Ayat
Terjemahan Per Kata
كَلَّآۖ
sekali-kali tidak
إِنَّا
sesungguhnya Kami
خَلَقۡنَٰهُم
Kami ciptakan mereka
مِّمَّا
dari apa
يَعۡلَمُونَ
mereka ketahui
كَلَّآۖ
sekali-kali tidak
إِنَّا
sesungguhnya Kami
خَلَقۡنَٰهُم
Kami ciptakan mereka
مِّمَّا
dari apa
يَعۡلَمُونَ
mereka ketahui
Terjemahan
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani).
Tafsir
(Sekali-kali tidak!) kalimat ini merupakan sanggahan terhadap mereka yang ingin masuk surga, padahal mereka kafir. (Sesungguhnya Kami ciptakan mereka) sama dengan selain mereka (dari apa yang mereka ketahui) yakni dari air mani; maka tidak cukup hanya dengan itu mereka mengharapkan surga, karena sesungguhnya surga itu hanya dapat diharapkan bagi orang-orang yang bertakwa.
Tafsir Surat Al-Ma'arij: 36-44
Mengapa orang-orang kafir itu bersegera bubar dari arahmu. Dari kanan dan kiri dengan berkelompok-kelompok. Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan? Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani). Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Maha Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa.
Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik daripada mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka, (yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala mengingkari sikap orang-orang kafir yang semasa dengan Nabi ﷺ, padahal mereka menyaksikan Nabi ﷺ dan juga petunjuk yang diamanatkan oleh Allah kepadanya untuk menyampaikannya, dan mukjizat-mukjizat yang jelas lagi cemerlang yang diberikan oleh Allah kepadanya untuk menguatkan kerasulannya. Kemudian dengan adanya semua itu mereka masih juga lari darinya dan bubar meninggalkannya, ada yang ke arah kanan dan ada yang ke arah kiri dengan berkelompok-kelompok, semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa. (Al-Muddatstsir: 49-51) Ayat-ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam surat ini, karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mengapa orang-orang kafir itu bersegera bubar dari arahmu. (Al-Ma'arij: 36) Yakni mengapa orang-orang kafir itu bersegera meninggalkanmu, wahai Muhammad.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa muhti'in artinya pergi. Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok. (Al-Ma'arij: 37) Bentuk tunggalnya ialah 'izah, yakni berkelompok-kelompok. Ini merupakan kata keterangan keadaan dari lafal muhti'in, yakni saat mereka bubar darinya berkelompok-kelompok karena tidak setuju dan menentangnya. Imam Ahmad telah mengatakan sehubungan dengan para penghamba nafsu, bahwa mereka selalu menyimpang dari Al-Qur'an, dan menentangnya serta sepakat untuk menentangnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Mengapa orang-orang kafir itu bersegera bubar dari arahmu. (Al-Ma'arij: 36) Yakni mereka mengarahkan pandangannya ke arahmu. Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok, (Al-Ma'arij: 37) Bahwa 'iz'in artinya berkelompok-kelompok, ada yang dari arah kanan dan ada yang dari arah kiri, berpaling darinya seraya memperolok-olok dia. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Amir alias Qurrah, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dari kanan dan dari kiri membubarkan dirinya (Al-Ma'arij: 37) Yaitu bubar meninggalkan dia, ada yang ke arah kanan dan ada yang ke arah kiri seraya mengatakan, "Apa yang dikatakan lelaki ini?" dengan nada mencemoohkan.
Qatadah mengatakan bahwa muhti'in artinya sengaja datang. Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok. (Al-Ma'arij: 37) Yakni membuat kelompok-kelompok di sekeliling Nabi ﷺ, tetapi bukan kerena menyukai Kitabullah dan bukan pula Nabi-Nya. Ats-Tsauri, Syu'bah, Absar ibnul Qasim, Aisy ibnu Yunus, Muhammad ibnu Fudail, Waki', Yahya Al-Qattan, dan Abu Mu'awiyah, semuanya telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Al-Musayyab ibnu Rati', dari Tamim ibnu Tarfah, dari Jabir ibnu Samurah, bahwa Rasulullah ﷺ keluar menemui para sahabat, sedangkan para sahabat saat itu sedang duduk berkelompok-kelompok.
Maka beliau bertanya, "Mengapa kalian kulihat berkelompok-kelompok?" Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasai, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadits Al-A'masy dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah ﷺ Keluar menemui para sahabatnya, sedangkan mereka dalam keadaan berkelompok-kelompok membentuk lingkaran-lingkaran, maka beliau ﷺ bertanya, "Mengapa kulihat kalian berkelompok-kelompok?" Sanad hadits ini jayyid (baik), tetapi kami tidak menemukan pada suatu kitab-pun dari kitab Sittah yang meriwayatkannya dari jalur ini.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan? Sekali-kali tidak! (Al-Ma'arij: 38-39) Maksudnya, apakah mereka yang keadaannya seperti itu, yakni lari dari Rasul dan anti pati terhadap perkara hak, dapat memasuki surga-surga yang penuh dengan kenikmatan? Sekali-kali tidak, bahkan tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam. Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menyatakan bahwa hari kiamat itu pasti terjadi dan azab akan menimpa mereka yang mengingkari kejadiannya dan menganggapnya sebagai kejadian yang mustahil.
Hal ini diungkapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan membuktikan terhadap mereka bahwa Dialah Yang Menciptakan mereka dari semula; maka mengembalikan penciptaan itu jauh lebih mudah bagi-Nya daripada memulainya, padahal mereka mengakui hal ini. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani). (Al-Ma'arij: 39) Yaitu dari air mani yang lemah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina. (Al-Mursalat: 20) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong. (At-Tariq: 5-10) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Maha Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang. (Al-Ma'arij: 40) Yakni Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi, menciptakan arah timur dan arah barat, serta menundukkan bintang-bintang yang terbit dari arah timur dan tenggelam di arah barat. Kesimpulan pembicaraan menunjukkan bahwa duduk perkaranya tidaklah seperti yang kamu duga, bahwa tidak ada hari kiamat, tidak ada hari hisab, tidak ada hari berbangkit, dan tidak ada hari kemudian, bahkan semuanya itu pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan lagi.
Karena itulah maka dipakai huruf la dalam permulaan qasam (sumpah), untuk menunjukkan bahwa objek sumpah yang terkandung dalam makna kalimat dinafikan. Yaitu menyanggah dugaan mereka yang tidak benar, yang menyatakan bahwa hari kiamat itu tidak ada. Padahal mereka telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri akan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala Yang jauh lebih besar dari pada hari kiamat: Yaitu penciptaan langit, bumi, dan ditundukkan-Nya semua makhluk yang ada pada keduanya, baik yang hidup maupun yang tidak bernyawa dan berbagai jenis makhluk lainnya.
Karena itulah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mumin: 57) Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya: Dan Tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar.
Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia (Yasin:81-82) Dalam surat ini disebutkan pula oleh firman-Nya: Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa, untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik daripada mereka. (Al-Ma'arij: 40-41) Yaitu kelak di hari kiamat Kami akan mengembalikan mereka hidup kembali dengan tubuh yang lebih baik daripada sekarang, karena sesungguhnya kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala mampu berbuat demikian, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. (Al-Ma'arij: 41) Artinya, tiada seorang pun yang dapat mengalahkan-Nya.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat Lain melalui firman-Nya: Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (Al-Qiyamah: 3-4) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. (Al-Waqi'ah: 60-61) Ibnu Jarir sehubungan dengan makna firman-Nya: Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih balk daripada mereka. (Al-Ma'arij: 41) Yakni umat yang taat kepada Kami dan tidak mendurhakai Kami, ia menjadikan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (Muhammad: 38) Akan-tetapi, makna yang pertama lebih jelas karena konteks pembicaraan berkaitan erat dengannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka biarkanlah mereka. (Al-Ma'arij: 42) Yaitu biarkanlah mereka, wahai Muhammad. tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main. (Al-Ma'arij: 42) Maksudnya, biarkanlah mereka dalam kedustaan, kekafiran, dan keingkarannya. sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka. (Al-Ma'arij: 42) Yakni kelak mereka akan mengetahui akibat dari perbuatannya dan akan merasakan buah dari sepak terjangnya. (yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia).(Al-Ma'arij:43) Yaitu mereka bangkit dari kuburnya masing-masing, apabila Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi memanggil mereka untuk menjalani hisab di mauqif (tempat pemberhentian). Mereka bangkit dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala sembahannya.
Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-Dhahhak mengatakan bahwa makna nusuh ialah 'alam alias berhala-berhala. Abul Aliyah dan Yahya ibnu Abu Kasir mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagaimana mereka pergi dengan segera ke tujuannya. Jumhur ulama ada yang membacanya nasbin yang bermakna mansub, artinya berhala yang dipancangkan. Sedangkan Al-Hasan AL-Basri membacanya nusub yang artinya berhala sembahan mereka. Seakan-akan langkah mereka yang cepat menuju ke mauqif sama dengan langkah mereka saat di dunia bila menuju ke tempat sembahan-sembahan mereka, mereka pergi bergegas untuk mencapainya, siapa yang paling dahulu dari mereka yang mengusapnya.
Pendapat ini diriwayatkan dari Mujahid, Yahya ibnu Abu Kasir, Muslim Al-Batin, Qatadah, Adh-Dhahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, Abu Saleh, ‘Ashim ibnu Bahdalah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya. (Al-Ma'arij: 44) Yakni menundukkan pandangan mata mereka. (serta) diliputi kehinaan. (Al-Ma'arij: 44) Hal ini sebagai pembalasan atas kesombongan mereka sewaktu di dunia, karena mereka tidak mau taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka. (Al-Ma'arij: 44)"
Tidak mungkin, sekali-kali tidak akan masuk surga mereka itu! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui yaitu dari setetes mani yang mereka jijik melihatnya. Faktor lahiriah tersebut tidak mungkin mengantar mereka masuk surga, tetapi keimananlah yang dapat mengantarkan mereka masuk surga. 40-41. Ayat ini untuk menegaskan kemahakuasaan Allah. Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang, sungguh Kami benar-benar Mahakuasa atas segala sesuatu, dan Kami pasti mampu untuk mengganti mereka yang kafir itu dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun.
Mereka beranggapan akan masuk surga, karena merasa lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang beriman. Akan tetapi, anggapan mereka itu salah karena mereka dijadikan dari air mani seperti juga halnya seluruh manusia, tak ada bedanya. Tidak ada keistimewaan seseorang atas yang lain dan Allah tidak membeda-bedakannya. Hanya yang membedakan derajat seorang manusia dengan manusia yang lain hanya iman dan amal. Hal demikian itu adalah hukum Allah dan tidak seorang pun yang dapat mengubahnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 36
“Apalah genangan sebabnya orang-orang yang kafir itu ke pihak engkau bergegas-gegas."
Menurut Zamakhsyari dalam al-Kasysyaf arti muhthi'in, artinya bergegas atau bersegera datang. Apabila Nabi Muhammad datang, kaum kafir musyrik itu lekas datang berkumpul hendak mendengarkan. Mendengarnya itu bukan karena hendak beriman, melainkan karena hendak mencari butir-butir perkataan beliau mana yang akan mereka debat, mana yang akan mereka cemoohkan dan mereka perkatakan kelak dengan mencari bantahan.
Tetapi terjemahan dari Ibnu Katsir lain lagi. Beliau mengartikan muhthi'in ialah apabila Nabi datang, mereka berserak pergi, tidak mau mendengarkan.
Ayat 37
“Dari kanan dan dari kini mereka berkumpul berkelompok-kelompok."
Ayat ini sebagai sambungan dari ayat yang sebelumnya. Jika menurut tafsir yang umum, apabila datang Nabi ﷺ kaum kafir itu pun datang bergegas hendak mendengarkan. Bukan karena hendak iman dan percaya, melainkan karena hendak memilih kata-kata yang akan mereka salah artikan. Sehabis mereka dengar, mereka pun meninggalkan tempat itu sambil berkelompok-kelompok mencemoohkan atau menyalahartikan perkataan-perkataan itu. Kalau menurut tafsiran lbnu Katsir, mereka berserak meninggalkan majelis Nabi, lalu berkelompok mempergunjingkan beliau. Namun maksud isi dari kedua tafsir, yang berkumpul bergegas-gegas mendengar Nabi atau berserak-serak segera setelah Nabi datang, maksudnya sama saja, yaitu untuk menyatakan tidak percaya.
Ayat 38
“Apakah sangat ingin tiap-tiap seseorang di antara mereka bahwa hendak masuk ke dalam surga yang penuh nikmat?"
Timbul ayat berisi pertanyaan seperti ini ialah karena orang-orang yang bergunjing dan mencemooh itu biasanya merasa diri masing-masing di pihak yang benar. Sebab mereka tetap mempertahankan pelajaran yang diterima dari nenek moyang, tidak mengubah- ubah adat istiadat. Menyembah berhala nenek moyang, kita pun menyembah berhala pula. Yang salah ialah Muhammad, sebab dialah yang datang hendak mengubah-ubah pusaka yang diterima turun-temurun. Oleh sebab mereka merasa di pihak yang benar, mereka pun merasa pula bahwa merekalah yang patut masuk surga. Di sinilah datang berupa pertanyaan. Apakah orang-orang semacam ini yang akan berhak masuk ke dalam surga yang penuh nikmat? Padahal pekerjaan mereka siang malam hanya membantah?
Ayat 39
“Sekali-kali tidak!"
“Kalla!" Sekali-kali tidak! Yaitu bantahan Allah atas persangkaan mereka bahwa mereka berhak masuk ke dalam surga. Allah pun membantah sikap mereka yang jika Nabi datang, lalu berkerumun mendengar buat mencari kelemahan lalu berkelompok untuk mencari dalih pembantah kata-kata Nabi itu. Bukan orang-orang semacam itu yang akan masuk surga. Yang paling pokok ialah bahwa mereka tidak percaya akan adanya Hari Akhirat atau Hari Pembalasan. Bagaimana akan masuk surga orang yang tidak percaya akan Hari Kemudian itu, padahal surga akan ada pada Hari Kemudian?
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan mereka daripada apa yang mereka maklum sendiri."
Semua mereka tentu maklum daripada apa mereka terjadi, yaitu dari berkumpulnya dua tetes mani, mani ibu dan mani bapak.
Ayat 40
“Maka bersumpahlah Aku, Demi Tuhan sekalian Timur dan sekalian Barat."
Sebagaimana kebiasaan seluruh ahli tafsir kalimat laa uqsimu yang arti harfiyahnya “Tidak aku bersumpah," diartikan ialah bahwa Allah bersumpah, atau Nabi disuruh bersumpah; Demi Allah dan sekalian Timur sebab Timur itu bukan satu, bahkan sebanyak daerah, sebanyak negeri sebanyak itu pulalah Timur, sebab orang memandang dan menetapkan Timur ialah di daerah tempat dia tinggal. Demikian juga sekalian Barat sebab Barat bukan satu, melainkan sebanyak penjuru tempat orang berdiri. Dari mana terbit matahari dari situlah Timur, dan mana terbenamnya di sanalah Barat,
“Sesungguhnya Kami adalah Mahakuasa."
Mahakuasa berbuat, menentukan, menetapkan, mengubah, menambah menurut sekehendak Kami dan tidak ada kekuasaan lain yang dapat mencegah Kami dalam Maha Kekuasaan Kami dan Mahakuasa juga.
Ayat 41
“Atas mengganti mereka dengan kaum yang lebih baik dari mereka."
Ini adalah satu ancaman Allah kepada kaum Quraisy di waktu itu dan apa yang diancamkan Allah itu berlaku sepenuhnya. Pemuka-pemuka Quraisy yang selalu menantang Nabi itu, di antaranya Abu Jahal, Walid bin Mughirah, Abu Lahab, paman Nabi sendiri dan lain-lain. Telah hancur perlawanan mereka ketika Peperangan Badar. Abu Jahal dan al-Walid dan lain-lain binasa dalam perang itu dan Abu Lahab mati kena serangan jantung setelah mendengar hal yang tidak diduganya sama sekali, yaitu kekalahan Quraisy dalam Peperangan Badar itu.
“Dan tidaklah Kami dapat didahului."
Artinya tidak ada satu kekuasaan lain pun yang dapat mencegah kalau kehendak Kami akan berlaku. Kalau kami hendak membinasakan, tidaklah ada kekuasaan lain yang dapat mendahului Kami buat mempertahankan apa yang Kami hendak binasakan itu.
Ayat 42
“Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main."
Yaitu mereka tenggelam di dalam keangkuhannya, lalu lalai dan bermain-main dengan congkak dan sombong, tidak memerhatikan perkembangan apa yang telah terjadi sekelilingnya.
“Sehingga mereka akan bertemu dengan hari yang telah dijanjikan itu."
Terjadilah Nabi Muhammad dan orang-orang yang beriman berhijrah ke Madinah. Lalu terjadilah kemudiannya Peperangan Badar yang bersejarah itu. Kaum Muslimin hanya 300 dan kaum kafir musyrik Quraisy lebih 1.000 orang. Dengan congkak mereka pergi ke medan perang dan mereka yakin bahwa mereka akan menang, namun yang bertemu ialah kalah! Bertemulah apa yang dijanjikan pada ayat sebelumnya. Yaitu mereka berganti dengan orang-orang yang lebih baik dari mereka, baik Muhajirin ataupun Anshar.
Dan kelak akan terjadi yang lebih hebat dari itu.
Ayat 43
“Pada hari yang mereka akan keluar dari dalam kubur cepat-cepat."
Itulah serunai sangkakala Kiamat yang akan memanggil mereka kelak keluar dari alam kuburnya. Mereka akan segera bangkit dan cepat bergerak, karena panggilan itu tidak boleh dilalaikan.
“Seakan-akan mereka kepada berhala-berhala datang berduyun-duyun."
(ujung ayal 43)
Jika kita renungkan ayat ini dengan saksama, tampaklah perbandingannya dengan ayat 36 di atas tadi. Yaitu mereka berduyun-duyun datang dengan cepat-cepat tergesa-gesa mendekati Muhammad ﷺ buat mencari butir katanya yang akan dibantah dan ditolak atau digunjingkan. Maka di hari Kiamat bukanlah mereka datang berduyun kepada Muhammad, melainkan akan berduyun datang memenuhi panggilan karena akan ditanyai satu demi satu tentang kesalahan mereka. Di dunia mereka datang dengan khusyu memuja dan menyembah berhala, di akhirat mereka berduyun lagi buat menerima kemurkaan Allah.
Ayat 44
“Dalam keadaan menunduk pemandangan mereka, diliputi kehinaan"
Menunduk ke bumi, muka tidak dapat diangkat, rasa salah menyebabkan muka tertekun, terasa hina dina karena jauh dari Allah, karena tidak ada pendirian hidup dan ibadah kepada Allah yang akan dapat dijadikan tameng diri menghadapi pemeriksaan.
“Itulah dia hari yang pernah mereka diancam dengan dia."
Tetapi ancaman itu tidak mereka pedulikan. Oleh sebab itu maka kehinaan dan muka tunduk yang mereka rasakan hari ini, adalah hal yang wajar.
Na'uzubillah min zalik. Janganlah kiranya kita termasuk golongan itu. Amin!