Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
ٱلسَّمَآءُ
langit
فُرِجَتۡ
dibelah
وَإِذَا
dan apabila
ٱلسَّمَآءُ
langit
فُرِجَتۡ
dibelah
Terjemahan
apabila langit dibelah,
Tafsir
(Dan apabila langit dibelah) atau menjadi terbelah.
Tafsir Surat Al-Mursalat: 1-15
Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, dan apabila langit telah dibelah, dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Sahl Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) Yakni malaikat-malaikat. Telah diriwayatkan pula dari Masruq, Abud Duha, Mujahid dalam suatu riwayatnya, As-Suddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Dan diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa ia mengatakan sehubungan dengan makna mursalat, yaitu para rasul. Tetapi menurut riwayat lain yang juga darinya disebutkan para malaikat. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh dalam lafal al-'asifat (para malaikat penggiring angin), an-nasyirat (para malaikat penyebar hujan), al-fariqal (para malaikat pembeda hak dan batil), dan al-mulqiyat (para malaikat penyampai wahyu). Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahi!, dari Muslim Al-Batin, dari Abul Abidain yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang makna mursalat 'urfan, artinya angin.
Hal yang sama dikatakan olehnya sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya. (Al-Mursalat: 2-3) Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah angin. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan AbuSaleh menurut riwayat yang bersumber darinya. Tetapi Ibnu Jarir bersikap diam sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) Bahwa apakah makna yang dimaksud adalah malaikat-malaikat yang diutus membawa kebaikan, ataukah yang seperti rambut kuda yang sebagian darinya mengiringi sebagian yang lain, ataukah yang dimaksud adalah angin apabila bertiup sedikit demi sedikit? Tetapi ia memastikan bahwa yang dimaksud dengan 'asifat adalah angin yang bertiup dengan kencang, sama dengan pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dan para pengikutnya.
Dan di antara orang yang berpendapat sama sehubungan dengan 'asifat 'asfa ialah Ali ibnu Abu Talib dan As-Suddi; tetapi bersikap diam terhadap an-nasyirat, apakah makna yang dimaksud adalah para malaikat ataukah angin, sama dengan sebelumnya. Diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa an-nasyirati nasyran ialah hujan. Tetapi pendapat yang jelas menyebutkan bahwa al-mursalat adalah angin, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr:22) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya. (Al-A'raf: 57) Demikian pula al-'asifat artinya angin.
Dikatakan 'asafatir riyahu artinya angin telah bertiup dengan kencangnya sehingga menimbulkan suara. Begitu pula an-nasyirat artinya angin yang menggiring awan di ufuk langit menurut apa yang dikehendaki oleh Tuhannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 4-6) Yakni para malaikat, menurut Ibnu Mas'ud. Ibnu Abbas, Masruq, Mujahid, Qatadah. Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Suddi, dan Ats-Tsauri. Tidak ada perbedaan di sini, karena sesungguhnya para malaikat turun dengan membawa perintah Allah kepada rasul-rasul-(Nya) untuk membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara perkara halal dan haram.
Dan para malaikat itu menyampaikan wahyu kepada para rasul yang di dalamnya mengandung alasan terhadap makhluk dan sekaligus peringatan bagi mereka akan siksa Allah jika mereka menentang perintah-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. (Al-Mursalat: 7) Inilah objek dari sumpah-sumpah di atas, yakni sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepadamu yaitu terjadinya kiamat, peniupan sangkakala, dibangkitkannya semua makhluk dan dihimpunkan-Nya semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian dalam suatu lapangan untuk menerima pembalasannya masing-masing; jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, maka balasannya buruk pula semuanya itu pasti terjadi dan tidak terelakkan lagi.
Dalam firman berikutnya disebutkan: Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan. (Al-Mursalat: 8) Maksudnya, sinarnya lenyap. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2) dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infitar: 2) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan apabila langit telah dibelah. (Al-Mursalat: 9) Yaitu belah, pecah, dan semua bagiannya turun serta semua sisinya melemah. dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu. (Al-Mursalat: 10) Yakni dilenyapkan sehingga tiada bekasnya sama sekali, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya." (Thaha: 105) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Al-Mursalat: 11) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna uqqitat ialah dikumpulkan.
Ibnu Zaid mengatakan, dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: (Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul. (Al-Maidah: 109) Dan Mujahid mengatakan, bahwa makna uqqitat ialah ditangguhkan. Menurut Ats-Tsauri, dari Mansur, dari Ibrahim, uqqitat artinya dipersiapkan seakan-akan menurutnya dianggap semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Az-Zumar: 69) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: ("Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan.
Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 12-15) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, bahwa sampai kapankah para malaikat yang menjadi utusan itu ditangguhkan perkaranya, yaitu sampai hari kiamat. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya: sesungguhnya Allah Mahaperkasa, lagi mempunyai pembalasan, (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim: 47-48) Yaitu hari keputusan. Hal yang sama disebutkan dalam surat ini, yaitu: Sampai hari keputusan. (Al-Mursalat: 13) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala bertlrman. menceritakan betapa hebatnya hari kiamat: Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 14-15) Artinya kecelakaanlah bagi mereka karena akan tertimpa azab Allah di hari kemudian. Dalam pembahasan yang lalu telah kami sebutkan sebuah hadits yang mengatakan bahwa Al-Wail adalah nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam. tetapi predikatnya tidak shahih."
7-9. Demi semua yang telah disebut itu, sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu, yaitu hari kebangkitan, juga surga dan neraka pasti terjadi. Kehidupan akhirat itu dimulai setelah Kiamat dunia ini. Dan inilah gambaran Kiamat itu. Maka apabila bintang-bintang dihapuskan cahayanya dengan mudah oleh Allah, dan apabila langit terbelah, sehingga langit dengan segala yang ada hancur. 10-11. Tidak hanya sampai di situ. Dan juga apabila gunung-gunung dihancurkan menjadi debu yang beterbangan, dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktunya, untuk dimintai pertanggung jawaban akan tugas dan kesaksiannya. Dan ketika itu terjadilah awal masa jatuhnya siksa, dan ketika itu dikatakan juga kepada para rasul itu.
Dikatakan pula bila langit pecah hancur berantakan berkeping-keping karena terjadinya guncangan gempa yang sangat dahsyat akibat benda-benda langit beradu sesamanya. Demikianlah beberapa ayat lain menceritakan hal yang sama, yakni:
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) langit pecah mengeluarkan kabut putih dan para malaikat diturunkan (secara) bergelombang. (al-Furqan/25: 25).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
BILA KIAMAT DATANG
Di dalam ayat-ayat selanjutnya ini mulailah dibayangkan apa yang akan terjadi jika Kiamat itu datang.
Ayat 8
“Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan."
Yang dihapuskan itu adalah salah satu dari dua, pertama cahaya bintang itu tidak kelihatan lagi telah hapus sama sekali. Sehingga kalau hari malam, yang biasanya bintang-bintang itu kelihatan bercahaya berkelap-kelip, maka bila Kiamat datang cahaya itu tidak ada lagi, sudah hapus. Tentu saja karena di muka bumi perjalanan cahaya tidak menentu lagi. Langit atau ruang angkasa telah gelap gulita, sehingga tidak tembus lagi penglihatan ke langit kemungkinan yang kedua ialah karena bintang-bintang itu sendiri telah terganjak dari tempat masing-masing. Kalau demikian halnya niscaya bumi kita ini demikian juga halnya. Dengan hilang hapusnya cahaya bintang jelas sekali bahwa dalam dunia telah terjadi perubahan besar yang mengerikan.
Ayat 9
“Dan apabila langit telah dibelah."
Ini pun sesuatu yang amat dahsyat. Kita dapat menggambarkan setelah pengetahuan manusia dibukakan Allah setapak demi setapak tentang kejadian alam ini. Ayat Al-Qur'an hanya menerangkan yang dapat lekas dipahamkan. Adapun yang dapat lekas dipahamkan ialah bahwa langit itu adalah laksana loteng yang meneduhi kita. Di dalam surah al-Mulk, surah pertama dari juz ini pada ayat 5 dikatakan bahwa langit dunia ini dihiasi oleh Allah dengan bintang-bintang yang dimisalkan sebagai pelita-pelita terpasang. Di mana batas langit itu tidak ada yang tahu. Tidak ada seorang sarjana pun yang tahu, sehingga sampai sekarang ini pun tentang batas- batas langit itu masih saja teori-teori yang diperbuat orang, kadang-kadang dongeng, kadang-kadang khayal, kadang-kadang hasil penyelidikan yang belum sempurna. Maka dalam ayat ini dikatakan bahwa langit akan dibelah, sehingga kita mengkhayalkan bahwa langit itu akan sama dengan kemah yang belah dua di tengah-tengah karena kerasnya angin yang berembus. Maka kalau langit belah, akan kelihatanlah oleh kita belahan itu dari bumi ini? Atau akan masih sempatkah isi bumi melihatnya pada waktu itu? Sedangkan bintang-bintang yang adakalanya dapat memberikan cahaya penyuluh atau bagai pelita, sudah padam lebih dahulu?
Ayat 10
“Dan apabila gunung-gunung telah dilumatkan."
Gunung-gunung tinggi membujur dari permukaan bumi. Apabila kita naik kapal udara dan terbang tinggi-tinggi dapatlah kita melihat betapa besar kekuasaan Allah membuat gunung-gunung itu. Di seluruh dunia berderet-deret gunung-gunung. Ada yang sangat tinggi seperti Himalaya di Hindustan, Kilimanjaro di benua Afrika, Gunung Fuji di Jepang dan beratus-ratus gunung lagi di permukaan bumi ini. Banyak di antara gunung-gunung itu mempunyai kepundan dan menyemburkan api. Gunung-gunung di kepulauan Indonesia kita ini pun banyak yang mengandung api. Gunung Krakatau pernah meletus pada 26 sampai 28 Agustus 1883. Demikian hebat letusannya sehingga kedengaran ke seluruh dunia dan mengejutkan seluruh bangsa. Letusan Krakatau itu saja sudah amat menggoncang- kan. Air laut bergolak, sehingga ada kapal di pelabuhan Teluk Betung diangkat oleh air laut ke darat dan masih didapati bekasnya sampai pertengahan abad kedua puluh, lebih tujuh puluh tahun sesudah kejadian itu.
Pada tiap-tiap gunung berapi meletus kita melihat lahar cair mengalir dari puncak gunung itu ke bawah, dan juga meletus membawa debu hitam pekat ke atas. Malam hari kelihatan debu itu berapi. Maka apabila kita lihat letusan gunung-gunung merapi dengan laharnya dan letusannya yang berdebu, dapatlah kita pikirkan apa arti firman Allah bahwa gunung-gunung akan dilumatkan. Yaitu dijadikan abu! Maka dapatlah dibayangkan oleh pikiran kita apabila Kiamat itu datang kelak letusan gunung-gunung merapi yang mengalir hitam sebagaimana kita saksikan di sungai-sungai yang mengalir dari Gunung Merapi di Jawa Tengah (Yogyakarta), yang betul-betul abu. Dan kita pun melihat kota-kota di Pulau Bali ditimbuni oleh lahar hitam pekat itu seketika Gunung Agung meletus. Dan kita pun membaca riwayat kota Pompei dan kota Herculaneum habis ditimbuni lahar ketika Gunung Vesuvius meletus pada tahun-tahun 79 Masehi. Lebih seribu tahun kemudian dapat digali orang kembali timbunan kota itu. Kedapatan manusia yang tertimbun lahar dalam keadaan tubuh yang masih utuh.
Di dalam ayat 10 ini disebutkan,
Kita artikan, “Demi apabila gunung-gunung telah dilumatkan."
Nusifat (...) di sini kita artikan dilumatkan. Kita ambil dasar maknanya daripada ayat 97 dari surah Thaahaa. Yaitu tentang berhala lembu dari emas yang bernama ‘ijil yang dibuat oleh Samiri untuk menyesatkan Bani Israil. Di situ tertulis,
“Sesungguhnya akan kami bakar dianya kemudian itu akan kami serakkan ke dalam laut sampai berserak-serak."(Thaahaa: 97)
Ahli tafsir mengatakan bahwa karena dia adalah emas. Tentu saja sesudah dia dibakar dia akan membeku jadi satu dan keras bagai batu. Sebab itu untuk dapat diserakkan ke laut lebih dahulu dikikir halus-halus sampai jadi serbuk. Di dalam kitab-kitab Kamus dikatakan juga arti nusifat ialah dikiasi, digoncangkan sampai hancur jadi debu.
Maka melihatkan bekas-bekas yang ada, yang dapat disaksikan pada letusan gunung-gunung berapi di seluruh dunia itu, patutlah orang percaya bahwa satu waktu gunung- gunung itu akan dihancurkan jadi abu, jadi lahar.
Ayat 11
“Dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu."
Maksudnya ialah bila Kiamat itu datang kelak maka akan ditentukan suatu waktu bahwa rasul-rasul itu akan dipanggil menjadi saksi-saksi daripada umat mereka masing-masing.
Kemudian hal ini dijelaskan lagi di dalam surah an-Nisaa' ayat 41 yang diturunkan di Madinah. Dijelaskan kepada Nabi ﷺ bahwa beliau pun akan turut jadi saksi dari umatnya sendiri.
“Dan bagaimanakah kelak apabila Kami datangkan bagi tiap-tiap umat itu akan saksinya dan Kami datangkan pula engkau akan jadi saksi bagi mereka itu?" (an-Nisaa': 41)
Menurut satu riwayat, seketika Abdullah bin Mas'ud membaca ayat ini di dekat Rasulullah ﷺ beliau telah menangis. Beliau terharu dan cemas kalau-kalau kaumnya orang Quraisy itu akan masih terus menantang juga akan kebenaran yang beliau sampaikan kepada mereka.
Di dalam surah al-Maa'idah ayat 117 dijelaskan juga bahwa nabi kita Isa al-Masih pun akan dihadapkan juga untuk diminta kesaksiannya, pernahkah dia mengajak manusia supaya mengambil dirinya dan diri ibunya menjadi Tuhan selain Allah. Nabi Isa menjawab bahwa beliau tidak pernah mengajarkan yang demikian itu. Kejadian itu adalah setelah beliau meninggal. Allah-lah yang lebih tahu dan lebih menyaksikan.
Ayat 12
“Sampai hari yang manakah ditangguhkan?"
Pertanyaan terpisah dari yang di atasnya. Yang bilakah agaknya orang-orang yang kafir, yang tidak mau percaya akan seruan rasul- rasul itu akan menerima siksaannya?
Kadang-kadang timbul pertanyaan seperti demikian di hati orang-orang yang beriman tetapi belum matang dia berpikir. Selalu diberi ingat oleh Allah bahwa orang yang kafir akan menerima adzabnya! Tetapi bila? Mengapa belum juga? Allah memberikan jawaban,
Ayat 13
“Sampai hari keputusan.?"
Artinya ialah bahwa Allah tidaklah langsung menjatuhkan suatu adzab karena pengaruh kebencian belaka. Kalau Allah itu menjatuhkan hukuman, adalah semata-mata karena adil, bukan karena benci dan bukan karena dendam. Hukuman dijatuhkan ialah menurut suatu keputusan yang telah ditentukan, setelah selesai pemeriksaan atau yang disebut hisab (perhitungan) dosa dan pahala, jasa dan kesalahan. Di dalam surah az-Zilzaal bahwa seberat zarrah (atom) kebajikan pun akan diperlihatkan dan seberat zarrah (atom) kejahatan pun akan diperlihatkan juga. Sehingga kalau seseorang kena hukum adalah semata-mata karena kesalahannya sendiri. Di dalam surah al-Qaari'ah dijelaskan lagi bahwa timbangan yang berat kepada kebajikan akan mendapat hidup yang diridhai dalam surga dan hidup yang ringan, tidak membawa jasa yang patut diingat, nerakalah tempatnya.
Niscaya hal yang seperti itu menghendaki pemeriksaan yang saksama. Dan kesaksamaan pemeriksaan dan penelitian Allah itu adalah hal yang mutlak kita percayai.
Kemudian datang lagi pertanyaan dari Allah.
Ayat 14
“Dan adakah engkau tabu, apakah hari keputusan itu?"
Pertanyaan ini dijawab sendiri oleh Allah.
Ayat 15
“Celaka besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan."
Celaka besar! Karena dia akan menerima akibat dan sikapnya yang mendustakan itu. Dia tidak percaya bahwa Kiamat akan terjadi. Dia tidak percaya kepada segala tanda-tanda yang telah diisyaratkan Allah di dalam wahyu- Nya. Celaka besarlah yang akan mereka hadapi di saat segala manusia akan dihadapkan ke hadapan Pengadilan Allah, ditanya satu demi satu dan rasul-rasul tegak jadi saksi bahwa mereka telah menyampaikan peringatan ini tiada yang kekurangan. Celakalah mereka di hari itu, tidak dapat melepaskan diri lagi. Terbenam ke dalam adzab yang sangat ngeri.