibnu Abu Habibah Al-Madani, bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati, dari sanalah asal mula terjadinya anak. Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni di antara tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah matinya). (Ath-Thariq: 8) Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat. Pertama, mengatakan bahwa Allah berkuasa mengembalikan air mani yang telah terpancarkan ini ke tempat asalnya keluar. Hal ini dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan selain keduanya. Pendapat yang kedua mengatakan, sesungguhnya Allah berkuasa menghidupkan kembali manusia yang diciptakan dari air mani ini sesudah matinya, lalu dibangkitkan untuk menuju negeri akhirat.
Karena sesungguhnya Tuhan yang menciptakan dari semula mampu mengembalikan (menghidupkan) ciptaan-Nya seperti semula. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan dalil yang menunjukkan hal ini di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat. Pendapat ini dikatakan oleh Adh-Dhahhak dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9) Pada hari kiamat semua rahasia ditampakkan sehingga menjadi jelas dan terang, dan tiada lagi rahasia karena semuanya menjadi tampak kelihatan dan semua yang tadinya tersembunyi di hari itu menjadi kelihatan.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Ibnu Ulnar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Bagi tiap orang yang khianat dinaikkan (dipasang) bendera pada pantatnya, lalu dikatakan bahwa ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu. (Ath-Thariq: 10) Yakni bagi manusia kelak di hari kiamat. satu kekuatan pun. (Ath-Thariq: 10) Maksudnya, kekuatan dalam dirinya. dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath-Thariq: 10) Yaitu dari luar dirinya. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan tiada pula seorang pun yang dapat menolong orang lain dari azab Allah."
Dan wahai Nabi, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu'3. Itulah bintang yang bersinar tajam dan cahayanya menembus kegelapan malam. Malam bagaikan tirai yang menyelubungi langit. Cahaya bintang menyeruak, menembus tirai itu sehingga tampak gemerlap.
Dalam ayat-ayat ini dan pada beberapa ayat lain, Allah bersumpah dengan langit, matahari, bulan, dan malam karena terdapat padanya hal-hal, bentuk-bentuk, perjalanan-perjalanan, terbit dan tenggelamnya; maka keadaan yang ajaib dan luar biasa ini adalah bukti bagi orang yang berpikir dan memperhatikan bahwa ada penciptanya Yang Mahakuasa, tidak ada sekutu dalam penciptaannya.
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan langit dan bintang yang terbit pada malam hari. Sinarnya memecahkan kegelapan, dan menjadi petunjuk jalan kepada manusia pada waktu gelap di bumi dan di laut. Dari bintang itu, manusia dapat mengetahui musim hujan dan hal-hal lain yang diperlukannya dalam kehidupan. Ada beberapa arti yang dikemukakan oleh para mufasir mengenai bintang tersebut. Pendapat yang terbaik adalah yang mengartikannya sebagai bintang yang bercahaya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH ATH-THAARIQ
(YANG MENGETUK MALAM)
SURAH KE-86,17 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
“Demi langit, demi yang mengetuk" (ayat 1)
Kalimat Thariq itu jika diartikan ke dalam bahasa kita, asal artinya mengetuk atau memukul dengan keras. Seperti orang yang mengetuk pintu orang lain tengah malam agak keras, supaya yang empunya rumah lekas bangun, karena dia membawa berita penting. Sebab itu maka jalan raya yang selalu dilalui manusia dalam bahasa Arab dinamai ath-Thariiq. Sebab jalan raya itu selalu diketuk oleh kaki manusia, kaki kuda, dan roda kendaraan yang lalu lintas.
Ayat 2
“Dan adakah pengetahuan engkau, apakah yang mengetuk itu?" (ayat 2)
Pertanyaan pada ayat yang kedua ini, sebagaimana banyak juga terdapat di beberapa ayat yang lain, ialah guna lebih menarik minat dan perhatian Rasulullah ﷺ kepada barang yang diambil sumpah oleh Allah itu. Dan kita pun sudah maklum bahwa Nabi Muhammad ﷺ tidaklah akan tahu mengapa maka ath-Thaariq (pengetuk) itu diambil jadi sumpah oleh Allah.
Ayat 3
Ath-Thaariq ialah “Suatu bintang yang menembus." (ayat 3)
Dapatlah diambil kesimpulan dari deretan ketiga ayat ini, bahwa di alam cakrawala itu ada suatu bintang yang melancar dengan keras dan cepat, laksana mengetuk pintu yang terkunci sehingga orang yang enak tidur jadi terbangun. Sifatnya ialah menembus. Yang ditembusnya ialah kegelapan malam. Bila bintang yang bergerak cepat itu lewat dalam gelap-gulita, tembuslah kegelapan itu dan timbullah cahaya memancar di kelilingnya. Dan kadang-kadang kita pun dapat menyaksikan bintang-bintang Thariq itu bila langit jernih di tengah malam, dan bintang-bintang bercahaya berkelap-kelip. Kadang jelas sekali melintas satu bintang Comet, cepat sekali. Ditembusnya kegelapan malam.
Lalu rahasia ini dibukakan oleh ahli-ahli tafsir. Bahwa ath-Thaariq itu adalah perumpamaan belaka daripada kedatangan Jibril ke atas dunia ini, membawa wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ. Cepat sekali dia, karena malaikat terbuat dari nur, cahaya. Menurut ilmu pengetahuan modern, kecepatan perjalanan cahaya itu sekira 180.000 mil dalam satu detik! Kecepatan malaikat seratus kali dari itu. Dia melayang dengan cepatnya, menembus kegelapan malam. Atau kegelapan alam pikiran manusia yang telah diliputi oleh jahiliyyah, tak ada pedoman hidup lagi. Dia mengetuk hati yang telah membeku dan membatu. Coba perhatikan susunan letak surah, ujung surah al-Buruuj, menyatakan Al-Qur'an tersimpan dan terpelihara. Pada pangkal surah ath-Thaariq, ialah kiasan tentang cahaya turunnya Jibril menembus kegelapan malam, mengantar wahyu kepada Muhammad ﷺ