Ayat
Terjemahan Per Kata
يَأۡتُوكَ
mereka akan datang kepadamu
بِكُلِّ
dengan seluruh
سَٰحِرٍ
ahli sihir
عَلِيمٖ
yang pandai
يَأۡتُوكَ
mereka akan datang kepadamu
بِكُلِّ
dengan seluruh
سَٰحِرٍ
ahli sihir
عَلِيمٖ
yang pandai
Terjemahan
(agar) mereka membawa semua penyihir yang pandai kepadamu.”
Tafsir
(Supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir) menurut suatu qiraat dibaca sahhaar (yang pandai.") maksudnya yang dapat melebihi kepandaian ilmu sihir Musa, akhirnya mereka dapat menghimpunnya.
Tafsir Surat Al-A'raf: 111-112
Mereka (pemuka-pemuka) itu menjawab, "Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya dan kirimlah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan (para penyihir),
supaya mereka membawa semua pesihir yang pandai kepadamu."
Ayat 111
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya. “Arjih" bahwa artinya ialah 'beri tangguhlah dia’. Sedangkan menurut Qatadah artinya adalah 'tahanlah dia'.
“Dan kirimlah ke kota-kota beberapa orang.” (Al-A'raf: 111)
Artinya, utuslah beberapa orang ke seluruh penjuru kota yang berada di bawah kekuasaanmu.
“Untuk mengumpulkan (para penyihir).” (Al-A'raf: 111)
Yakni beberapa orang yang akan mengumpulkan para ahli sihir untukmu dari semua penjuru kota negerimu.
Di masa itu kebanyakan orang pandai memainkan sihir, dan sihir merupakan hal yang populer serta diyakini. Karena itulah ada sebagian dari mereka yang menduga bahwa apa yang dikeluarkan oleh Musa a.s. termasuk ke dalam permainan sihir mereka.
Ayat 112
Maka mereka mengumpulkan semua ahli sihir menghadap Raja Fir'aun guna melawan Musa, yaitu untuk melawan mukjizat Musa yang pernah mereka lihat sebelumnya dengan sihir mereka yang menurut dugaan mereka sama dengan permainan sihirnya.
Hal ini diungkapkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya, mengutip apa yang dikatakan oleh Fir'aun, yaitu:
“‘Apakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, wahai Musa? Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu. Maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu, di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).’ Berkata Musa, ‘Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya, dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalah naik.’ Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.” (Thaha: 57-60)
Sedangkan dalam ayat surat ini disebutkan melalui firman Allah dalam ayat berikutnya:
Agar mereka membawa secara paksa atau suka rela semua pesihir yang pandai kepadamu. Dengan berkumpulnya para ahli sihir itu di hadapanmu, mereka akan membeberkan hakikat yang sebenarnya dibawa Musa. Dengan demikian, tak seorang pun yang dapat diperdayaFir'aun pun mengikuti saran tersebut dan menangguhkan persoalan Nabi Musa dan Nabi Harun, sambil mengumpulkan para pesihir yang pandai di negeri itu. Dan tak berapa lama kemudian para pesihir yang dikumpulkan oleh bala tentara itu pun datang kepada Fir'aun. Mereka tahu peristiwa yang terjadi dan menyadari akan pentingnya ke-beradaan mereka, sehingga mereka berani berkata kepada Fir'aun, Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar, sesuai tugas berat yang kami emban, jika kami menang dan berhasil mengalahkan sihir Musa' Begitulah keadaan para penyihir yang selalu merasa butuh dan mengejar materi, sehingga seringkali mati dalam keadaan miskin dan dalam bentuk yang mengerikan.
Oleh karena Firaun meminta saran kepada para pembesarnya, maka mereka mengajukan saran agar Musa dan saudaranya (yaitu Nabi Harun) ditahan, dan penyelesaian masalahnya ditangguhkan buat sementara. Di samping itu, Para pembesar Firaun itu mengatakan bahwa Firaun harus segera mengirim utusan, ke semua pelosok negeri, untuk mengumpulkan ahli-ahli sihir yang sangat mahir, yang diharapkan akan dapat mengalahkan mukjizat Nabi Musa yang telah diperlihatkan kepada mereka.
Adanya saran mereka untuk menangguhkan persoalan Nabi Musa, menunjukkan bahwa Firaun telah berniat untuk membunuh Nabi Musa dan saudaranya Harun. Lalu para pembesar menyarankan, agar Firaun tidak tergesa-gesa melaksanakan pembunuhan itu, sebelum diuji kebenarannya dengan dihadapkan kepada ahli-ahli sihir yang pandai, sehingga persoalan menjadi jelas bagi orang banyak.
Dari ayat ini dapat dipahami, bahwa adanya saran untuk mengumpulkan semua ahli sihir yang paling mahir yang ada di negeri Mesir pada masa itu, menunjukkan betapa hebatnya mukjizat yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Musa, sehingga mereka merasa perlu untuk mengumpulkan semua ahli sihir yang pandai untuk melawannya. Di samping menunjukkan kebodohan Firaun dan para pengikutnya, yang tidak bisa memahami bahwa yang diperlihatkan oleh Nabi Musa kepada mereka adalah anugerah Allah Yang Mahakuasa. Karena ketidakfahaman mereka, maka mereka mengira sama dengan sihir. Selain itu peristiwa ini juga menunjukkan, bahwa salah satu dari sifat manusia ialah suka menentang meskipun ia melihat sesuatu yang benar. Sifat inilah yang mendorong Firaun dan para pengikutnya untuk mengumpulkan ahli-ahli sihirnya untuk menentang Nabi Musa as.
Bila diselidiki motif yang mendorong mereka untuk menentang rasul dan agama yang dibawanya, tak lain adalah kekhawatiran mereka akan kehilangan pengaruh, dan keinginan mereka untuk mempertahankan kedudukan, kekuasaan, kewibawaan, dan harta benda. Maka para pemuka Firaun itu menghasut Firaun dengan menyatakan, bahwa Musa bermaksud untuk merebut kekuasaan dari tangan Firaun, dan mengusirnya dari negerinya. Sikap menjilat semacam itu senantiasa dijumpai sepanjang masa.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERJUANGAN MUSA A.S.
Ayat 103
“Kemudian, Kami bangkitkan sesudah mereka itu Musa dengan ayat-ayat Kami kepada fir'aun dan orang-orang besarnya."
Sesudah Allah mengisahkan perjuangan nabi-nabi itu; Nuh, Hud, Shalih, Luth, dan Syu'aib, dan sesudah Allah memberikan ilmu tentang keadaan mulai mengisahkan tentang Dia membangkitkan atau menimbulkan seorang rasul lagi, yaitu Musa menghadapi Fir'aun.
Kisah Musa di dalam Al-Qur'an adalah kisah yang selalu diulang-ulangkan. Sebab, perjuangan sekalian rasul sejak Nabi Nuh a.s. sampai kepada Nabi Isa a.s., jika diperbandingkan dengan kisah Musa, adalah kisah perjuangan beliau ini yang paling hebat berbelit-belit. Tujuan perutusan beliau adalah memerdekakan Bani Israil dari perbudakan dan penindasan Fir'aun. Untuk mencapai tujuan itu, beliau terlebih dahulu wajib menghadapi Fir'aun itu sendiri dan kekuasaan orang-orang besar yang mengelilingi Fir'aun. Sebab, kejahatan seorang diktator kebanyakan adalah bisikan-bisikan orang-orang besar pengambil muka yang mengelilinginya. Oleh sebab itu, perjuangan beliau hampir menyerupai perjuangan Muhammad ﷺ. Sebab, kedatangan Musa sama dengan kedatangan Muhammad ﷺ, yaitu membawa ajaran agama dan membentuk suatu umat yang akan menampung agama itu dan menegakkan kekuasaan. Sebab itu, dapatlah dipahami kalau kisah Musa selalu diulang-ulangkan, baik pada surah-surah yang diturunkan di Mekah ataupun setelah berada di Madinah. Setelah itu pula maka Nabi yang paling banyak nama beliau tersebut dalam Al-Qur'an, ialah Nabi Musa. Tidak kurang dari 135 kali. Tidak ada nabi lain yang sebanyak itu namanya tersebut dalam Al-Qur'an. Kisah beliau yang panjang ada dalam surah al-A raaf ini dan ada dalam surah Thaahaa, surah asy-Syu'araa', surah al-Qashash, surah Yuunus, surah Hud, dan lain-lain, yang semuanya turun di Mekah dan tersebut pula dalam surah al-Baqarah (Madinah), ketika membicarakan kekufuran Bani Israil.
Di sini tersebut: ‘tsumma ba'atsna' (…) artinya, ‘Kemudian Kami bangkitkan'. Sedang nabi-nabi yang disebutkan terdahulu tadi disebut ‘arsalna' (…) artinya, ‘Kami utus'. Dapatlah kita pahamkan bahwa kata ‘Kami' bangkitkan lebih berat daripada kata ‘Kami' utus.
Nama Musa itu sendiri adalah bahasa Kopti tua, gabungan di antara dua kalimat yaitu “Mu" dan “Sa". “Mu" artinya air dan “Sa" artinya pohon, jadi, Pohon Air. Demikian menurut riwayat Abusy-Syaikh dari Ibnu Abbas. Dinamai demikian sebab dia di waktu kecil dilemparkan ibunya ke dalam sungai Nil, diletakkan di dalam sebuah peti kayu lalu dipungut oleh putri Fir'aun, kemudian dipelihara sebagai anak yang didapat di dalam air dalam peti kayu.
Adapun Fir'aun ialah gelar kebesaran raja-raja Mesir, sebagai kaisar gelar kebesaran raja-raja Romawi, Negus (Najasyi) gelar kebesaran raja-raja besar Habsyi dan Kisra gelar kebesaran raja-raja Iran di zaman purbakala. Sebagai juga raja-raja besar Mongol memakai gelar Khan dan raja-raja Iran sesudah Islam memakai gelar Syah.
Orang Eropa menyebutkan Fir'aun itu Pharaoh. Sama juga menyebut Nerum juga Nero, Alathun jadi Plato. Ibnu Sina jadi Avy Siena, Syirun jadi Cicero, dan sebagainya. Pakai “n" di ujung menurut Arab dan pakai “o" saja menurut ejaan Yunani.
Maka, disebutlah di ayat ini bahwa Musa telah dibangkitkan untuk diutus kepada Fir'aun dan orang-orang besarnya, tiang-tiang kerajaannya. Sebab, seorang raja besar yang berkuasa tidak terbatas itu tidak mungkin naik kalau di kiri kanannya tidak ada orang-orang besar yang mengurbankan seluruh peribadinya buat menggalang kebesaran dan titah raja itu; kedua pihak perlu-memerlukan, naik-menaik-kan, angkat-mengangkat. Diterangkan dalam ayat ini bahwa Nabi Musa datang membawa ayat-ayat, yaitu tanda-tanda kebesaran Allah, mukjizat yang mengatasi seluruh kekusaan Fir'aun itu sebagaimana akan diuraikan ayat itu satu demi satu kelak. “Namun, mereka telah berlaku zalim terhadap ayat-ayat itu." Artinya, sebagaimana Musa memperlihatkan beberapa ayat-ayat itu, tetapi mereka tidak mau percaya, tetap tidak mau tunduk dan tetap berkeras pada kemegahan mereka.
“Maka, pandanglah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."
Inilah permulaan ayat tentang perjuangan Nabi Musa dengan Fir'aun dan orang besar-besarnya itu di dalam surah al-A'raaf ini menerangkan Musa telah dibangkitkan membawa ayat-ayat tanda kebesaran Allah Yang Maha Esa, tetapi mereka tidak mau menerima. Lalu, diingatkan kepada mereka betapa akibat orang-orang yang menempuh jalan kerusakan itu. Lalu, ayat ini dituruti oleh beberapa ayat yang lain, sebagai uraian daripada pertentangan dari maksud suci Musa mencari penyelesaian dengan maksud Fir'aun
dan orang besar-besarnya mempertahankan kekusutan. Dan, di akliir nanti akan didapati akibat-akibatnya.
Ayat 104
“Dan, berkata Musa, ‘Wahai Fir'aun!Sesungguhnya aku ini adalah utusan dari Tuhan Pemelihara seluruh alam.'"
Dalam ayat ini diperlihatkan betapa gagah perkasanya utusan Allah Musa itu, yang datang ke dalam istana Fir'aun menyatakan siapa dirinya dan apa tugasnya. Untuk meresapkan betapa besar ayat yang satu ini, pertalikanlah membacanya dengan ayat-ayat yang lain pada surah-surah yang lain. Bahwa Musa itu dibesarkan dalam istana Fir'aun, benar-benar anak pungut yang dipungut hanyut kemudian setelah besar dia lari ke negeri Madyan, sebab tangannya telah terlanjur membunuh seorang Kopti, orang golongan Raja. Sekarang dia datang kembali, membawa suara bahwa dia utusan Allah padahal di masa itu Fir'aunlah yang dipandang orang sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dan Fir'aun itu sendiri pun merasa pula demikian. Dia katakan bahwa dia utusan dari rabbul ‘alamin, Tuhan Pemelihara dari seluruh alam dan Fir'aun itu pun termasuk alam juga. Kemudian dia teruskan pula:
Ayat 105
“Betul-betul aku tidak mengatakan melainkan yang benar."
Apa yang aku katakan ini bukanlah ucapan main-main. Betul-betul Allah itu yang meng-utusku dan tidak ada Tuhan yang menguasai seluruh alam ini kecuali Dia. “Sesungguhnya aku datang kepada kamu dengan keterangan dari Tuhan kamu." Di sini Musa menegaskan bahwa Tuhan yang mengutus aku itu adalah Tuhan kamu juga karena betapa pun kuasamu, tetapi tidaklah kuasa itu melebihi apa yang telah ditentukan oleh Allah. Kamu mengaku ataupun ingkar, tetapi Allah tetaplah Yang Esa itu juga. Maka, keterangan-keterangan yang
aku sampaikan ini semuanya adalah datang dari Dia, bukan buatanku sendiri saja. Aku ber-cakap yang benar. Dan, disebutkannya sekali lagi maksud kedatangannya yang terutama,
“Maka, biarkanlah bersama aku Bani israil itu."
Artinya, lepaskanlah Bani Israil itu dari perbudakan kamu, supaya mereka hidup bebas merdeka. Bebas merdeka melakukan keyakinan agama mereka menyembah Allah Yang Maha Esa, agama ajaran asli dari nenek moyang mereka Ibrahim. Aku datang ke mari menjemput mereka dan hendak membawa mereka ke suatu tempat yang di sana mereka bebas mengerjakan agamanya.
Itulah kedatangan Musa yang pertama menghadap Fir'aun. Dan, dia dengan tegas telah menyatakan bahwa dia bercakap sungguh-sungguh, bukan main-main. Maka, kedatangannya yang pertama itu rupanya masih dipandang enteng oleh Fir'aun. Soal jawab lebih panjang telah dikisahkan pula dalam surah asy-Syu'araa'. Sekarang Fir'aun minta bukti.
Ayat 106
“Dia berkata, ‘Jika adalah kedatangan engkau ini dengan suatu ayat maka datangkanlah dia jika adalah engkau dari orang-orang yang benar.
Artinya, jika tadi engkau mengatakan bahwa engkau ini bercakap yang benar, tidak main-main, bahwa engkau utusan dari Allah, kalau engkau dapat menunjukkan suatu ayat atau suatu bukti, cobalah datangkan atau cobalah buktikan, aku mau melihat.
Ayat 107
“Maka, dilemparkannyalah tongkatnya lalu tiba-tiba dia menjadi satu ular yang nyata."
Ayat 108
“Dan, dia kembangkan tangannya lalu tiba-tiba dia putih kelihatannya bagi orang-orang yang melihat."
Beliau tunjukkanlah bukti bahwa memang dia Rasul Allah. Dilemparkannya tongkatnya ke atas lantai istana itu, tiba-tiba tongkat itu menjelma menjadi seekor ular. Disebut ular yang nyata, artinya bukan hanya karena dipandang sepintas lalu serupa ular, tetapi benar-benar ular!
Niscaya kagum tercenganglah Fir'aun dan orang-orang besarnya yang hadir itu. Setelah itu beliau ambil tongkat itu kembali. Baru saja tercecah tangannya, dia pun kembali kepada keadaannya yang asal, tongkat kayu. Dalam Fir'aun dan orang besar-besar itu tercengang dan terpesona, beliau kembangkan pula tangannya.
Di dalam surah Thaahaa diterangkan bahwa mulanya tangan itu dimasukkannya ke dalam ketiaknya, baru diangkatnya kembali, tiba-tiba timbullah cahaya benderang, putih bersih dari tangan itu.
Di dalam surah Thaahaa ayat 22 dijelaskan lagi bahwa cahaya putih yang keluar dari tangannya itu bukannya suatu penyakit, bukan penyakit balak (sopak), tetapi suatu mukjizat yang memang ganjil. Dan, kedua kejadian itu disaksikan bukan oleh Fir'aun saja, tetapi oleh seluruh orang yang berada di dalam istana pada waktu itu.
Melihat kedua hal yang ajaib ini, timbullah dua kesan pada hati orang besar-besar Fir'aun yang hadir itu.
Ayat 109
“Berkata pemuka-pemuka dari kaum Ri ‘aun itu, ‘Sesungguhnya dia ini adalah semang ahli sihir yang berpengetahuan/"
Ayat 110
“Dia hendak mengeluarkan kamu dari bumi kamu, apakah yang akan kamu perintahkan?"
Ayat 111
“Mereka berkata, ‘Berilah dia dan saudaranya kesempatan dan kirimlah (utusan-utusan) ke kota-kota buat mengumpulkan orang.'"
Ayat 112
“Nanti mereka akan datang kepada engkau dengan tiap-tiap ahli sihir yang berpengetahuan. “
Keputusan musyawarah seperti ini telah memberikan bayangan kepada kita bahwa orang besar-besar Fir'aun itu memanglah ahli-ahli musyawarah dan ahli-ahli siasat yang piawai. Dan, menunjukkan pula kepada kita bahwa kerajaan mereka teratur. Fir'aun tidak boleh tergesa-gesa mengambil sikap. Biarkan Musa dan Harun bebas, jangan diganggu, tetapi kelak niscaya pengaruh mereka akan hiiang. Setelah pengaruh mereka hilang dan kebencian orang banyak telah timbul, pada waktu itu jika Fir'aun mengambil keputusan menangkap, menghukum atau membunuhnya tidak akan ada bantahan orang banyak lagi.