Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَآ
dan apakah
أَدۡرَىٰكَ
kamu tahu
مَا
apa
عِلِّيُّونَ
illiyyin
وَمَآ
dan apakah
أَدۡرَىٰكَ
kamu tahu
مَا
apa
عِلِّيُّونَ
illiyyin
Terjemahan
Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu?
Tafsir
(Tahukah kamu) atau apakah kamu mengetahui (apakah 'Illiyyiin itu?) apakah kitab 'Illiyyiin itu?.
Tafsir Surat Al-Muthaffifin: 18-28
Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam "Illiyyin. Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu? (yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah). Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamr murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamr murni itu adalah tasnim, (yaitu) mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dengan sebenar-benarnya, bahwa sesungguhnya buku catatan amal orang-orang yang berbakti itu berbeda dengan buku catatan orang-orang yang durhaka; buku catatan amal mereka, benar-benar tersimpan dalam 'Illiyyin. (Al-Muthaffifin: 18) Yaitu tempat kembali mereka adalah 'Illiyyin, dan ini berbeda dengan Sijjin, keduanya bertolak belakang. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Syamir ibnu Atiyyah, dari Hilal ibnu Yusaf yang mengatakan, bahwa Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Kab yang saat itu aku (Hilal ibnu Yusaf) hadir, tentang makna Sijjin. Maka Ka'b menjawab bahwa Sijjin terletak di bumi lapis yang ketujuh, di dalamnya tersimpan arwah orang-orang kafir.
Ibnu Abbas pun bertanya lagi kepada Ka'b tentang 'Illiyyin, maka Ka'b pun menjawab bahwa 'Illiyyin terletak di langit yang ketujuh, di dalamnya tersimpan arwah orang-orang mukmin. Hal yang sama dikatakan pula bukan hanya oleh seorang ulama, bahwa sesungguhnya 'Illiyyin itu terletak di langit yang ketujuh. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam 'Illiyyin. (Al-Muthaffifin: 18) Yakni di dalam surga.
Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas yang dikemukakan oleh Al-Aufi, catatan amal perbuatan mereka berada di langit di sisi Allah. Hal yang sama dikatakan oleh Adh-Dhahhak. Qatadah mengatakan bahwa 'Illiyyun adalah kaki' Arasy yang sebelah kanan. Selain Qatadah mengatakan bahwa 'Illiyyin berada di dekat Sidratul Muntaha. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa 'Illiyyin diambil dari kata al-'uluwwu yang artinya tinggi.
Dan sesuatu itu manakala meninggi, maka ia bertambah besar dan luas, karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala membesarkan perihalnya dan menggambarkannya dengan gambaran yang agung. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu? (Al-Muthaffifin: 19) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengukuhkan apa yang telah dicatatkan bagi mereka. (Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Muthaffifin: 20-21) Mereka adalah para malaikat menurut Qatadah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kitab itu di tiap langit hanya disaksikan oleh para malaikat yang terdekatnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). (Al-Muthaffifin:22) Artinya, kelak di hari kiamat mereka berada dalam kenikmatan yang abadi dan surga-surga yang di dalamnya terdapat karunia yang berlimpah. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (Al-Muthaffifin: 23) Yang dimaksud dengan ara-ik ialah dipan-dipan yang beralaskan permadani.
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah mereka memandangi kerajaan mereka dan segala sesuatu yang diberikan Allah kepada mereka berupa kebaikan dan karunia yang tidak pernah habis dan tidak pernah rusak selamanya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud dari firman-Nya: mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (Al-Muthaffifin: 23) Yakni memandang kepada Allah subhanahu wa ta’ala Dan hal ini bertentangan dengan apa yang digambarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tentang keadaan orang-orang yang durhaka melalui firman-Nya: Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15) Maka disebutkan perihal orang-orang yang berbakti, bahwa mereka diperbolehkan melihat kepada Allah Swt, sedangkan mereka berada di atas dipan-dipan dan hamparan-hamparannya, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Ibnu Umar: Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya ialah seperti seseorang yang memerlukan waktu dua ribu tahun untuk melihat semua bagian kerajaannya; dan dia dapat menyaksikan bagian yang terdekatnya sama dengan melihat ke bagian yang terdekatnya.
Dan sesungguhnya ahli surga yang paling tinggi (kedudukannya) adalah bagi orang yang dapat memandang kepada Allah subhanahu wa ta’ala sebanyak dua kali dalam seharinya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. (Al-Muthaffifin: 24) Yakni apabila engkau lihat wajah mereka, kamu akan dapat mengetahui kesenangan hidup mereka yang penuh dengan kenikmatan; yakni tampak berseri-seri, cerah, gembira ria, dan senang dengan kenikmatan besar yang menggelimangi kehidupan mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka diberi minum dari khamr murni yang dilak (tempatnya). (Al-Muthaffifin: 25) Mereka diberi minum dari khamr surga, dan rahiq adalah nama lain dari khamr surga; demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah serta Ibnu Zaid.
-: Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Sa'd Abul Muhasir At-Ta'i, dari Atiyyah ibnu Sa'd Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri, yang menurut pandangan perawi Abu Sa'id me-rafa'-kannya sampai kepadaNabi ﷺ Bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Siapa pun orangnya yang mukmin memberi minum orang mukmin lainnya yang sedang kehausan, maka kelak Allah akan memberinya minuman di hari kiamat nanti dari khamr murni yang dilak tempatnya. Dan siapa pun orangnya yang mukmin memberi makan orang mukmin lain yang sedang kelaparan, maka Allah memberinya makan dari buah-buahan surga.
Dan siapa pun orangnya yang mukmin memberi pakaian kepada orang mukmin lainnya yang tidak punya pakaian (telanjang), maka Allah akan memberinya pakaian dari kain sutra surga yang berwarna hijau. Ibnu Mas'ud mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: laknya adalah kesturi.(Al-Muthaffifin: 26) Bahwa makna yang dimaksud ialah campurannya adalah minyak kesturi. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah mewangikan bagi mereka khamr surga, dan sesuatu yang dicampurkan kepada khamr surga adalah kesturi, kemudian dilak dengan kesturi.
Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah dan Adh-Dhahhak. Ibrahim dan Al-Hasan mengatakan bahwa laknya memakai minyak kesturi, yakni kesudahannya ialah minyak kesturi. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Jabir, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Abu Darda sehubungan dengan makna firman-Nya: laknya adalah kesturi. (Al-Muthaffifin: 26) Yakni minuman yang putih seperti warna perak yang mereka gunakan untuk menutup minuman khamrnya.
Seandainya seseorang dari penduduk dunia memasukkan jarinya ke dalam minuman itu, lalu ia mengeluarkannya, maka tiada suatu makhluk pun yang bernyawa melainkan dapat mencium bau wanginya. Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: laknya adalah kesturi. (Al-Muthaffifin: 26) Maksudnya, diharumkan dengan minyak kesturi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan untuk demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (Al-Muthaffifin: 26) Yaitu terhadap keadaan seperti ini hendaklah orang-orang berlomba-lomba untuk meraihnya dan berbangga diri karena berhasil meraihnya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya: Untuk kesenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (Ash-Shaffat: 61) Adapun firman Allah Swt: Dan campuran khamr murni itu adalah dari tasnim. (Al-Muthaffifin: 27) Yakni campuran khamr ini adalah sesuatu minuman yang disebut tasnim, yang merupakan minuman ahli surga yang paling afdal dan paling terhormat. Demikianlah menurut Abu Saleh dan Adh-Dhahhak. Karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat berikutnya: (yaitu) mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah. (Al-Miitaffifin: 28) Maksudnya, minuman yang hanya diminum oleh orang-orang yang didekatkan dengan Allah. Minuman tersebut menjadi campuran bagi minuman ashabul yamin atau golongan kanan. Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Masruq, Qatadah, serta selain mereka."
Untuk menggugah perhatian manusia, Allah bertanya, 'Dan tahukah engkau apakah 'Illiyyin itu'20. 'Illiyyin adalah kitab yang berisi catatan perbuatan yang tertulis dengan jelas sehingga mudah dibaca oleh mereka yang berhak mendapatkannya.
Untuk memperlihatkan keagungan 'Illiyyun itu, Allah mengemukakan pertanyaan, "Tahukah kamu apakah 'Illiyyun itu?" Allah lalu menjelaskannya langsung, "Yaitu kitab yang tertulis dan disaksikan oleh para malaikat yang didekatkan kepada Allah.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NIKMAT DI SURGA
Ayat 18
“Kalla!"
Di tempat lain dapat diartikan sebagai suatu pengingkaran,
“Tidak begitu, bukan begitu, jangan sekali-kali, atau sekali-kali tidak." Tetapi pada ayat ini dia dapat kita artikan “Ingatlah!" Atau arahkanlah perhatian kepada hal ini.
“Sesungguhnya catatan orang-orang yang baik-baik itu adalah di ‘Illiyin." (ujung ayat 18)
Kata ‘Illiyin artinya amat tinggi dan mulia.
Ayat 19
“Sudahkah engkau tahu, apakah ‘Illiyin itu?" (ayat 19)
Ayat 20
“(Yaitu) kitab yang tertulis." (ayat 20)
Ayat 21
“Yang disaksikan oleh mereka-mereka yang sangat dekat." (ayat 21)
Amal dan usaha dari orang-orang yang berbuat baik pada masa hidupnya di dunia, dicatat amalannya, dipelihara baik-baik, diletakkan di tempat yang tinggi dan mulia; dan yang menyaksikan, memerhatikan, dan menjaganya ialah mereka yang Muqarrabun; yaitu sangat dekat kepada Allah, yaitu para malaikat.
Dan boleh juga dikatakan, bahwa yang menyaksikan akan kebajikan amalan orang yang berbuat baik itu, hanyalah orang- orang yang dekat kepada Allah saja. Dan yang dekat kepada Allah itu bukan saja malaikat-malaikat yang di langit, bahkan sesama manusia pun ada yang dipandang dekat kepada Allah. Ayat ini memberi obat penawar bagi hati manusia yang baik-baik, orang-orang jujur, bahwa meskipun manusia kebanyakan tidak menghargai jasanya yang baik, namun malaikat dan manusia-manusia yang dekat kepada Allah, senantiasa menjunjung tinggi dan menghargai jasa-jasa itu. Yakinlah.
Ayat 22
“Sesungguhnya orang yang baik-baik itu ada dalam kenikmatan." (ayat 22)
Ayat 23
“Dari atas pelaminan-pelaminan mereka memandang." (ayat 23) Araaik kita artikan pelaminan-pelaminan, yaitu tempat duduk tertinggi yang diduduki oleh orang-orang yang amat dimuliakan; sebagaimana yang kita sediakan buat duduk bersanding di antara dua orang pengantin laki-laki dan perempuan, atau sebagai mahligai, singgasana, atau tahta tempat raja bersemayam. Dihiasi tempat duduk itu dengan berbagai ragam hiasan. Maka duduklah orang-orang yang telah beramal baik selama di dunia di atas pelaminan-pelaminan atau mahligai, atau singgasana mulia; mereka memandang indahnya alam surga di sekelilingnya.
Ayat 24
“Engkau dapat mengenal pada wajah-wajah mereka itu sinar dan nikmat." (ayat 24) Sedangkan di dunia ini saja kita gembira tatkala melihat wajah manusia yang berseri-seri karena kegembiraan jiwa, karena tidak merasa pernah berbuat jahat kepada sesama manusia; apatah lagi saat di akhirat kelak?
Ayat 25
“Mereka diberi minum dengan minuman terpilih, lagi termaterai." (ayat 25)
Minuman pilihan yang sumbat botolnya telah dimaterai lebih dahulu, sebagai tanda bahwa dia benar-benar asli, original, belum pernah disentuh oleh tangan siapa pun sebelumnya.
Ayat 26
“Materainya itu ialah kasturi."
Kasturi adalah lambang keharuman. Kasturi tergantung pada pinggang kijang atau rusa di hutan. Pada musang terdapat juga jebat yang baunya pun harum. Sedang sumbat dan materai penyumbat botolnya saja harum terbuat dari kasturi, apalagi isinya?
“Dan pada hari yang demikian itu biarlah berlomba orang-orang yang hendak berlomba." (ujung ayat 26)
Allah menganjurkan berlombalah mengejar kedudukan yang mulia, tiada taranya di akhirat. Janganlah berlomba berebut pangkat dengan tindak-menindak, tanduk-menanduk, tindih- menindih di dunia ini, sehingga kadang-kadang untuk mencapai satu martabat, orang tidak keberatan mengorbankan saudaranya yang lain.
Ayat 27
“Dan campurannya ialah air yang menurun." (ayat 27)
Disebut Tasnim, yaitu air yang menurun dari tebing yang tinggi, laksana serasah atau air mancur yang amat indah, terjun ke bumi, dingin dan sejuk,
Ayat 28
“(Yaitu) mata air yang minum daripadanya mereka yang dihampirkan." (ayat 28)