Ayat
Terjemahan Per Kata
ضَرَبَ
telah membuat
ٱللَّهُ
Allah
مَثَلٗا
perumpamaan
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
ٱمۡرَأَتَ
isteri
نُوحٖ
Nuh
وَٱمۡرَأَتَ
dan isteri
لُوطٖۖ
Luth
كَانَتَا
keduanya adalah
تَحۡتَ
di bawah
عَبۡدَيۡنِ
dua orang hamba
مِنۡ
dari
عِبَادِنَا
hamba Kami
صَٰلِحَيۡنِ
dua orang saleh
فَخَانَتَاهُمَا
lalu keduanya berkhianat kepada keduanya
فَلَمۡ
maka tidak
يُغۡنِيَا
keduanya mampu
عَنۡهُمَا
dari keduanya
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
شَيۡـٔٗا
sesuatu/sedikitpun
وَقِيلَ
dan dikatakan
ٱدۡخُلَا
masuklah kamu berdua
ٱلنَّارَ
api/neraka
مَعَ
bersama
ٱلدَّـٰخِلِينَ
orang-orang yang masuk
ضَرَبَ
telah membuat
ٱللَّهُ
Allah
مَثَلٗا
perumpamaan
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
ٱمۡرَأَتَ
isteri
نُوحٖ
Nuh
وَٱمۡرَأَتَ
dan isteri
لُوطٖۖ
Luth
كَانَتَا
keduanya adalah
تَحۡتَ
di bawah
عَبۡدَيۡنِ
dua orang hamba
مِنۡ
dari
عِبَادِنَا
hamba Kami
صَٰلِحَيۡنِ
dua orang saleh
فَخَانَتَاهُمَا
lalu keduanya berkhianat kepada keduanya
فَلَمۡ
maka tidak
يُغۡنِيَا
keduanya mampu
عَنۡهُمَا
dari keduanya
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
شَيۡـٔٗا
sesuatu/sedikitpun
وَقِيلَ
dan dikatakan
ٱدۡخُلَا
masuklah kamu berdua
ٱلنَّارَ
api/neraka
مَعَ
bersama
ٱلدَّـٰخِلِينَ
orang-orang yang masuk
Terjemahan
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”
Tafsir
(Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya) dalam masalah agama, karena ternyata keduanya kafir dan adalah istri Nabi Nuh yang dikenal dengan nama Wahilah telah berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya Nuh ini adalah orang gila." Sedangkan istri Nabi Luth yang dikenal dengan nama Wailah, memberikan petunjuk kepada kaumnya tentang tamu-tamunya, yaitu bahwa jika tamu-tamu itu tinggal di rumahnya, maka ia akan memberi tanda kepada mereka dengan api di waktu malam dan kalau siang hari dengan memakai asap (maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu) yaitu Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak bisa menolong (mereka berdua dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit pun; dan dikatakan) kepada kedua istri itu ("Masuklah kamu berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang memasukinya") yaitu bersama orang-orang kafir dari kalangan kaum Nabi Nuh dan kaum Nabi Luth.
Tafsir Surat At-Tahrim: 9-10
Wahai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)." Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
Terhadap orang-orang kafir dengan memakai senjata dan perang, dan terhadap orang-orang munafik dengan menegakkan hukum-hukum Allah atas mereka. dan bersikap keraslah terhadap mereka. (At-Tahrim: 9) Yaitu di dunia ini. Tempat mereka adalah neraka Jahanam, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (At-Tahrim: 9) Maksudnya, di negeri akhirat. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir. (At-Tahrim: 10) Yakni dalam pergaulan mereka dengan kaum muslim begitu pula sebaliknya bahwa hal tersebut tidak membawa manfaat apa pun bagi mereka dan tidak dapat membela mereka di hadapan Allah, jika iman tidak meresap ke dalam hati mereka.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan perumpamaan itu melalui firman berikutnya: seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami. (At-Tahrim: 10) Yaitu dua orang nabi lagi rasul yang selalu menemani keduanya dan menjadi teman hidup keduanya di siang dan malam hari. Keduanya teman semakan, teman seketiduran, dan teman sepergaulan, sebagaimana layaknya pergaulan antara suami dan istri. lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya. (At-Tahrim: 10) Maksudnya, dalam hal keimanan; keduanya tidak seiman dengan suaminya masing-masing, dan tidak membenarkan pula kerasulan keduanya.
Maka semuanya itu tidak dapat memberi manfaat apa pun bagi keduanya dan tidak dapat pula menyelamatkan keduanya dari hal-hal yang harus dihindari. Karena itu, maka disebutkan dalam firman berikutnya: maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah. (At-Tahrim: 10) karena keduanya kafir. dan dikatakan. (At-Tahrim: 10) kepada kedua wanita itu. Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). (At-Tahrim: 10) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya. (At-Tahrim: 10) Makna yang dimaksud bukanlah keduanya berbuat serong, melainkan berkhianat dalam masalah agama dan iman; karena sesungguhnya semua istri nabi di-ma'sum dari perbuatan yang keji (zina), mengingat kehormatan para nabi yang menjadi suami mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat An-Nur.
Sufyan Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Musa ibnu Abu Aisyah, dari Sulaiman ibnu Qarm, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya. (At-Tahrim: 10) Bahwa keduanya tidak berbuat serong (zina). Adapun pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nuh ialah karena dia memberitahukan (kepada kaumnya) bahwa Nuh gila. Sedangkan pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Luth ialah karena dia memberi tahu kaumnya akan tamu-tamu lelaki suaminya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh kedua istri tersebut karena keduanya tidak seagama dengan suaminya masing-masing. Istrinya Nuh selalu mengintip rahasia Nuh; apabila ada seseorang dari kaumnya yang beriman, maka istrinya memberitahukan hal itu kepada orang-orang yang bertindak sewenang-wenang dari kalangan kaumnya. Dan istrinya Luth, apabila Luth kedatangan seorang tamu lelaki, maka ia memberitahukan kepada penduduk kota yang senang dengan perbuatan keji (sodomi).
Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tiada seorang wanita pun dari istri seorang nabi yang berbuat serong (zina), melainkan pengkhianatan yang dilakukannya hanyalah dalam masalah agama. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Adh-Dhahhak, dan lain-lainnya. Ayat yang mulia ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama untuk men-dha’if-kan hadits yang ditemukan di kalangan banyak ulama yang mengatakan: Barang siapa yang makan bersama orang yang telah diberi ampunan, maka diberikan ampunan baginya.
Hadits ini tidak ada pokok sumbernya, dan sesungguhnya hal ini hanyalah diriwayatkan dari sebagian orang-orang saleh yang menyebutkan bahwa ia pernah melihat Nabi ﷺ dalam mimpinya, lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau telah mengatakan bahwa barang siapa yang makan bersama-sama dengan orang yang diberi ampunan, maka diberikan ampunan baginya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Tidak, tetapi sekarang aku mengatakannya.""
Allah menerangkan bahwa istri seorang Nabi tidak dijamin masuk surga, jika tidak beriman kepada Allah. Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir bahwa menjadi istri nabi itu tidak otomatis dijamin masuk surga apabila tidak beriman kepada Allah seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Lut. Keduanya sebagai istri berada di bawah pengawasan suami masing-masing, dua orang hamba yang saleh, yaitu Nabi Nuh dan Lut, di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, istri Nabi Nuh menuduh suaminya gila dan istri Nabi Lut memberitahukan kehadiran para tamu ganteng kepada orang banyak yang homoseks, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun untuk menyelamatkannya dari siksaan Allah karena kekufuran mereka; dan dikatakan kepada kedua istri nabi itu di akhirat, 'Masuklah kamu berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk neraka karena kekufuran mereka kepada Allah. '11. Begitu juga sebab kaya, istri yang beriman tidak bisa juga menyelamatkan suamiya yang kaifr dari azab Allah. Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman bahwa perempuan beriman, meskipun menjadi istri seorang kafir yang pada waktu dibolehkan, akan memperoleh keselamatan di akhirat seperti istri Firaun, ketika dia berkata dalam doanya kepada Allah waktu menghadapi siksaan suaminya yang memaksanya untuk murtad, 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, karena tidak nyaman berada di istana Firaun; dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya yang terus menyiksa; dan doanya kepada Allah, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim, balatentara Firaun yang terus menyiksanya hingga wafat sehingga ia tidak merasakan siksaan mereka. '
Dalam ayat ini, Allah membuat satu perumpamaan yang menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang tidak bermanfaat lagi baginya pelajaran dan nasihat dari orang-orang mukmin yang jujur, antara lain para nabi dan rasul karena kerasnya hati mereka. Tidak ada kesediaan mereka untuk beriman dan fitrah mereka sudah menyimpang dari kebenaran, seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Lut. Keduanya di dalam asuhan dan pengawasan dua orang nabi, yang mestinya dapat memberikan petunjuk sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi, keduanya tidak mau, bahkan mereka berbuat khianat dan kekafiran. Istri Nabi Nuh menuduh suaminya gila, sedang istri Nabi Lut menuntun kaum suaminya untuk berbuat yang tidak wajar dan tidak sopan terhadap tamu-tamu suaminya yaitu para malaikat.
Keakraban kedua istri-istri itu dengan para suami yaitu Nabi Nuh dan Nabi Lut, dua hamba Allah yang saleh, tidak dapat membendung dan mencegah keduanya dari berbuat khianat dan kufur. Oleh karena itu, kedua istri itu pantas mendapat azab Allah dan akan dimasukkan ke dalam neraka bersama rombongan penghuni neraka, sebagai balasan yang setimpal dari perbuatan keduanya yang jahat, yang merupakan dosa besar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Di dalam surah at-Tahriim tersimpul suatu isi, yaitu membina dan membangun keluarga Muslim. Terutama sekali terlebih dahulu diatur kedamaian rumah tangga, menerima rezeki yang halal yang dianugerahkan Allah, kedamaian dalam pergaulan, menerima rahmat dan nikmat Allah, dan tidak mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Suri teladan ialah pada kehidupan Rasulullah ﷺ sendiri.
Kemudian itu diperingatkanlah kepada tiap-tiap orang yang beriman bagaimana besar tanggung jawabnya memimpin istri dan anak menegakkan hidup yang berbakti kepada Allah, hendaklah seorang Mukmin sebagai kepala rumah tangga memimpin dan mendidik ahli rumahnya, istri dan anak-anaknya, dan segala isi rumah yang terletak di bawah tanggung jawabnya agar mereka itu semuanya terlepas dari adzab api neraka. Diperingatkan betapa besar adzab siksaan yang akan diderita kelak jika rumah tangga tidak dipimpin oleh penanggung jawab rumah tangga. Dan agar pimpinan berwibawa hendaklah terlebih dahulu si penanggung jawab mengesankan pimpinan pada dirinya sendiri. Karena kalau adzab itu ditemui kelak, orang kafir tidak dapat lagi membela dirinya dan mencari dalih untuk berlepas diri.
Selanjutnya diberi peringatanlah bahwa dalam perjalanan hidup yang panjang ini sepanjang umur, mesti saja terdapat khilaf dan alpa, entah dosa yang kecil maupun dosa yang besar. Namun dalam hal yang demikian, asal iman dalam dada masih ada, harapan masih tetap ada. Sebab itu hendaklah segera melakukan tobat nashuha; tobat yang disertai janji teguh di hadapan Allah tidak akan mengulangi lagi berbuat dosa, dengan segera menghentikan yang sekarang dan senantiasa menyesali yang telah terjadi.
Itulah kesimpulan isi surah at-Tahriim.
Pada penutup surah dikemukakan tiga dalil sebagai arahan terhadap perempuan dalam menegakkan rumah tangga yang dianjurkan Allah agar si penanggung jawab memeliharakan istri dan anak-anak dari nyala api neraka.
Tiga dalil itu merupakan tiga perumpamaan.
Perumpamaan pertama, ialah istri-istri dari Nabi Nuh dan Nabi Luth. Suami saleh, istri durhaka kepada Allah.
Perumpamaan kedua, ialah istri Fir'aun. Suaminya seorang penentang Allah paling besar dalam sejarah dunia, sedang dia sendiri seorang istri yang salihah.
Perumpamaan ketiga, ialah Maryam anak perempuan Imran; lahir dalam kesucian, hidup dalam kesucian, namun diberi Allah beban berat.
Ayat 10
“Allah telah memperbuat suatu perumpamaan, tentang orang-orang yang kafir."
Inilah perumpamaan yang pertama. Maksudnya ialah bahwa meskipun seseorang perempuan bersuamikan nabi atau rasul, namun kalau si istri itu tidak mau menuruti haluan suaminya itu, tidaklah ada faedahnya kenabian dan kerasulan suaminya itu, untuk menolong membebaskan istrinya itu daripada adzab di hari Kiamat, “Yaitu istri Nuh dan istri Luth, adalah keduanya itu di bawah pernaungan dari dua hamba dari hamba-hamba Kami yang keduanya itu saleh." Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa kedua perempuan yang diambil perempuan itu ialah istri Nuh dan istri Luth. Nabi Nuh dan Nabi Luth adalah dua Nabi Allah yang banyak tersebut kisah perjuangan keduanya di dalam kitab suci Al-Qur'an.
Tujuh kali kita dapati di dalam Al-Qur'an tentang istri Nabi Luth: Dalam surah al-A'raaf ayat 83; dalam surah al-Hijr ayat 60; dalam surah asy-Syu'araa'a' ayat 171; dalam surah an-Naml ayat 57; dalam surah al-‘Ankabuut ayat 32; dalam surah al-‘Ankabuut ayat 33; dalam surah ash-Shaffaat ayat 135. Semua surah ini diturunkan di Mekah dan di semua ayat tersebut dinyatakan bahwa ketika Nabi Luth dan yang beriman kepadanya diselamatkan Allah sebelum waktu Shubuh, istrinya menentang. Akhirnya istrinya itu termasuk ke dalam orang yang dibinasakan oleh Allah, dan keadaan suaminya menjadi rasul ataupun nabi tidaklah dapat menolong melepaskannya dalam adzab siksaan.
Di dalam surah-surah yang lain, tidaklah kita mendapat penjelasan yang begitu jelas tentang istri Nabi Nuh, tetapi kita mendapat penjelasan tentang putra beliau. Dijelaskan bahwa ketika beliau akan naik ke dalam bahtera yang akan melepaskan mereka dari siksaan dan taufan yang terkenal itu, beliau ajak anak itu agar naik bersama-sama, namun anak itu tidak-mau naik. Dia mengatakan bahwa kalau air bertambah tinggi juga, dia akan naik berlindung ke atas puncak gunung. (Lihat surah Huud ayat 43, dalam Juz 12). Ajakan ayahnya tidak diturutinya, maka anak itu pun tenggelam.
Di dalam surah at-Tahriim inilah baru kita diberitahu oleh Allah sendiri bahwa istri Nabi Nuh itu sama juga dengan istri Nabi Luth yang jauh masa di belakangnya. Dijelaskan dalam ayat ini bahwa kedua suami perempuan itu, Nabi Nuh dan Nabi Luth, adalah dua orang hamba yang saleh, yaitu orang baik-baik, orang jujur, orang kepercayaan dan dipilih Allah; “Maka berkhianatlah keduanya kepada kedua suaminya," Sepakat ahli-ahli tafsir mengatakan bahwa pengkhianatan kedua mereka itu ialah karena mereka tidak mau mengacuhkan, atau sekurangnya tidak mau membantu dan menyokong perjuangan suami mereka. Khianat mereka itu bukanlah karena mereka pernah berbuat zina. Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah pernah berbuat serong seorang istri Nabi jua pun." Al-Qusyairi mengatakan bahwa ahli tafsir ijma, artinya sama pendapatnya bahwa tafsir khianat bukanlah dalam hal zina.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa istri Nuh kadang-kadang turut mencemooh suaminya, sampai mengatakan bahwa beliau gila! Istri Luth bersikap tidak peduli saja, tidak turut dia mencela memburukkan perangai kaumnya yang menyukai laki-laki. “Maka tidaklah kedua suami itu dapat membela mereka itu daripada Allah" artinya daripada adzab siksaan yang akan ditimpakan Allah kepada diri mereka, “Sedikit pun jua."
Inilah perumpamaan yang wajib dipahamkan. Jangan sampai ada orang Quraisy atau siapa saja yang menyangka bahwa karena hubungan kekeluargaannya yang karib dengan Rasul ﷺ dia akan dapat ditolong oleh Rasulullah ﷺ agar terlepas daripada adzab di hari Kiamat. Bahkan di dalam surah al-Ahzaab diulangkan lagi kepada istri-istri Rasulullah, bahwa kalau mereka mendurhaka kepada Allah berganda pula beban dosa yang akan mereka tanggung (lihat surah al-Ahzaab ayat 33).
“Maka katakanlah kepada keduanya,‘Masuklah kalian keduanya ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang masuk'"
Dihalau orang bersama-sama orang yang bersalah masuk neraka, tidak peduli apakah mereka keduanya istri dua orang hamba Allah yang saleh. Supaya dicamkan pula hal ini oleh setiap orang, bahwa yang akan menyelamatkan manusia bukanlah pertalian darah dan bukanlah pertalian keluarga, tetapi amal yang saleh jua adanya.
Perumpamaan kedua,
Ayat 11
“Dan Allah telah pula memperbuat suatu perumpamaan tentang orang-orang yang beriman."
Yaitu kebalikan dari orang yang pertama tadi, istri yang beriman di bawah bimbingan suami yang kafir, “Yaitu istri Fir'aun."
Diceritakan kepada kita tentang istri Fir'aun ini dalam surah al-Qashash ayat 9, bahwa Musa dihanyutkan ibu kandungnya dalam sungai Nil karena takut anaknya akan dibunuh Fir'aun di hadapan matanya sendiri; tetapi anak itu telah dipungut oleh istri Fir'aun dan dibawa ke istana dan diasuh baik-baik; dimohonkannya kepada Fir'aun agar anak itu jangan dibunuh, biarkan hidup, mungkin akan ada juga gunanya di belakang hari; atau dipungut saja menjadi anak. Perempuan inilah yang telah menjadi perempuan beriman di tengah-tengah pergaulan raja yang kafir. Kekafiran suaminya tidak memengaruhi keimanan yang tumbuh dalam jiwanya. Apa pun kejahatan yang diperbuat suaminya, namun dia tidak mau campur. “Tatkala ia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunkanlah kiranya untukku sebuah rumah di dalam surga.'"
Ini adalah suatu permohonan yang amat hebat dari seorang perempuan. Gambarkanlah dalam pikiran kita masing-masing apa artinya permohonan ini, dan seorang perempuan kelas tinggi, istri atau permaisuri seorang raja besar, yang hidup di dalam istana mewah, dikelilingi oleh seluruh kemewahan dan kebanggaan, kekayaan dan kemuliaan, gelombang dari rakyat yang berdatang sembah, menjunjung duli, menerima hadiah berbagai ragam; rakyat yang miskin mengumpulkan uang berdikit-dikit guna membeli tanda mata akan dihadiahkan, atau disembahkan ke bawah duli Tuanku, Sang Ratu. Semuanya itu tidak ada yang menarik hatinya. Dia merasakan itu semuanya hanyalah kemegahan yang rapuh, kemewahan yang ditegakkan di atas bahu rakyat yang miskin-miskin. Sebagai seorang yang beriman, beliau bosan melihat semuanya itu, lalu dia memohonkan kepada Allah agar dibikinkan oleh Allah sendiri langsung, sebuah rumah pun jadilah asal di dalam surga yang diridhai Allah. Di samping itu dia pun berdoa pula, “Dan bebaskanlah daku daripada Fir'aun dan perbuatannya." Dalam doa ini pun terlihat bahwa jiwa yang beriman ini muak, bosan, dan jijik dan tidak dapat menerima segala kemegahan palsu yang ditegakkan di atas aniaya itu.
Istri Fir'aun mohon dibebaskan daripada Fir'aun, yaitu dari pengaruhnya dan dari paksaan aqidahnya, dibebaskan dari propagandanya mengangkat dirinya jadi Allah dan segala amalan atau perbuatan yang terkenal dari seluruh istana dalam dunia ini, di Barat dan di Timur. Berbagai macam siasat halus dan kasar, keji atau kejam, bujuk atau rayu, meracun jiwa orang baik dengan racun yang sebenar racun, atau dengan harta dan jabatan, sehingga hilang kemerdekaan diri. Siasat dari orang-orang yang dekat kepada raja, perebutan pengaruh, perebutan mengambil muka, desak-mendesak, menyingkirkan, memfitnah, dan berbagai macamnya lagi. Tekanan-tekanan, paksaan halus atau kasar, semuanya berlaku dalam istana raja-raja. Istri Fir'aun mohonkan kepada Allah agar jiwanya dibebas-kan dari segala tipu daya demikian, karena dia ingin jiwanya bersih dan suci, untuk menghadap langsung kepada Allah. Ujung doanya lebih tegas lagi,
“Dan bebaskanlah akan daku daripada kaum yang zalim."
Yang di dalam menjaga kedudukan, orang tidak merasa berat sedikit jua pun mengerjakan apa saja, walaupun dengan menganiaya dan merugikan orang lain.
Dari kedua perumpamaan ini, dua istri yang kafir di bawah suami yang saleh, dan seorang istri yang saleh di bawah suami yang memimpin kekafiran, umat diberi bimbingan bahwa dalam memimpin seisi rumah tangga, kaum dan keluarga, istri-istri dan anak-anak, agar terlepas dari adzab siksaan neraka, hendaklah selalu bertawakal kepada Allah, Karena pertolongan Allah jualah yang diharapkan untuk menolong kita mencapai cita-cita yang mulia itu.
Karena tidak jarang suami saleh dan jujur, istri memilih jalan hidup lain. Suami tidak berdaya. Hal ini banyak terdapat di zaman modern sekarang ini.
Sebaliknya adalah keteguhan pendirian seorang perempuan menghadapi suami yang telah kehilangan pegangan hidup. Meneruskan pendidikan anak-anak di samping suami yang lupa daratan. Dia menghadapkan kesibukan mencari hubungan dengan Allah, karena hubungan kasih sayang sejati telah lama putus dengan suami. Namun dia dengan teguh hati menghadapi semuanya itu, karena yang diharapnya hanyalah ridha Allah. Maka kedua perumpamaan yang dikemukakan Allah, dari dua istri Nabi dan seorang istri dari raja kafir, cukup jadi perbandingan bagi orang yang beriman.
Perumpamaan ketiga,
Ayat 12
“Dan Manyarn putri Imran yang membentengi kehormatannya."
Maryam, putri Imran, inilah yang ditulis dengan lebih jelas dengan surah khas tersendiri, surah 19 yang memakai nama Maryam, dan dijelaskan pula dalam surah Aali ‘Imraan, atau Keluarga Imran. Bertumbuhnya pribadi anak perempuan ini adalah lain dari yang lain. Ibunya ketika mengandungnya bernadzar, bahwa jika anaknya lahir akan dikirimnya ke Rumah Suci (Baitul Muqaddas) agar menjadi penjaga rumah tempat beribadah kepada Allah. Tetapi setelah anak lahir, ternyata anak ini perempuan, bukan laki-laki. Namun nadzarnya diteruskannya juga; anak itu diserahkannya ke rumah suci. Untunglah kepala penjaga rumah suci itu, yaitu Nabi Zakariya, suami dari kakaknya ibu Maryam. Nabi Zakariya itulah yang mengasuh dan mendidiknya di rumah suci sejak dia lahir sampai dewasa. Terpeliharalah kesuciannya dan sangguplah dia membentengi dirinya daripada gangguan manusia yang bermaksud jahat. “Maka Kami tiupkanlah kepadanya ruh ciptaan dari Kami." Yaitu bahwa disuruhkan Allah seorang Malaikat membawakan satu di antara ruh ciptaan-Nya untuk ditiupkan ke dalam diri anak perempuan yang masih perawan itu. Setelah itu mengandunglah ia dengan kehendak langsung dari Allah, dengan tidak bercampur terlebih dahulu dengan seorang laki-laki. Sedang manusia yang lain ditiupkannya juga kepada mereka satu di antara ruh ciptaan Allah, tetapi lebih dahulu dipertemukan di antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki. “Nenek pertama terjadi dari tanah, keturunan terjadi dari air yang lemah, sesudah itu lalu dibentuk, lalu ditiupkan kepadanya ruh ciptaan Allah" sebagaimana tersebut dalam surah as-Sajdah ayat 7, 8, dan 9. “Dan dia pun membenarkan kalimat-kalimat dari Tuhannya." Yaitu dia menerima dengan penuh iman ketentuan Allah itu, bahwa dia mesti mengandung dengan tidak bersuami, melainkan langsung dengan kehendak Allah. “Dan kitab-kitab-Nya." Yaitu perintah-perintah dan ketentuan-ketentuan Allah seperti tersebut dalam kitab-kitab terdahulu, di antaranya Taurat dan Zabur.
“Dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat."
Maka samalah tarafnya di antara istri Fir'aun yang saleh dengan Maryam yang terdidik suci sejak lahir, yaitu sama-sama taat kepada Allah, dan akan menjadi orang-orang perempuan yang utama di dalam surga kelak.
Maka ambillah perbandingan dan perumpamaan kedua istri Nabi, Nabi Nuh dan Nabi Luth untuk dijauhi, dan ambillah perbandingan istri Fir'aun dan Perawan Suci Maryam untuk jadi teladan bagi kehidupan yang suci, adanya.
Selesai Tafsir Surah at-Tahriim. Alhamdulillah.