Ayat
Terjemahan Per Kata
مَا
apakah
ٱلۡحَآقَّةُ
keadaan yang sebenarnya
مَا
apakah
ٱلۡحَآقَّةُ
keadaan yang sebenarnya
Terjemahan
Apakah al-Ḥāqqah itu?
Tafsir
(Apakah hari yang benar itu) ungkapan ini mengandung makna yang menggambarkan tentang keagungan hari kiamat; dan berkedudukan sebagai mubtada yang sekaligus sebagai khabar dari lafal al-haaqqah yang pertama.
Tafsir Surat Al-Haqqah: 1-12
Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Kaum Samud dan 'Ad telah mendustakan hari kiamat. Adapun Kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
Al-Haqqah adalah salah satu dari nama lain hari kiamat, karena di dalam hari kiamat direalisasikan janji dan ancaman Allah subhanahu wa ta’ala Karena itulah maka Allah membesarkan perihalnya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (Al-Haqqah: 3) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan kebinasaan yang Dia timpakan atas umat-umat yang mendustakan adanya hari kiamat. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Adapun kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. (Al-Haqqah: 5) Yaitu pekikan yang mendiamkan mereka dan gempa yang sangat dahsyat yang mematikan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, bahwa At-Tagiyah artinya pekikan yang mengguntur. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Tagiyah ialah dosa-dosa; hal yang senada dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas dan Ibnu Zaid, bahwa makna yang dimaksud ialah perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, dan Ibnu Zaid membaca firman-Nya: (Kaum) Samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas. (Asy-Syams: 11) As-Suddi mengatakan bahwa kaum Samud dibinasakan karena perbuatan yang melampaui batas, yakni ulah orang yang menyembelih unta Nabi Saleh.
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin. (Al-Haqqah: 6) Yakni angin yang sangat dingin (yang membekukan segalanya). Qatadah, As-Suddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta As Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lagi sangat kencang. (Al-Haqqah: 6) Maksudnya, sangat kuat tiupannya. Qatadah mengatakan bahwa angin itu melanda mereka hingga melubangi hati mereka. Adh-Dhahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Yaitu angin yang sangat dingin lagi mengamuk menghantam mereka tanpa belas kasihan.
Ali dan lain-lainnya mengatakan bahwa angin itu menghantam gudang-gudang tempat penyimpanan makanan mereka, maka berhamburanlah isinya tanpa terhitung. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka. (Al-Haqqah: 7) Yakni yang diperintahkan oleh Allah untuk menguasai mereka. selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah:7). Maksudnya, genap selama itu secara terus-menerus tiada henti-hentinya. Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ats-Tsauri, dan lain-lainnya mengatakan bahwa husuman artinya terus-menerus tiada henti-hentinya.
Diriwayatkan pula dari Ikrimah serta Ar-Rabi' ibnu Khaisam, yang menimpakan kesialan-kesialan atas mereka, semakna dengan firman-Nya: dalam beberapa hari yang sial (Fushshilat: 16) Ar-Rabi' mengatakan bahwa angin itu mula-mula datang pada hari Jumat, selainnya mengatakan hari Rabu. Menurut pendapat yang lainnya lagi, hari itu dikenal di kalangan orang-orang dengan sebutan hari A'jaz, seakan-akan mereka yang menamakan demikian mengambil kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh firman-Nya: maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7) Menurut pendapat yang lain, dinamakan demikian karena angin itu terjadi di pertengahan musim dingin.
Pendapat yang lainnya lagi menyebutnya hari 'Ajuz, karena seorang nenek-nenek dari kaum 'Ad memasuki bunker perlindungannya, tetapi angin masuk ke dalamnya dan membunuhnya di hari yang kedelapan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Bagawi. Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7) Yakni telah rusak dan tiada isinya lagi. Selain Ibnu Abbas mengatakan lapuk. Angin itu menimpa seseorang dari mereka, lalu menerbangkannya dan menjatuhkannya dengan kepala di bawah hingga kepalanya pecah dan mati, dan yang tertinggal hanyalah tubuhnya saja yang kaku bagaikan tunggul pohon kurma yang sudah tiada tangkai dan dedaunannya lagi.
Di dalam hadits yang disebutkan di dalam kitab Shahihain dari Rasulullah ﷺ, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Aku diberi pertolongan dengan melalui angin saba, dan kaum "Ad dibinasakan oleh angin dabur. (3) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya ibnud Daris Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari Muslim, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiadalah angin yang dibukakan oleh Allah terhadap kaum 'Ad yang membawa kebinasaan kepada mereka melainkan hanya sebesar lubang sebuah cincin.
Lalu angin itu melanda penduduk daerah pedalaman mereka dan menerbangkannya berikut dengan ternak dan harta benda mereka. Angin itu membawa mereka ke angkasa di antara langit dan bumi. Ketika hal itu terlihat oleh penduduk perkotaan dari kalangan kaum 'Ad, yaitu angin dan apa yang di bawanya, berkatalah mereka, "Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." Lalu angin itu menjatuhkan penduduk daerah pedalaman berikut ternak mereka ke atas penduduk perkotaan.
Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Lais, dari Mujahid, bahwa angin yang melanda kaum 'Ad itu mempunyai dua buah sayap dan ekor. Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. (Al-Haqqah: 8) Maksudnya, apakah kamu melihat seseorang yang tersisa dari kalangan mereka, atau seseorang yang berketurunan dari kalangan mereka? Tidak, bahkan mereka binasa semuanya sampai ke akar-akarnya, dan Allah tidak menjadikan generasi penerus bagi mereka.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat berikutnya: Dan telah datang Firaun dan orang-orang yang sebelumnya. (Al-Haqqah: 9) Menurut suatu qiraat dibaca qiblihi dengan huruf qaf yang di-kasrah-kan, artinya dari sisi Fir'aun, yakni mereka yang berada di masanya dari kalangan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang kafir dari bangsa Egypt. Sedangkan ulama lainnya membacanya qablahu, yang artinya orang-orang yang sebelumnya dari kalangan umat-umat yang berperi laku seperti dia. Firman Allah Swt: dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan. (Al-Haqqah: 9) Mereka adalah umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya. karena kesalahan yang besar. (Al-Haqqah: 9) Yaitu mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala Menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, arti khati-ah ialah perbuatan maksiat. Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kesalahan yang besar.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka. (Al-Haqqah: 10) Lafal rasul merupakan isim jenis, artinya masing-masing dari mereka telah mendustakan utusan Allah yang dikirim kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14) Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 105) Kaum Ad telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 123) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara: 141) Karena sesungguhnya yang datang kepada tiap umat hanyalah seorang rasul.
Untuk itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (Al-Haqqah; 10) Yakni siksaan yang besar, keras, lagi menyakitkan. Mujahid mengatakan bahwa rabiyah artinya keras. As-Suddi mengatakan siksaan yang membinasakan. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yaitu melampaui batasan dengan seizin Allah dan air naik ke alam wujud. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa tagal ma-u artinya air bertambah melimpah. Demikian itu terjadi karena doa Nabi Nuh a.s.
terhadap kaumnya, tatkala mereka mendustakan dia dan menentangnya, lalu mereka menyembah selain Allah. Maka Allah memperkenankan doanya dan seluruh penduduk bumi digenangi oleh banjir besar, terkecuali orang-orang yang bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahteranya. Semua manusia sekarang berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Abu Sinan alias Sa'id ibnu Sinan, dari bukan hanya seorang yang menerimanya dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat.
Tatkala hari Nabi Nuh, diizinkan bagi air yang ada di bawah penyimpanannya. Maka air meluap melebihi batasan penyimpanannya, lalu keluar. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yakni melebihi batasannya dengan seizin Allah. Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11) Tiada sesuatupun dari angin yang bertiup melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat, terkecuali di hari kaum 'Ad; maka sesungguhnya di hari itu diizinkan bagi angin yang ada di bawah batas penyimpanannya untuk melebihi batasannya, akhirnya angin keluar dengan dahsyatnya.
Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Maksudnya, keluar melebihi batas penyimpanannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya sebagai peringatan buat manusia akan anugerah-Nya kepada mereka: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11) Yaitu perahu atau kapal yang berlayar di atas air. agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagikamu. (Al-Haqqah: 12) Damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada jenis kapal karena tersimpulkan dari konteks kalimatnya.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami biarkan bagi kalian dari jenisnya yang dapat kalian naiki di atas lautan, hingga kalian dapat mengarunginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai, supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. (Az-Zukhruf: 12-13) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41 -42) Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh a.s.
dipelihara oleh Allah hingga masih sempat dijumpai oleh generasi pertama dari umat ini. Akan tetapi, pendapat yang pertama lebih jelas. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yakni memahami dan mengingat nikmat ini telinga yang mau mendengar. Ibnu Abbas mengatakan bahwa agar selalu diingat dan didengar. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maksudnya, menggunakan akalnya sebagai karunia dari Allah, untuk itu ia dapat mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah.
Adh-Dhahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yaitu didengar oleh telinga dan diperhatikan. Yakni oleh orang yang memiliki pendengaran yang sehat dan akal yang cemerlang. Ini bersifat umum mencakup semua orang yang mempunyai pemahaman dan kesadaran yang mendalam. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Dzar'ah Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid ibnu Sabih Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hausyab; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Aku telah memohon kepada Tuhanku, semoga menjadikan telinga Ali seperti telinga itu.
Mak-hul mengatakan, "Ali sering mengatakan bahwa sejak itu tiada sesuatu pun yang ia dengar dari Rasulullah ﷺ lupa dari ingatannya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ali ibnu Sahl, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Ali ibnu Hausyab, dari Mak-hul dengan sanad yang sama. Hadits ini berpredikat mursal. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Muhammad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnuz Zubair alias Abu Muhammad (yakni orang tua Abu Ahmad Az-Zubairi), telah menceritakan kepadaku Saleh ibnul Haisam; ia pernah mendengar Buraidah Al-Aslami mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Ali: Jika aku diperintahkan untuk mendekatkan dirimu kepadaku dan tidak menjauhkamu dariku, dan mengajarimu dan kamu harus memperhatikannya, maka sudah seharusnya bagimu untuk selalu mengingatnya.
Lalu turunlah firman Allah Swt: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khalaf, dari Bisyr ibnu Adam dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Daud Al-A'ma, dari Buraidah dengan sanad yang sama, tetapi predikatnya tidak shahih pula."
1- 3. Pada surah sebelumnya disinggung sekilas tentang hari Kiamat, pada awal surah ini dimulai dengan kata al-H'qqah yang secara kebahasaan berarti yang pasti kehadirannya yaitu hari Kiamat, apakah hari Kiamat yang sungguh dahsyat itu' Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu'1- 3. Pada surah sebelumnya disinggung sekilas tentang hari Kiamat, pada awal surah ini dimulai dengan kata al-H'qqah yang secara kebahasaan berarti yang pasti kehadirannya yaitu hari Kiamat, apakah hari Kiamat yang sungguh dahsyat itu' Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu'.
Al-haqqah menurut bahasa berarti yang pasti terjadi. Hari Kiamat dinamai al-haqqah karena hari itu pasti terjadi. Tentang keadaan dan sifatnya tidak dapat dijelaskan dan diterangkan oleh manusia, karena pengetahuan tentang hari Kiamat termasuk pengetahuan yang gaib. Apa yang diketahui manusia tentang hari Kiamat terbatas pada yang disampaikan Al-Qur'an. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, "Kapan terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (al-A'raf/7: 187)
Hari Kiamat, sebagaimana beberapa perkara gaib lainnya, hanya diketahui Allah. Firman-Nya:
Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (Luqman/31: 34)
Apa yang dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk mengetahui terjadinya hari Kiamat itu? Dari pertanyaan ini dipahami bahwa ada beberapa hal yang dapat memberikan keterangan kepada manusia tentang proses kejadian yang terjadi pada hari Kiamat, karena pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah pengetahuan yang dapat dicapai oleh makhluk dengan bantuan berbagai macam pengetahuan. Memang kejadian hari Kiamat tidak dapat dikira-kirakan. Kejadian dan peristiwanya lebih hebat dari yang pernah digambarkan oleh siapa pun. Karena hakikat hari Kiamat tidak dapat diketahui makhluk, orang-orang musyrik tidak dapat mengingkarinya. Jika mereka mengingkarinya, berarti mereka mengingkari sesuatu yang tidak dapat diketahui atau dicapai oleh pikiran mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-HAAQQAH
(HARI KIAMAT)
SURAH KE-69, 52 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -52)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
APA DIA HARI KIAMAT?
Ayat yang pertama menggemukakan suatu persoalan, yaitu
Ayat 1
“al-Haaqqah (hari Kiamat!)."
Ayat berikutnya bersifat pertanyaan.
Ayat 2
“Apakah al-Haqqah (Hari Kiamat) itu?"
Ayat selanjutnya ditujukanlah pertanyaan kepada diri Rasul ﷺ sendiri ataupun segala orang yang telah mendengar ayat ini.
Ayat 3
“Dan tahukah engkau apakah al-Haaqqah (hari Kiamat) itu?"
Untuk meringkaskan saja dalam terjemahan telah kita artikan dia al-Haqqah menurut maksudnya, yaitu hari Kiamat.
Ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa seluruh ahli tafsir telah lama pendapat bahwa arti yang dimaksud dengan “al-Haaqqah" itu ialah hari Kiamat. Tetapi ar-Razi menguraikan beberapa cabang pendapat tentang asal dari kalimat “al-Haaqqah." Beliau menguraikan sepuluh macam pengertian tentang al-Haqqah itu.
1. Al-Haqqah ialah dari kata al-Haqq, yaitu Yang Tetap dan Yang Ada. Dan al-Haaqqah ialah saat yang pasti terjadi dan tetap pasti datang dan dia pasti tiba.
2. Dari kalimat aI-Haqq juga, yaitu apa yang telah dipastikan dalam perhitungan selama ini sekarang dihadapi sebagai satu kenyataan.
3. Barang yang benar.
4. Yang tepat pada waktunya.
5. Yang turun dan berlaku.
6. Waktu yang akan diberi keputusan padanya atas ganjaran kesalahan atau kebaikan.
7. Diterima kontan dengan tidak tertunggu-tunggu lagi.
8. Hak orang yang berjasa akan pahala diterimanya dengan kontan.
9. Hari keputusan dari pertengkaran sesama manusia selama ini, apakah perbuatannya itu terpuji atau tercela. Di waktu itu akan jelas tidak ragu lagi.
10. Berlaku apa yang telah ditentukan Allah.
Kesepuluh maksud yang terkandung di dalam kalimat “al-Haaqqah" yang diuraikan ar-Razi itu tidaklah banyak perbedaan dan tidaklah berjauhan artinya dan semuanya itu akan dihadapi pada hari Kiamat.
Tetapi banyak manusia sementara hidup di dunia ini tidak mau membenarkan bahwa Kiamat itu pasti ada. Dalam berkeras membantah adanya kiamat itu, diri umat itu sendiri ditimpa Kiamat.
Ayat 4
“Telah mendustakan Tsamud dan ‘Ad akan Hari Kegoncangan."
Selain dari al-Haaqqah, hari Kiamat dinamai juga al-Qari'ah yang di sini kita artikan hari kegoncangan, karena seluruh alam pada waktu itu akan bergoncang hebat. Lebih hebat dari gempa, lebih hebat daripada angin punting beliung. Sebab langit akan runtuh, bumi akan hancur, gunung-gunung akan menjadi abu yang beterbangan. Seluruh peraturan alam yang ada ini akan berubah sama sekali pada masa itu. Maka kaum Tsamud dan kaum ‘Ad mendustakan hari yang hebat itu. Mereka tidak mau percaya bahwa Kiamat itu akan kejadian. Sebab itu maka segala seruan nabi yang diutus kepada mereka tidak memedulikan.
Adapun mendustakan itu bukan sajalah dengan mulut. Meskipun mulut mengakui, padahal perbuatan tidak sesuai dengan ucapan mulut sama juga dengan mendustakan. Di zaman kita sekarang, berapa banyak manusia yang terbukti dari perbuatan dan perjuangan hidupnya bahwa mereka tidak percaya kepada hari Kiamat. Kalau mereka percaya niscaya mereka beramal untuk menyediakan diri menghadapi hari itu kelak. Karena walaupun orang yang telah mati, mereka akan dibangkitkan kembali untuk menghadapi kehebatan hari Kiamat itu.
Ayat 5
“Maka adapun Tsamud,"
Yaitu kaum yang termasuk dalam golongan bangsa Arab yang telah punah, diutus Allah kepada mereka Nabi Shalih. Di dalam beberapa surah yang lain dalam Al-Qur'an ini banyak diterangkan tentang mereka.
“Mereka itu telah dibinasakan dengan hal tuan biasa."
Mereka mau percaya kalau Nabi Shalih dapat memintakan kepada Allah suatu keajaiban, Dan keajaiban itu ialah seekor unta besar, yang di dalam Al-Qur'an terkenal namanya dengan “Naqat Allah" (Unta Allah). Setelah unta itu diciptakan Allah dibuat janji bahwa minuman untuk mereka dan minuman untuk unta akan bergilir berganti hari. Tetapi janji itu tidak dipegang teguh oleh pemuka-pemuka mereka, sampai unta itu mereka bunuh. Dagingnya mereka makan. Maka datanglah kemurkaan Allah. Tiga hari lamanya berturut-turut penduduk negeri itu mana yang turut memakan daging tersebut ditimpa sakit, semacam kolera. Di hari pertama muka jadi pucat kuning, hari kedua jadi merah padam, hari ketiga jadi hitam, dan malamnya mereka mati semua mendengarkan pekik keras meliputi negeri itu. Itulah adzab siksaan luar biasa!
Yang tinggal ialah orang-orang yang beriman kepada risalah yang dibawa nabi.
Ayat 6
“Dan adapun ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan berembus kencang."
‘Ad ialah kaum yang didatangi oleh Nabi Hud. Mereka pun satu kabilah dengan bangsa Arab purbakala yang telah punah, seperti kaum Tsamud juga. Itulah angin yang biasa datang pada musim-musim pancaroba, di antara musim panas dengan musim dingin. Pada waktu itu daun-daun kayu pada gugur, kayu-kayu dirimba meranting. Tetapi oleh karena yang sekali ini berupa siksaan dan adzab dari Allah maka dinginnya sampai mengeringkan kulit, karena dinginnya itu sendiri dingin kering.
Ayat 7
“Ditiupkan-Nya angin itu kepada mereka tujuh malam dan delapan hari terus-menerus."
Sedangkan jika angin semacam itu datang agak sehari saja, sudah banyak kerusakan yang akan timbul, betapakah lagi jika seminggu lamanya, tujuh malam delapan hari tidak berhenti-henti. Bagaimana api pemasak makanan akan dapat dihidupkan jika sebentar- sebentar dia sudah diembus oleh angin? Bagaimana orang akan sempat bersenang diam kalau angin itu pun membawa kedinginan yang sangat? Penyakit berbagai ragam bisa datang lantaran itu. “Maka engkau lihatlah kaum itu di dalamnya bergelimpangan" mati. Ada yang karena lapar tidak dapat makan, karena tidak dapat bergerak dan berjalan kemana-mana dan sangat kerasnya angin. Kesengsaraan yang timbul dari sebab keras dan sangat dinginnya dingin menyebabkan orang-orang kelaparan, sampai akhirnya mati bergelimpangan.
“Seakan-akan mereka seperti tunggul-tunggul pohon karena yang telah, kosong."
Karena isi pohon itu telah kosong, dia pun tumbanglah dan tidak dapat bertahan lagi. Demikianlah pula manusia-manusia yang telah lapar itu.
Ayat 8
“Maka adakah engkau lihat sisa-sisa mereka yang tinggal?"
Pertanyaan ini adalah bersifat bertanya untuk membantah. Artinya, kaum Tsamud telah punah karena adzab siksaan angin keras dan dingin itu. Mereka telah habis mati, laki-laki dan perempuan dan anak-anak sekalipun. Sehingga sisa-sisa mereka tidak ada lagi. Mereka hanya tersebut di dalam pelajaran, sejarah bangsa Arab sebagai Arab al-Ba'idah, artinya Arab yang telah punah.
Ayat 9
“Dan datang pula Fir'aun."
Fir'aun ialah gelar panggilan bagi raja-raja dari negeri Mesir di zaman purbakala. Tetapi yang terkenal di antara mereka ialah Fir'aun yang dihadapi oleh Nabi Musa dan saudaranya, Nabi Harun. Adalah suatu keberanian yang agung yang dianugerahkan Allah kepada Musa menghadapi seorang raja zaman purbakala yang mempunyai kepercayaan dan menanamkan kepercayaan itu pula kepada rakyatnya bahwa dia adalah Tuhan. “Dan orang-orang yang sebelumnya." Yaitu Raja Namrudz yang ditantang keras oleh Nabi Ibrahim. Demikian juga,
“Dan penduduk negeri yang dijungkir - balikkan karena kesalahan."
Ialah kaum yang didatangi oleh Nabi Luth. Negeri itu ialah negeri Sadum dan Gamurrah, dua negeri berdekatan yang telah ditumbuhi oleh suatu penyakit yang teramat keji, yaitu orang laki-laki menyetubuhi sesamanya laki-laki (homoseks). Negeri itu dijungkirbalikkan oleh Allah karena jiwa penduduk negeri itu pun telah jungkir balik. Mereka lebih menyukai dubur sesamanya laki-laki daripada faraj orang perempuan.
Ayat 10
“Maka mereka telah mendurhakai utusan-utusan Tuhan mereka."
Kesalahan mereka itu semuanya, sejak dari yang sebelum Fir'aun atau yang sesudahnya, atau kaum Tsamud atau kaum ‘Ad ataupun yang lain, semuanya sama kesalahan, yaitu tidak mau percaya, bahkan mendustakan rasul-rasul yang telah diutus Allah. Terutama mereka tidak mau percaya akan pokok kepercayaan hidup, yaitu al-Haaqqah bahwa dunia ini akhir kelaknya akan dihancurkan dan orang yang telah mati pun akan dibangkitkan kembali untuk diperhitungkan amalnya, baiknya atau buruknya.
“Karena itu Allah telah menyiksa mereka dengan siksaan yang keras."
Yaitu sebagaimana dijelaskan Allah di dalam surah al-‘Ankabuut ayat 40. Semuanya telah dihukum Tuhan karena dosanya. Ada yang dikirim kepada mereka hujan batu kerikil, ada yang diadzab dengan bunyi suara pekik yang sangat keras, sehingga pecah anak telinga mendengarkannya, lalu mati semua, di antara mereka ada yang dibenamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang ditenggelamkan Allah ke dalam laut. Dan semuanya itu bukanlah karena bengis dan kejam Allah, melainkan hukuman yang adil dan setimpal yang mereka terima, karena dosa yang sangat besar, yang pokoknya menolak ajaran dan bimbingan yang didatangkan Allah dengan perantaraan rasul-rasul-Nya.
Ayat 11
“Sesungguhnya Kami, setelah air melimpah-limpah"
Ayat ini adalah menerangkan dengan khas siksaan Allah yang dijatuhkan kepada kaum Nabi Nuh, yang menolak dan mendustakan Nabi Nuh itu. Allah memerintahkan kepada Nuh supaya dia membuat bahtera (kapal). Supaya binatang-binatang jinak dan liar dimasukkan ke dalam sepasang-sepasang dan kemudian suruh masuk pula segala orang yang beriman kepada Allah dan rasul. Kemudian air pun mengganah naik, karena hujan lebat turun berhari-hari lamanya dan hujan yang disimpan Allah di dalam bumi diperintahkan Allah supaya membusat dan memancar keluar, sehingga melimpah-limpahlah air di muka bumi dan dengan sendirinya terangkatlah ke atas permukaan air bahtera Nabi Nuh itu dan selamatlah segala isi bahtera, yaitu binatang-binatang dan orang-orang yang beriman. Di ujung ayat Allah berfirman,
“Kami angkutlah kamu di dalam bahtera."
Artinya ialah bahwa segala manusia yang tidak masuk ke dalam bahtera itu telah musnah belaka tidak seorang pun jua yang lepas dari hukuman tenggelam. Yang selamat hanyalah manusia yang ikut dalam bahtera itu. Yang ikut dalam bahtera itulah nenek moyang dan manusia yang ada sekarang. Allah berfirman “dan Kami angkutlah kamu di dalam bahtera" karena manusia yang ada sekarang sudah ada dalam shulbi manusia-manusia yang ada dalam bahtera ketika bahtera mulai terapung, atau telah wujud dalam ilmu Allah Ta'aala. Isi bahtera itulah yang beranak-pinak, berketurunan dan bertebaran di seluruh permukaan bumi tahun demi tahun, abad demi abad kemudian, memenuhi benua demi benua.
Ayat 12
“Karena hendak Kami jadikan peristiwa itu peringatan untuk kamu."
Yaitu bahwa mudah saja bagi Allah mengembangbiakkan isi bahtera sampai manusia bertebaran di muka bumi ini. Demikian juga binatang-binatang di rimba, mana yang tidak turut masuk bahtera telah musnah mati, namun yang masuk bahtera telah berkembang.
“Dan diperhatikan oleh telinga-telinga yang sudi mendengar."
Yaitu bahwa mudah saja bagi Allah mendatangkan taufan dan air bah besar sampai bumi seluruhnya terendam air dan segala yang bernyawa tewas terbenam, kecuali yang selamat masuk bahtera. Dan mudah saja bagi Allah memperkembangbiakkan yang turut dalam bahtera itu sehingga memenuhi dunia. Niscaya tetaplah mudah saja bagi Allah menghancurkan mereka semua dengan qudrat iradat-Nya yang tidak dapat dihalang-halangi oleh siapa jua pun. Oleh sebab itu ke mana hendak lari lagi dari cengkeraman Allah?