Ayat
Terjemahan Per Kata
وَءَاخَرِينَ
dan yang lain
مِنۡهُمۡ
dari mereka
لَمَّا
tatkala/belum
يَلۡحَقُواْ
mereka bertemu/berhubungan
بِهِمۡۚ
dengan mereka
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
وَءَاخَرِينَ
dan yang lain
مِنۡهُمۡ
dari mereka
لَمَّا
tatkala/belum
يَلۡحَقُواْ
mereka bertemu/berhubungan
بِهِمۡۚ
dengan mereka
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
Terjemahan
(Allah juga mengutus Nabi Muhammad) kepada (kaum) selain mereka yang belum (datang) menyusul mereka. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Tafsir
(Dan juga kepada kaum yang lain) lafal ini diathafkan kepada lafal al-ummiyyiina, yakni orang-orang yang ada (dari mereka) yaitu orang-orang yang datang kemudian dari mereka, artinya sesudah mereka (tiadalah) (dapat menyusul para pendahulunya) yakni dalam hal kepeloporan dan keutamaannya. (Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) di dalam kerajaan-Nya dan dalam perbuatan-Nya. Yang dimaksud dengan kaum yang lain ini adalah para tabiin; disebutkannya para sahabat secara khusus pada ayat sebelumnya merupakan dalil yang cukup untuk membuktikan keutamaan para sahabat karena mereka dapat bertemu langsung dengan Nabi ﷺ yang diutus kepada mereka. Keutamaan mereka jauh lebih besar daripada orang-orang yang datang kemudian sesudah mereka di antara orang-orang yang Nabi pun diutus kepada mereka, dan mereka beriman kepadanya baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin hingga hari kiamat. Karena sesungguhnya setiap generasi itu jauh lebih baik daripada generasi penerusnya.
Tafsir Surat Al-Jumu'ah: 1-4
Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Mahasuci, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesalan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.
Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Demikianlah karunia Allah, yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa bertasbih kepada-Nya semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi, yakni semua makhluk yang ada pada keduanya, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Al-Isra: 44) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Raja, Mahasuci. (Al-Jumu'ah: 1) Dia adalah Yang memiliki langit dan bumi dan Yang Mengatur keduanya dengan hukum-Nya, dan Dia Mahasuci dari semua kekurangan lagi menyandang semua sifat yang sempurna.
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Jumu'ah: 1) Kedua lafal ini telah sering ditafsirkan sebelumnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka. (Al-Jumu'ah: 2) Yang dimaksud dengan kaum yang buta huruf adalah bangsa Arab di masa itu, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebutkan: Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah).
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 20) Penyebutan kaum yang ummi secara khusus bukan berarti menafikan selain mereka, tetapi anugerah ini terasa oleh mereka lebih menyentuh dan lebih banyak berkahnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan (yang besar) bagimu dan bagi kaummu. (Az-Zukhruf: 44) Artinya, Al-Qur'an pun merupakan peringatan bagi selain mereka yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi mereka. Demikian pula yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lainnya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara:214) Ayat ini dan lain-lainnya yang semakna tidaklah bertentangan dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.(Al-A'raf: 158) supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Al-Qur'an, yaitu: Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Masih banyak ayat lainnya yang menunjukkan keumuman misi risalah Rasulullah ﷺ yang mencakup semua makhluk dengan berbagai macam warna kulit dan bangsanya.
Kami telah membahas tafsir hal ini dalam tafsir surat Al-An'am berikut ayat-ayat dan hadits-hadits shahih yang menguatkannya. Ayat ini merupakan ijabah dari Allah terhadap kekasihnya (Ibrahim) ketika dia berdoa untuk penduduk Mekah, bahwa semoga Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Hikmah.
Maka Allah mengutusnya kepada mereka di masa kesenjangan tiada rasul dan padamnya cahaya hidayah, sehingga masa tersebut sangat membutuhkan adanya seorang rasul. Allah subhanahu wa ta’ala saat itu murka terhadap semua penduduk bumi, baik yang Arab maupun yang non Arab, kecuali sisa-sisa dari kaum Ahli Kitab, yang jumlah mereka sedikit sekali, mereka dari kalangan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam a.s. Karena itulah maka Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah.
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesalan yang nyata. (Al-Jumu'ah: 2) Demikian itu karena orang-orang Arab di masa lalu berpegangan kepada agama Nabi Ibrahim kekasih Allah. Lalu lama-kelamaan mereka mengubahnya, menggantinya, membalikkannya, dan menentangnya. Yaitu dengan mengganti ajaran tauhid dengan kemusyrikan, keyakinan dengan keraguan, dan mereka mengada-adakan banyak perbuatan bid'ah yang tidak diizinkan oleh Allah. Demikian pula halnya Ahlul Kitab, mereka telah mengganti kitab-kitab suci mereka dan mengubah serta menyelewengkannya dengan takwil-takwil yang mereka buat-buat.
Maka sesudah itu Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ dengan membawa syariat yang besar, sempurna, lagi mencakup semua makhluk. Di dalamnya terkandung hidayah dan penjelasan bagi apa yang diperlukan oleh mereka menyangkut urusan kehidupan dunia mereka dan kehidupan di hari kemudian, dan seruan bagi mereka kepada hal-hal yang mendekatkan diri mereka kepada surga dan rida Allah, serta mengandung larangan terhadap hal-hal yang mendekatkan mereka kepada neraka dan kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala Syari'at yang dibawanya merupakan hakim yang memutuskan semua perkara yang syubhat, keraguan, dan kebimbangan dalam masalah yang pokok dan masalah yang cabang.
Dan di dalamnya terkandung kebaikan-kebaikan yang dihimpunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari apa yang pernah dilakukan oleh umat-umat terdahulu, dan Allah subhanahu wa ta’ala telah menganugerahkan di dalamnya apa yang belum pernah Dia berikan kepada seorang pun dari umat-umat terdahulu dan Dia tidak akan memberikannya kepada seorang pun dari kalangan orang-orang yang terkemudian. Maka semoga salawat dan salamNya terlimpahkan kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari pembalasan nanti. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Jumu'ah: 3) Imam Abu Abdullah Al-Al-Bukhari rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Bilal, dari Saur, dari Abul Gais, dari Abu Hurairah yang mengatakan, "Ketika kami sedang duduk di hadapan Nabi ﷺ , maka diturunkanlah kepadanya surat Al-Jumu'ah." (Dan ketika bacaan beliau ﷺ sampai pada firman-Nya: dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. (Al-Jumu'ah: 3) Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan mereka?" Rasulullah ﷺ tidak segera menjawab mereka hingga mereka mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali, sedangkan saat itu di kalangan kami terdapat Salman Al-Farisi.
Lalu Rasulullah ﷺ meletakkan tangannya ke (pundak) Salman Al-Farisi, kemudian bersabda: ". Seandainya iman itu berada jauh di bintang Surayya, tentulah akan diraih oleh banyak orang lelaki, atau seorang lelaki, dari kalangan mereka (yakni kaumnya Salman) Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai, Imam Ibnu Abu Hatim, dan Imam Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Saur ibnu Yazid Ad-Daili, dari Salim Abul Gais, dari Abu Hurairah dengan sanad yang sama. Di dalam hadits ini menunjukkan bahwa surat ini adalah Madaniyyah dan menunjukkan keumuman misi risalah Rasulullah ﷺ ke seluruh manusia, karena dia menafsirkan firman-Nya: dan (juga) kepada kaum yang lainnya dari mereka. (Al-Jumu'ah: 3) Yakni di negeri Persia, karena itulah maka Nabi ﷺ mengirimkan surat-suratnya kepada penduduk negeri Persia, Romawi, dan umat-umat lainnya dalam rangka menyeru mereka untuk menyembah Allah subhanahu wa ta’ala dan mengikuti apa yang disampaikan olehnya.
Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. (Al-Jumu'ah: 3) Bahwa mereka adalah orang-orang 'Ajam (non-Arab) dan semua orang yang membenarkan Nabi ﷺ dari kalangan selain bangsa Arab. : (1) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Ala Az-Zubaidi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Isa ibnu Musa, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam sulbi, sulbi, sulbi kaum lelaki dan kaum wanita dari kalangan umatku terdapat orang-orang yang kelak akan masuk surga tanpa hisab.
Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. (Al-Jumu'ah: 3) Yaitu sisa-sisa dari kalangan umat Nabi Muhammad ﷺ di kemudian hari. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Jumu'ah: 3) Yakni Tuhan Yang mempunyai keperkasaan dan kebijaksanaan dalam syariat dan ketentuan-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu'ah: 4) Makna yang dimaksud ialah pemberian yang dianugerahkan Allah kepada Muhammad ﷺ berupa kenabian yang besar dan apa yang diberikan oleh Allah secara khusus kepada umatnya, yaitu diutus-Nya Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka."
Selain mengutus kepada bangsa Arab yang tidak bisa baca tulis, Allah juga mengutus Rasulullah kepada bangsa-bangsa lain di luar bangsa Arab, bahkan kepada seluruh dunia. Dan Rasulullah juga diutus kepada kaum yang lain dari mereka di luar bangsa Arab untuk masa yang tiada terbatas hingga hari kiamat, kaum yang belum berhubungan dengan mereka, karena hidup pada zaman dan tempat yang berbeda dengan mereka, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, 'Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. ' (Lihat: Surah al-Anbiy'/21: 107). Dan Dialah Yang Mahaperkasa, menciptakan dan menghancurkan jagat raya sekejap mata; Mahabijaksana, tidak terburu menggunakan kekuasaan-Nya yang tiada terbatas untuk menghukum manusia yang berdosa. 4. Demikianlah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki seperti mengangkat Rasulullah menjadi nabi dan rasul dan diutus kepada umat manusia seluruh alam; dan Allah memiliki karunia yang besar yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Allah menjelaskan bahwa kerasulan Muhammad ﷺ tidaklah terbatas kepada bangsa Arab yang ada pada waktu itu, tetapi juga kepada orang-orang yang belum bergabung kepada mereka sampai hari Kiamat, yaitu orang-orang yang datang sesudah para sahabat Nabi saw, sampai hari Pembalasan, seperti bangsa Persia, Romawi dan lain-lain. Di dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah, ia berkata:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika kami duduk bersama Nabi saw, lalu diturunkan kepadanya Surah al-Jumu'ah "wa akharina minhum lamma yalhaqu bihim." Abu Hurairah bertanya, "Siapa mereka wahai Rasulullah? Namun Nabi ﷺ tidak menjawab sampai ia bertanya tiga kali. Abu Hurairah berkata, "Pada saat itu ada Salman al-Farisi bersama kami. Kemudian Nabi meletakkan tangannya di pundak Salman, seraya berkata, 'Seandainya keimanan terdapat pada bintang-bintang, maka tentulah akan dicapai oleh orang-orang dari mereka (bangsa Persia)." (Riwayat al-Bukhari)
Allah itu Mahaperkasa, kuasa meningkatkan kecerdasan orang yang bodoh, dan menguatkan umat yang lemah dengan mengutus seorang rasul dari kalangan mereka juga, untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan, dan membawa kepada petunjuk kebenaran, dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang. Allah juga Mahabijaksana dalam mengatur kepentingan makhluk-Nya yang akan membawa mereka kepada kebaikan dan keuntungan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-JUMU'AH
(HARI JUM'AT)
SURAH KE-62,11 AYAT, DITURUNKAN DI MADINAH
(AYAT 1-11)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
HIKMAH KEBANGKITAN RASUL YANG UMMIY
Seperti juga surah ash-Shaff yang terdahulu dari surah al-Jumu'ah ini, dia dimulai dengan menyatakan bahwa,
Ayat 1
“Mengucapkan tasbih kepada Allah apa yang di semua langit dan apa yang di bumi."
Ar-Razi menjelaskan dalam tafsirnya apa yang ada di sekalian langit dan apa yang ada di bumi, bertasbih kepada Allah! Perbedaannya ialah bahwa pangkal ayat pertama surah ash-Shaff memakai lafazh Sabbaha (…) yang berarti telah bertasbih; pilihan katanya ialah perbuatan masa lalu (fi'il madhi). Yang berarti telah bertasbih.
Ayat 1 di surah al-Jumu'ah dimulai dengan Yusabbihu mengandung masa sekarang dan masa yang akan datang [al- haal wal mustaqbal), yaitu perbuatan kini dan nanti (fi'il mudhaari'). Maka sekarang dan seterusnya tetaplah seisi langit dan bumi itu bertasbih, mengucapkan kesucian bagi Allah. Keterangan mendalam tentang arti tasbih memadailah diambil dari apa yang telah kita nyatakan pada permulaan surah ash-Shaff itu. Lalu disebutkanlah beberapa sifat Allah “Maharaja." Yang Mahakuasa atas seluruh alam yang gaib dan yang nyata, yang dahulu dan yang kemudian, yang zahir dan batin; semuanya tidak akan dapat menyimpang daripada apa yang telah ditentukan oleh Allah.
“Mahasuci." Sebagai arti dari al-Quddus. Artinya ialah yang suci dari segala macam kekurangan dan bersih dari segala tuduhan yang bukan-bukan, yang rahmat-Nya meliputi segala alam yang Dia ciptakan.
“Mahaperkasa." Sebagai arti dari al-Aziiz. Yang gagah, yang tidak dapat disanggah, yang berlaku sekehendak-Nya, apa yang Dia mau itulah yang mesti berlaku. Tak seorang pun, tak siapa pun yang sanggup menentang.
“Mahabijaksana."
Arti dari al-Hakiim. Dialah yang serba tepat apa yang Dia tentukan, terletaklah sesuatu pada tempatnya, sesuai dengan akal orang yang bijak, karena kebijakan itu adalah karunia dari Dia juga.
Ayat 2
“Dialah yang telah membangkitkan di dalam kalangan orang-orang yang ummiy."
Membangkitkan lama juga artinya dengan menimbulkan. Orang yang ummiy, artinya yang pokok ialah orang yang tidak pandai menulis dan membaca. Arti yang lebih mendalam lagi ialah bangsa Arab, atau Bani Ismail yang sebelum Nabi Muhammad diutus Allah; bangsa Arab itu belum pernah didatangi oleh seorang rasul yang membawa suatu kitab suci. Sebagai timbalan dari orang yang ummiy itu ialah Ahlul Kitab, atau disebut juga “Utul kitab". Yang pertama berarti ahli dari kitab-kitab, yang kedua berarti orang-orang yang diberi Kitab.
Di dalam surah as-Sajdah ayat 3, bahwa Nabi itu diutus oleh Allah dengan kebenaran kepada kaum yang sebelumnya belum pernah didatangi oleh pengancam. Tegasnya sesudah Isma'il meninggal, putus nubuwat, tidak ada datang lagi kepada kaum itu sampai lebih daripada dua puluh turunan; barulah dibangkitkan, “Seorang rasul dari kalangan mereka sendiri." Yaitu bahwa rasul itu bukan datang dari tempat lain, melainkan timbul atau bangkit dalam kalangan kaum yang ummiy itu sendiri. Dan, rasul itu sendiri pun seorang yang ummiy pula. Tidak pernah dia belajar menulis dan membaca sejak kecilnya sampai wahyu itu turun. Maka adalah dia rasul yang ummiy dari kalangan kaum yang ummiy.
Mereka adalah ummiy, bukan kaum terpelajar dan bukan kaum yang mempunyai sejarah peradaban yang tinggi sebagaimana yang dibanggakan oleh orang Yunani dan Romawi, orang Persia, dan India. Kalau mereka mempunyai sejarah, namun hanya satu saja. Yaitu bahwa di negeri mereka yang tandus, lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan itu, dahulu kala pernah nenek moyang mereka Nabi Ibrahim dan putra beliau Ismail diperintahkan Allah mendirikan Ka'bah tempat menyembah Allah Yang Esa. Sesudah itu tidak ada berita lagi. Gelap karena hakikat ajaran tauhid telah diselubungi oleh berbagai khurafat dan penyembahan berhala. Buta huruf betul-betul menurut arti yang sebenarnya. Dalam seratus orang belum tentu seorang yang pandai menulis atau membaca. Cuma satu kelebihan mereka, yaitu karena menulis dan membaca tidak pandai, ingatan mereka kuat.
Orang-orang Yahudi yang banyak berdiam di Yatsrib yang kemudian bernama Madinah menyebut juga bahwa orang-orang Arab itu memang ummiy, yang kadang-kadang diluaskan juga artinya, yaitu orang-orang yang tidak terpelajar. Dan orang-orang Arab itu tidaklah merasa hina karena sebutan itu. Bahkan kalau ada hal-hal yang sukar mereka tanyakan kepada orang-orang Yahudi itu. Malahan di Madinah sendiri, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke sana, orang Arab Madinah banyak yang suka menyerahkan putranya pergi belajar kepada orang Yahudi, sehingga anak-anak itu ada yang masuk Yahudi.
Dalam kalangan mereka itulah Nabi Muhammad ﷺ dibangkitkan, dalam keadaan ummiy pula. “Yang membacakan kepada mereka akan ayat-ayat-Nya." Artinya bahwa diangkatlah Muhammad yang ummiy itu menjadi Rasul Allah, diturunkan kepadanya wahyu Ilahi sebagai ayat-ayat, yang mula turunnya ialah di Gua Hira; dimulai dengan ayat Iqra' (bacalah). Di sana disebutkan, ‘Allama bil qalami, ‘allamal insaana maa lam ya'lam (yang mengajar dengan memakai pena, mengajarkan kepada manusia apa yang tadinya belum dia ketahui). Maka berturut- turutlah ayat-ayat itu turun selama beliau di Mekah dan berturut-turut lagi setelah pindah ke Madinah. Semuanya itu beliau bacakan dan beliau ajarkan. “Dan membersihkan mereka" yaitu membersihkan jiwa mereka daripada kepercayaan yang karat, daripada aqidah yang salah, daripada langkah yang tersesat, membersihkan pula badan diri mereka, jasmani mereka daripada kekotoran. Karena selama ini belum tahu apa arti kebersihan, sehingga diajar berwudhu, diajar mandi junub dan menghilangkan hadas dan najis, bahkan sampai diajar menggosok gigi. “Dan mengajarkan kepada mereka akan Kitab dan Hikmah."
Menurut kata-kata ahli tafsir, kitab ialah setelah ayat-ayat yang turun itu yang berjumlah 6.326 ayat, terkumpul dalam 114 surah, tergabung dalam satu mushaf; itulah dia Al-Kitab! Hikmah ialah Sunnah Rasul, yaitu contoh dan teladan yang dilakukan oleh beliau dalam pelaksanaan Al-Kitab.
Setengah ahli tafsir lagi mengartikan bahwa Al-Kitab artinya ialah syari'atitu sendiri; yang berisi perintah dan larangan. Hikmah ialah arti dan rahasia daripada perintah dan larangan itu. Misalnya, shalat adalah salah satu isi ajaran Al-Kitab,
“Sesungguhnya shalat itu adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar."
Shalat adalah Al-Kitab (perintah). Hikmah shalat ialah mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Atau,
“Diperintahkan kepada kamu berpuasa."
Hikmahnya ialah
“Supaya kamu bertakwa."
Oleh sebab itu supaya seseorang dapat menghayati hidup beragama, janganlah hanya bersitumpu pada syari'at dengan tidak mengetahui latar belakang yang disebut hikmah itu.
“Dan meskipun mereka sebelumnya ada di dalam kesesatan yang nyata."
Ujung ayat menerangkan dengan jelas sekali perubahan pada diri orang yang ummi itu setelah kedatangan Rasul Allah yang timbul dari kalangan mereka sendiri. Sebelum Rasul itu dibangkitkan, terdapat berbagai kesesatan yang nyata. Karena mereka bukan saja ummiy yang buta huruf, bahkan lebih dari itu; ummiy buta agama, ummiy buta jalan yang benar.
Mereka kuburkan anak perempuan mereka hidup-hidup. Orang yang kaya hidup dengan menindas memeras orang miskin dengan meminjamkan uang memakai riba. Jalan menuju Allah dihambat dengan penyembahan kepada berhala. Perang suku perang kabilah. Ka'bah pusaka Nabi Ibrahim dan Isma'il, yang didirikan untuk menyembah Allah Yang Esa, mereka jadikan tempat mengumpulkan 360 berhala. Banyak lagi bukti-bukti kesesatan nyata yang lain-lain, yang semuanya itu dapat berubah dalam masa 23 tahun, sejak Nabi ﷺ yang ummiy dibangkitkan Allah dalam kalangan masyarakat yang ummiy itu.
Syekh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi menulis dalam tafsirnya, Mahaasinut-Ta'wil, tentang hikmah bahwa Nabi ﷺ diutus dan dibangkitkan Allah dalam kalangan masyarakat orang-orang yang ummiy demikian.
“Makanya diutamakan membangkitkan Nabi Muhammad ﷺ itu dalam kalangan orang-orang yang ummiy, ialah karena mereka masih mempunyai otak yang tajam, paling kuat hatinya, paling bersih fitrahnya, dan paling fasih lidahnya. Kemurnian batinnya (fitrahnya) belum dirusakkan oleh gelombang modernisasi, dan tidak pula oleh permainan golongan-golongan yang mengaku diri telah maju. Oleh sebab mereka itu masih polos, maka setelah jiwa mereka itu diisi dengan Islam, mereka telah bangkit di kalangan manusia dengan ilmu yang besar dan dengan hikmah yang mengagumkan dan dengan siasat yang adil. Dengan ajaran itu mereka memimpin bangsa-bangsa, dengan ajaran itu mereka menggoncangkan singgasana raja-raja besar. Dan dengan jelasnya bekas ajaran itu pada sisi mereka, bukanlah berarti bahwa risalah kedatangan Muhammad ini hanya khusus untuk mereka." Sekian al-Qasimi.
Demikian pula Nabi Muhammad ﷺ sendiri, seorang yang ummiy bangkit dalam kalangan bangsa yang ummiy. Itu pun suatu mukjizat yang besar. Beratus ribu, berjuta orang keluaran sekolah tinggi, orang belajar filsafat yang dalam-dalam, namun mereka tidaklah sanggup membawa perubahan ke dalam alam sehebat yang dibawa oleh sosok ummiy ini.
Ayat 3
“Dan yang lain dari mereka yang belum bertemu dengan mereka."
Yaitu, bahwa Nabi itu pun dibangkitkan bukan saja kepada orang-orang ummiy yang beliau dapati di kala hidupnya, bahkan beliau pun diutus kepada yang lain yang belum bertemu dengan mereka; yang lain yang datang kemudian, yang belum pernah bertemu dengan kaum ummiy yang bertemu dengan Nabi ﷺ itu.
Siapakah mereka itu yang belum bertemu atau belum datang waktu Nabi masih hidup itu? Mujahid memberikan jawabnya, “Sekalian manusia yang datang sesudah bangsa Arab yang bertemu dengan Nabi ﷺ itu."
Ibnu Zaid dan Muqatil bin Hayyan mengatakan, “Ialah sekalian orang yang memeluk agama Islam sesudah Nabi ﷺ wafat sampai hari Kiamat." Dan kata Muqatil pula, “Yang dimaksud dengan orang-orang ummiy ialah Arab dan dengan “yang lain" ialah bangsa-bangsa yang menerima Islam kemudiannya."
“Dan Dia adalah Mahaperkasa, Mahabijaksana."
Keperkasaan Allah ialah karena tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghalangi tumbuhnya perubahan dalam dunia dari kalangan bangsa yang ummiy. Sampai seorang pujangga Inggris, Thomas Caryle pernah mengatakan bahwa padang pasir yang panas itu telah menggelegak menjadi mesiu untuk membuat perubahan besar di dunia. Dan kebijaksanaan Allah ialah karena keadilan-Nya membagi-bagi sejarah; sesudah Mesir, Yunani, Romawi dan Persia, tiba pula giliran pada bangsa Arab menjadi pandu bagi perubahan besar dunia dengan Islam.
Ayat 4
“Demikian itulah karunia Allah yang Ia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki."
Allah Yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana itulah yang menentukan kepada siapa Dia akan memberikan karunia. Seorang ummiy dibangkitkan dari kalangan kaum yang ummiy, dengan karunia Allah dapat memimpin dunia. Satu bangsa yang tadinya tidak mempunyai cita-cita, tidak mempunyai persatuan, yang berperang dan bermusuh sesamanya, dengan karunia Allah menjadi penyebar berita kebahagiaan ke seluruh dunia.
“Dan Allah adalah mempunyai karunia yang agung."
Dan karunia Allah yang paling agung ialah menimbulkan kesadaran dalam hati manusia akan hubungannya dengan Allah, dan sadar bahwa Allah itu adalah Esa. Aqidah inilah yang membentuk pribadi bangsa yang ummiy tadi sampai menjadi bangsa yang cerdas, gagah perkasa, dan berani berkorban buat menegakkan jalan Allah.