Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya ia
هَٰذَا
ini
لَهُوَ
sungguh ia
حَقُّ
hak/benar
ٱلۡيَقِينِ
keyakinan
إِنَّ
sesungguhnya ia
هَٰذَا
ini
لَهُوَ
sungguh ia
حَقُّ
hak/benar
ٱلۡيَقِينِ
keyakinan
Terjemahan
Sesungguhnya ini benar-benar merupakan hakulyakin.
Tafsir
(Sesungguhnya yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar) lafal Haqqul Yaqiin termasuk ungkapan dengan memakai cara mengidhafahkan Maushuf kepada sifatnya.
Tafsir Surat Al-Waqi'ah: 88-96
Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. Ketika keadaan ini merupakan kepastian yang dialami oleh manusia saat menghadapi kematiannya.
Adakalanya dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah, atau bukan termasuk golongan kanan, dan adakalanya termasuk orang yang mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk dan tidak mengerti tentang perintah Allah. Untuk itu maka disebutkan oleh firman-Nya: Adapun jika dia. (Al-Waqi'ah: 88) Yakni orang yang sedang menghadapi kematiannya. termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 88) Mereka adalah orang-orang yang menunaikan amal-amal yang wajib dan yang sunat serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan yang dimakruhkan, serta sebagian hal yang diperbolehkan.
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89) Mereka akan mendapatkan ketenteraman dan kesenangan serta para malaikat menyampaikan berita gembira ini kepada mereka di saat mereka menghadapi kematiannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits Al-Barra yang menyebutkan bahwa sesungguhnya para malaikat rahmat mengatakan, "Wahai ruh yang baik yang ada di dalam tubuh yang baik yang kamu huni, keluarlah kamu menuju kepada ketenteraman, kesenangan, dan menemui Tuhan yang tidak murka." Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman. (Al-Waqi'ah: 89) Yaitu ketenteraman dan kesenangan, yakni ketenangan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna rauh ialah ketenteraman. Abu Hirzah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah beristirahat dari dunia. Sa'id ibnu Jubair dan As-Suddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbebas. Telah diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89) Yakni surga dan kesenangan. Qatadah mengatakan bahwa rauh artinya rahmat.
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Raihan" artinya rezeki. Pendapat-pendapat yang telah disebutkan di atas satu sama lainnya berdekatan lagi benar. Karena sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan didekatkan kepada Allah akan memperoleh kesemuanya itu, yaitu rahmat, ketenteraman, kebebasan, istirahat, kesenangan, kegembiraan, dan rezeki yang baik. serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89) Abul Aliyah mengatakan bahwa tidaklah ruh seseorang yang didekatkan kepada Allah terpisah dari jasadnya sebelum didatangkan kepadanya suatu tangkai (dahan) dari pepohonan surga yang harum, sesudah itu barulah rohnya dicabut di dalamnya.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa tidaklah seorang manusia meninggal dunia sebelum diperlihatkan kepadanya apakah dia termasuk ahli surga ataukah ahli neraka? Dan dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan hadits-hadits yang mengisahkan tentang masa menjelang kematian, yaitu dalam tafsir firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu. (Ibrahim: 27) Sebaiknya kita sebutkan salah satu di antaranya yang paling utama, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada malaikat maut: "Berangkatlah kamu kepada si Fulan dan datangkanlah dia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah mengujinya dengan keadaan suka dan duka, ternyata Kujumpai dia dalam keadaan yang Aku sukai.
Datangkanlah dia, maka Aku akan membuatnya senang. Kemudian malaikat maut berangkat menuju kepadanya dengan ditemani oleh lima ratus malaikat, mereka membawa kafan-kafan dan kapur barus dari surga, juga membawa beberapa kayu wangi (cendana) yang setiap ikatan mengandung dua puluh macam jenis dan masing-masing jenis mempunyai bau wangi yang berbeda dengan lainnya, dan mereka membawa pula kain sutra putih yang mengandung minyak kesturi.
Hingga akhir hadits yang cukup panjang sebagaimana yang telah disebutkan dalam tafsir surat Ibrahim. Banyak hadits yang diketengahkan sehubungan dengan ayat ini, seperti berikut: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Harun, dari Badil ibnu Maisarah, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Aisyah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya dengan me-rafa'-kan huruf ra: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasai melalui hadits Harun alias Ibnu Musa yang tuna netra dengan sanad yang sama.
Imam At-Tirmidzi memberikan komentarnya bahwa kami tidak mengenal hadits ini kecuali melalui hadits Harun. Dan qira-ah ini adalah qira-ah Ya'qub semata. Sedangkan ulama qira-at lainnya berbeda dengannya, mereka membacanya: Farauhun waraihanun. Imam Ahmad mengatakan pula,, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abul Aswad Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Naufal, bahwa ia pernah mendengar Durrah binti Mu'az menceritakan hadits berikut dari Ummu Hani' yang bertanya kepada Rasulullah, "Apakah kami saling berkunjung bila telah mati dan sebagian dari kami melihat sebagian yang lainnya?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Kelak diri seseorang itu berupa burung yang hinggap di pepohonan (surga), dan manakala hari kiamat telah terjadi, maka tiap-tiap jiwa (ruh) masuk ke dalam tubuhnya masing-masing.
Hadits ini mengandung berita gembira bagi tiap orang mukmin. Makna yang dimaksud dengan 'hinggap' ialah 'makan', yakni makan dari pohon-pohon yang dihinggapinya. Kesahihan hal ini dibuktikan pula dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Imam Muhammad ibnu Idris Asy-Syafii, dari Imam Malik ibnu Anas, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya jiwa orang mukmin itu berupa burung yang bergantung di pepohonan surga hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari Dia membangkitkannya.
Sanad hadits ini hebat dan matannya dapat dipertanggungjawabkan. Di dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: " (4) Sesungguhnya arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di taman-taman surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap di lentera-lentera yang bergantungan di Arasy. Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami ‘Atha’ ibnus Sa'ib yang mengatakan bahwa pada hari pertama mula-mula ia mengenal Abdur Rahman ibnu Abu Laila, ia melihatnya sebagai seorang syaikh yang telah beruban rambut dan jenggotnya, sedang mengendarai keledai mengiringi jenazah.
Lalu ia mendengarnya mengatakan bahwa Fulan bin Fulan yang telah mendengar dari Rasulullah ﷺ telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai (hari) perjumpaannya dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengannya; dan barang siapa yang benci akan perjumpaannya dengan Allah, maka Allah benci pula berjumpa dengannya. Maka kaum yang ada menangis, lalu Rasulullah ﷺ bertanya, "Mengapa kalian menangis?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami benci mati." Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa bukan itu yang dimaksud, tetapi apabila menjelang ajalnya. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 88-89) Apabila ia mendapat berita gembira tersebut, maka timbullah rasa cintanya untuk bersua dengan Allah, sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala lebih suka darinya untuk bersua dengannya. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 92-94) Apabila dia telah mendapat berita tersebut, maka dia benci untuk bersua dengan Allah, dan Allah lebih benci untuk bersua dengannya.
Hal yang semakna telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Di dalam kitab shahih disebutkan dari Aisyah hadits yang menguatkan maknanya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 90) Yakni apabila orang yang sedang menjelang kematiannya itu termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. (Al-Waqi'ah:91) Yaitu para malaikat menyampaikan berita gembira ini kepada mereka. Berkata malaikat kepada salah seorang dari mereka, "Salaimun laka" artinya kamu dalam keadaan baik-baik saja dan selamat, kamu termasuk golongan kanan.
Qatadah dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah para malaikat mengucapkan kepadanya, "Selamatlah kamu dari azab Allah," dan para malaikat mengucapkan salam penghormatan kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah, bahwa para malaikat mengucapkan salam kepadanya dan memberitahukan kepadanya bahwa dia termasuk golongan kanan. Pendapat ini merupakan pendapat yang baik, dan pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: .
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 30-32) Imam Al-Bukhari telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka keselamatan bagimu. (Al-Waqi'ah: 91) Yakni kamu diselamatkan karena kamu termasuk golongan kanan, kemudian dalam bahasa Arabnya dipersingkat ungkapannya yaitu dengan membuang huruf an, tetapi maknanya masih tetap.
Sebagaimana kamu katakan, "Kamu benar akan melakukan perjalanan sebentar lagi," bilamana sebelumnya ia mengatakan, "Sesungguhnya aku akan bepergian sebentar lagi." Dan adakalanya ungkapan, "Salamun laka" ini mengandung doa, sebagaimana ucapanmu, uSuqyan laka minar rijali," semoga kamu mendapat pengairan karena kamu termasuk laki-laki; ini jika lafal salamun dibaca rafa', maka termasuk doa. Demikianlah apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari sebagian ulama bahasa yang kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 92-94) Maksudnya, jika orang yang sedang menjelang kematiannya itu termasuk orang yang mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk. maka dia mendapat hidangan. (Al-Waqi'ah: 93) Yakni sajian. air yang mendidih. (Al-Waqi'aht93) Artinya, air yang mendidih yang dapat menghancurkan semua isi perut dan kulitnya.
dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 94) Ini mengukuhkan keberadaannya di dalam neraka yang mengepungnya dari segala penjuru. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. (Al-Waqi'ah: 95) Yaitu berita ini benar-benar hal yang pasti terjadi, tiada keraguan dan tiada kebimbangan padanya, dan tiada jalan lari bagi seorang pun darinya. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Waqi'ah: 96) [:1] Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepadaku Iyas ibnu Amir, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhani yang mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ ayat ini, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Waqi'ah: 96) Maka beliau ﷺ bersabda: Jadikanlah bacaan tasbih ini dalam rukuk kalian. Dan ketika turun kepada beliau ﷺ firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau ﷺ bersabda: Jadikanlah bacaan ini dalam sujud kalian. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah melalui hadits Abdullah ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang sama.
Rauh ibnu Ubadah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj As-Sawwaf dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Barang siapa yang mengucapkan, "Mahasuci Allah Yang Mahabesar dan dengan memuji kepada-Nya, maka ditanamkan baginya sebuah pohon kurma di dalam surga. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi melalui hadits Rauh, dan Imam An-Nasai meriwayatkannya pula melalui hadits Hammad ibnu Salamah, dari hadits Abuz Zubair, dari Jabir, dari Nabi ﷺ dengan lafal yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib, kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadits Abuz Zubair.
Imam Al-Bukhari di dalam akhir kitabnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isykab, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Dzar'ah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Ada dua kalimah yang ringan di mulut, berat dalam timbangan amal perbuatan, lagi disukai oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu: "Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Besar." Jamaah yang lainnya (selain Imam Al-Bukhari) selain Abu Dawud, telah meriwayatkan hadits ini melalui Muhammad ibnu Fudail dengan sanad yang semisal."
95-96. Sungguh, semua yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar. Maka, setelah kamu mengetahui dan memahami dengan benar, bertasbihlah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Mahabesar lagi Mahaagung. 95-96. Sungguh, semua yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar. Maka, setelah kamu mengetahui dan memahami dengan benar, bertasbihlah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Mahabesar lagi Mahaagung.
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa segala sesuatu yang telah diungkapkan dalam surah ini, baik yang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hari kebangkitan yang mereka dustakan maupun yang bertalian dengan bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran adanya hal-hal yang akan terjadi setelah hari kebangkitan, yaitu yang berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan yang akan diterima oleh golongan (muqarrabin) Ashabul-yamin dan siksaan Tuhan yang akan menimpa golongan Ashabusy-syimal, semua itu adalah berita yang meyakinkan yang tidak mengandung sedikit pun hal-hal yang diragukan. Berhubungan dengan itu, manusia diperintahkan oleh Allah supaya memperbanyak ibadah dan amal saleh, antara lain dengan membaca tasbih, untuk mengagungkan Allah, Tuhan Yang Mahaagung. Dalam hubungan ayat ini terdapat hadis Nabi yang berbunyi: Tatkala turun ayat Fasabbih Bismirabbikal-'Adzim, kepada Rasulullah, beliau bersabda, "Jadikanlah bacaan Tasbih pada saat kamu ruku' (yaitu dengan membaca Subhanarabbial-'Adzim)", dan tatkala turun ayat Sabbihismarabbikal A'la. Rasulullah bersabda, "Jadikanlah bacaan Tasbih ini ketika kamu sujud (yaitu dengan membaca Subhanarabbial-A'la)" (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.